Tiap pagi aku berangkat pukul 7.30 dan pulang ke rumah sekitar pukul sepuluh malam, itupun jika aku langsung pulang. Biasanya aku hang out bersama kawan-kawanku, menghabiskan malam di Lounge. Toh, aku melajang dan belum juga dapat pacar yang cocok denganku.
Untuk membersihkan rumah dan memasak, aku mempunyai dua orang pembantu bernama Sumi dan Inem, mereka berdua kuambil dari agen penyalur pembantu. Sumi berasal dari lampung, janda beranak satu. Sedangkan Inem berasal dari Cilacap, belum menikah.
Dibuatnya rumahku rapi dan bersih oleh Sumi sedangkan Inem lebih suka memasak untuk sarapan pagiku. Selebihnya aku jarang sekali makan di rumah. Sumi dan Inem sudah sangat kupercaya, merekalah yang membayar tagihan rutin bulanan, seperti listrik, air, telpon dan sebagainya. Dan selama ini semuanya berjalan lancar.
Suatu hari, karena ceroboh Sumi menjatuhkan pajangan kesukaanku yang kubeli dari Mesir hingga pecah berkeping keping, tentu saja aku marah dan menegurnya dengan keras, serta kukatakan bahwa pajangan tersebut kubawa dari Mesir dengan amat hati-hati, hingga kujinjing tangan. Kukatakan juga bahwa gajinya selama lima bulan tak cukup untuk membeli pajangan itu. Mendadak dari pintu dapur muncul si Inem sambil berlinangan airmata dan mengatakan bahwa ia juga bersedia dipotong gajinya asalkan aku tak memarahi Sumi lagi. Tertegun aku sekian lama, tak kusangka sebegitu baiknya Inem, hingga ia mau turut mengganti jika aku meminta penggantian pajangan tersebut.
Tentu saja, aku tidak serius dengan ucapan penggantian uang untuk pajangan tersebut, karena selama ini mereka telah begitu baik dan amat kupercaya menjaga rumah.
Saat menjelang Lebaran, kutanyakan kepada mereka tentang rencana kepulangan mereka ke kampungnya untuk berlebaran bersama keluarganya. Mereka memberi kejutan, "Bu, kami tidak pulang lebaran ini, ingin di sini saja," ujar Inem hati hati. Kaget sekaligus senang melanda hatiku. Wah berarti aku tidak mencuci, tidak menyapu, tidak mengepel, pikirku berbunga bunga. Sebagai hadiah mereka tidak pulang kampung ketika lebaran, maka kuberikan mereka hadiah baju baru.
Suatu hari, beberapa orang teman kumpul di rumahku, biasalah lajang-lajang metropolitan yang sedang menghabiskan weekend bersama, sebagian dari mereka menginap di rumahku. Mereka tidur di kamar bawah, sedangkan kamarku di atas. Rumah yang kutinggali memang berlantai dua.
Esok pagi saat sarapan bersama, Teny temanku mengatakan bahwa semalam ia mendengar suara-suara aneh, seperti suara erangan orang bercinta dari kamar tidurnya. Tergelak keras aku mendengarnya, karena di rumahku semuanya adalah perempuan. Tapi Teny berkeras mengatakan bahwa ia dan Lusi mendengarnya bersama, suara perempuan yang sedang bercinta. Aku tersenyum simpul, tak percaya.
Setelah teman-temanku pulang, aku tertidur cepat karena kelelahan, tengah malam mendadak kuterbangun karena haus, sehingga aku turun ke lantai bawah untuk mencari air dingin di kulkas dapur. Saat itulah aku mendengar suara aneh, sepasang suara perempuan yang saling mengerang. Suara itu berasal dari kamar Inem dan Sumi. Perlahan kudatangi kamar mereka dan mendengarnya dari balik jendela kamar. Ternyata Sumi dan Inem sedang bercinta...sejenis. Gila !!
Geram sekaligus marah memuncak di kepalaku, secara tiba-tiba kubuka pintu kamar mereka, dan kulihat Sumi dan Inem telanjang berdua sedang saling memagut kemaluan pasangannya. Hampir pingsan aku melihat kelakuan mereka berdua. Segera kusuruh mereka berpakaian dan kutunggu di meja makan.
Dengan wajah menunduk mereka duduk di hadapanku, saling berpegang tangan. Kupandangi wajah mereka bergantian, sambil menahan diri untuk tidak mengusirnya karena jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Bagaimanapun juga timbul rasa kasihan jika mereka kuusir malam ini juga.
Kutanyakan mengapa mereka berhubungan badan sejenis dan kunasehati mereka untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi. Jawab mereka, Bu, kami tidur seranjang kecil tiap malam dan berdua sepanjang hari, hingga suatu hari Sumi mengajariku berciuman, karena aku belum tahu rasanya dicium bibir seperti di sinetron, terus ya begini kejadiannya," ujar Inem dengan ketakutan. Lain lagi jawab Sumi, Begini lho bu, lama-lama kok saya sayang dan cinta sama Inem.
Lemah lunglai tubuhku seperti tak berpijak di bumi lagi. Kuakui bahwa aku juga menyumbang kesalahan dengan membiarkan mereka tidur seranjang, berdua siang dan malam. Kini aku menerima kisah-kasih mereka, Inem dan Sumi pasangan sejenis. Mereka tinggal hingga saat ini di rumahku. Sekali lagi, ini kisah nyata. [Merry Huang / Menado] Sumber: Facebook
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com