KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 01 Oktober 2012

TUBUHKU PEMBAYAR HUTANG SUAMIKU

Iwan suamiku tersayang...
Sejak menikahimu aku sudah mempersiapkan diriku untuk hidup denganmu, senang ataupun susah. Aku berusaha menjadi istri yang baik untukmu, dengan menjalankan semua kewajiban seorang istri yang sudah bersuami. Bahkan aku juga sudah mempersiapkan diriku untuk menjadi ibu dari anak anak kita. Kamu memang suami yang baik, yang mengajarkanku menjadi istri yang baik pula, sehingga aku harus mengalami petaka itu.
 
Tidak seorangpun yang mengharapkan adanya restrukturisasi di kantormu hingga menyebabkan PHK untuk banyak karyawannya termasuk dirimu.

Dan keputusanmu untuk membangun usaha sendiri dengan mengambil semua uang tabungan kita yang tak seberapapun aku dukung. Kamu tidak menyisakan sedikitpun untuk hidup kita satu bulan ke depan, untuk ini aku hanya bisa pasrah.
 
Hingga berminggu kemudian kamu tidak pulang, karena mencoba usaha menjual batik di kota lainpun, aku tidak protes. Aku dengan setia menunggumu di rumah. Aku juga hanya bisa mengangguk sedih, saat kamu bilang bahwa uang dagangan batik tertipu. Dan kamu harus berhutang kepada Pak Tomo yang berbaik hati mau meminjamkan uang kepada kita agar usaha dagang batikmu dapat dimulai lagi.
 
Iwan suamiku...
Kamu tidak pernah memberitahukan kepadaku jika uang yang kamu pinjam secara terus menerus ke Pak Tomo sudah mencapai jumlah yang sulit kita bayar kembali. Karena usaha dagang batik kamu tidak juga membesar, dan uang yang diberikan kepadaku hanya mampu untuk makan seperlunya saja. Entah kamu kemanakan uang itu.
 
Hingga kejadian memalukan itupun terjadi. Pak Tomo datang ke rumah kita dan menagih hutangmu, dengan suara keras membuat kita malu. Tetangga kita mendengar teriakan Pak Tomo yang menagih hutangnya secara kasar. Sejak itu aku makin tidak pernah keluar rumah, aku hanya diam dirumah, toh jika aku harus belanja ke tukang sayur aku menunggu hingga ibu yang lain selesai belanja, agar aku tidak perlu bertemu dengan mereka.
 
Kemudian Pak Tomo datang kembali ke rumah dan mulai mengancam, jika kamu tidak juga membayar hutangnya Pak Tomo akan menyita barang-barang di rumah kita, tapi kamu juga tetap tidak membayar hutangmu sedikitpun. Aku tidak tahu,  kemana uang daganganmu. Seharusnya kita bisa mencicil sedikit sedikit supaya Pak Tomo bisa melihat upayamu dalam melunasi hutang.
Barang-barang di rumah juga sudah kamu jual, tadinya kupikir untuk membayar hutangmu ke Pak Tomo. Ternyata Pak Tomo belum menerima sepeserpun pembayaran hutang darimu.
 
Iwanku yang baik...
Karena aku mencintaimu dan ingin menjadi istri yang baik serta menurut pada suami maka kuiyakan saja putusanmu, untuk memberikan tubuhku sebagai pembayar hutangmu kepada Pak Tomo. Aku jijik dan merasa kotor sekali saat disentuh oleh Pak Tomo, tapi aku berusaha tidak menunjukkan perasaan itu kepadanya. Pak Tomo, pria berusia 56 tahun berkulit gelap dan berwajah bengis, kini meniduriku tiap dia menginginkanku, sebagai bayaran hutangmu.
 
Bukannya sedih dan merasa bersalah melihatku seperti itu, kamu justru mulai menjualku kepada teman-temanmu yang lain. Kamu menungguku di luar kamar, kemudian uang hasil menjual tubuhku, kamu ambil. Kamu hanya memberi uang belanja seperlunya saja. Sudah empat bulan Pak Tomo meniduriku, di balik kebengisan wajahnya ternyata Pak Tomo seorang pria yang sangat lembut dan baik hati. Dia sering memberiku uang tambahan untuk belanja. Bahkan Pak Tomo tidak pernah memaksaku untuk tidur dengannya. Kadangkala kami hanya bercerita saja, sambil kupijiti kakinya. Bahkan sekarang Pak Tomo yang sering memijit kakiku.
 
Iwanku terkasih...
Ini surat pertama dan terkhir untukmu, saat kamu pulang aku sudah tidak ada lagi di rumah menunggumu. Aku pergi meninggalkanmu, bersama Pak Tomo yang ternyata lebih menghargaiku sebagai perempuan. Dia akan menikahiku dengan resmi setelah surat cerai kita selesai.
 
Sebelum aku lupa, aku ingin mengatakan bahwa aku sudah menghadiri tiga kali sidang perceraian kita, karena kamu tak hadir maka aku sudah mendapatkan pengesahan cerai dari pengadilan. Selamat tinggal, Iwan... [Vivi Tan / Jakarta] Sumber: Kisah-Nyata

PESAN KHUSUS

Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

MENU LINKS

http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA