Sering kali pengalaman harian yang sulit, menyusahkan, dan mengecewakan dapat "diselamatkan" – artinya diberi makna – dengan menuliskan pengalaman itu. Dengan menulis, kita dapat mengendapkan pengalaman hidup kita dan dengan demikian menempatkannya dalam peziarahan hidup kita.
Menulis tidak hanya berarti mencatat pikiran-pikiran yang muncul. Sering kali kita berkata, "Saya tidak tahu harus menulis apa. Pikiran-pikiran saya tidak terlalu berharga untuk dituliskan." Tetapi tidak jarang tulisan yang baik muncul dari proses menulis itu sendiri.
Kalau kita mulai duduk, dengan selembar kertas di atas meja dan alat tulis di tangan - atau komputer di depan kita, dan kita mulai mengungkapkan isi pikiran dan hati kita dalam kata-kata, sering kali pikiran-pikiran baru muncul. Tidak jarang pikiran-pikiran baru itu mengejutkan diri kita sendiri dan menuntun kita masuk ke dalam ruangan batin kita, yang tidak kita sadari sebelumnya.
Salah satu hal yang dapat amat memberikan kepuasan dalam tulis-menulis adalah bahwa kegiatan ini dapat membuka suatu sumber yang menyimpan "harta-karun" yang amat berguna bagi diri kita dan orang lain juga.
Demikianlah kegiatan menulis dapat "menyelamatkan" hidup kita, dan tidak jarang "menyelamatkan" orang lain juga. [Veronica Lim / Bogor]