Sebelum Hari raya Tiongciu, Kakek Wu berumur 68 tahun ingin mencari walnut dan chessnut di gunung, dan ketika ia memasuki hutan primitif sekitar 5 kilometer dari rumahnya ia berhasil menemukan jamur yang unik itu. Karena jalan di tengah gunung amat susah, ia kembali ke rumah dan memanggil anak puteranya bersama mengangkat jamur itu. Walau ia mengatakan bahwa jamur yang ditemukannya sekitar 10 kilogram beratnya karena takut dianggap omong besar, tetangganya tetap tidak percaya.
Untuk membuktikan apa yang dikatanya, Wu Tianxin bersama anaknya Wu Yunqing dengan berhati-hati menaruh jamur besar itu ke dalam keranjang dan dengan susah payah membawa jamur itu ke rumah.
Apakah jamur raksasa itu ada gunanya seperti dijadikan ramuan? Profesor dari Balai Riset Kehutanan Institut Keguruan Mianyang Provinsi Sichuan Li Mingying mengatakan, jamur itu bertumbuh di bawah hutan daun tajam dan daun lebar, maka mempunyai lingkungan kondusif seperti gizi cukup, tinggi kelembabannya dan layak temperaturnya.
Kini, balai riset tengah mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap jamur raksasa itu. Li Mingying mengatakan, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut baru dapat diperoleh kesimpulan apakah jamur itu dapat dibiakkan atau mempunyai nilai sebagai obat. [Kelly Chang / Jogjakarta / Tionghoanews]