KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 02 Oktober 2012

USIA 13 TAHUN AKU DIPERKOSA

Aku perempuan karir, usia mapan dengan kekayaan cukup yang kuperoleh dari kerja kerasku selama ini. Namun aku merasa sendiri, tenggelam dalam dunia yang aku ciptakan sendiri.

Aku tidak pernah menyalahkan orang lain dalam hal ini, karena ini adalah keinginanku setelah sebuah tragedi besar menimpa kehidupanku beberapa tahun lalu.

Saat itu aku baru berusia 13 tahun dan duduk di bangku SMP kelas dua. Dengan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang aku ikuti maka aku memiliki banyak teman, untuk anak seusiaku. Aku mengikuti hampir semua ekstrakurikuler seperti baseball, basket, volley dan  group band, belum termasuk les pelajaran lainnya.

Aku dibesarkan di tengah keluarga yang cukup berada, sebagai gambaran, sejak SMP aku sudah dibelikan mobil untuk kukendarai sendiri. Namun semua fasilitas tersebut tidak membuatku lupa diri sebagai seorang anak, terbukti aku selalu menduduki peringkat tiga besar di sekolahku, bahkan beberapa piala kejuaraan sempat kuraih, seperti catur, menyanyi, baca puisi, mendongeng. Beberapa teman kala itu juga mengatakan bahwa aku termasuk kategori gadis yang cantik dan ramah, singkatnya aku cukup populer di sekolah  

Aku juga beruntung memiliki orang tua yang memberikan kebebasan berfikir kepada anak-anaknya. Pada akhirnya aku tumbuh menjadi anak yang berani berpendapat dan  berprestasi di banyak bidang. Aku sendiri sulung dari empat orang saudara dan hubungan persaudaraan kami sangat erat.  

Suatu hari, aku mendapat undangan ulang tahun dari teman sekolahku. Hanung, teman sekolah yang mengundangku ternyata masih anaknya teman dekat ayah. Tidak sulit meminta ijin dari ayah dalam hal ini. Acara ulang tahun tersebut diselenggarakan di rumah keluarga Hanung. Rumah mewah dan megah yang memiliki dua belas kamar tersebut mampu menampung hingga lima puluh undangan.

Bersama teman-temanku yang kebanyakan perempuan aku tiba di rumah Hanung. Saat itu terdengar musik lembut yang mengalun, hingga kemudian acara tiup lilin dilanjutkan makan malam bersama. Selanjutnya bit musik berubah drastis, musik yang menghentak seakan memenuhi seisi ruangan. Ini pertanda pesta remaja telah dimulai. Berkelompok kami menari bersama membentuk lingkaran, berputar dan meloncat-loncat mengikuti irama musik keras.

Tiba tiba Hanung menarikku dan mengenalkanku pada seseorang. Henry namanya. Dalam kebisingan musik, Henry mengajakku berbicara berdua. Baru aku ketahui kemudian bahwa ayah Henry adalah  teman ayahku juga, mereka bekerja di tempat yang sama. Menurut Henry, ia telah mengenalku sejak lama, tapi aku sendiri lupa di mana aku pernah bertemu dan berkenalan dengannya.

Setelah asyik bergoyang bersama teman-temanku, kami duduk di teras karena kelelahan. Mendadak Henry datang membawakan minuman ringan untukku. Kuucapkan terimakasih dan Henry duduk bergabung bersama teman-teman perempuanku. Usai meneguk minuman yang diberikan Henry, aku merasa mual ingin muntah. Dengan sigap Henry berdiri dan membimbingku ke kamar mandi. Aku muntah hebat dan mulai tidak bisa menyadari sekelilingku. Satu-satunya yang bisa kuingat jelas adalah saat itu Henry saja yang berusaha menolongku. 

Entah berapa lama aku tidak sadar diri, saat siumanku aku kaget mendapati diriku tergeletak di sebuah kamar yang tidak kukenal. Aku masih tergugu, terduduk tidak mengerti. Ketika selimut yang menutupi tubuhku melorot aku terkaget-kaget mendapati tubuhku tanpa sehelai benangpun. Nafasku sesak, kepalaku seolah membesar membayangkan segala hal buruk yang kemungkinan terjadi dengan tubuhku.   

Aku menoleh pada sosok yang tergeletak di sebelahku, Henry tengah tertidur pulas dengan kondisi tubuh sama, tanpa busana. Dadaku mendadak sesak, seperti melihat setan yang menakutkan aku kontan meloncat dari tempat tidur dan berteriak histeris.

Kututupi tubuh polosku dengan selimut yang barusan melorot. Terpojok sembari menangis tak berdaya aku di sudut kamar, sementara Henry yang kaget mendengar jeritanku hanya terdiam. Secara tiba-tiba aku membenci Henry, ia menjadi sosok menyebalkan yang tanpa rasa bersalah. 

Henry memberanikan diri mengantarku pulang. Sepanjang perjalanan aku hanya bisa menangis, meski kemudian aku seakan tidak memiliki alasan apapun untuk menangis. Namun saat itu aku hanya berharap air mataku bisa mengurangi beban rasa bersalah dalam hatiku meski hanya sedikit sekalipun. Karena menangis saja yang bisa kulakukan saat itu. 

Setiba di rumah, ibuku terkejut melihatku pulang dari pesta dengan menangis. Susah payah ibu membujukku untuk bercerita, akhirnya dengan berat hati aku menceritakan musibah yang menimpaku. Reaksi ibu tidak kurang kalapnya, ibuku meradang, ia berteriak. Malam itu juga ia membawaku ke dokter untuk memeriksakan kondisiku.

Menurut dokter, aku telah diperkosa. Mendengar kata 'perkosa', aku langsung berteriak keras, bagai hilang kesadaran diri aku mengamuk dan membentur-benturkan tubuhku ke dinding. Aku merasa duniaku kiamat, aku tidak berani menatap mata siapapun termasuk mata ibuku. Aku merasa ingin mati dan segera menghilang dari hadapan semua orang. Sungguh aku tidak bisa bertahan dengan keadaan ini. Rasanya ingin mati saja.

Sebagai perempuan aku merasa terhina dan jijik terhadap diriku sendiri. Meski kemudian visum dokter menunjukkan bahwa perkosaan terrsebut tidak membuat robek selaput daraku, karena penetrasi hanya  terjadi diluar vagina dan hanya sedikit melukai bibir luar kemaluanku, aku tetap  saja merasa diperkosa dengan cara yang amat kurang ajar !!!

Henry, pelaku utama pemerkosaan terhadap diriku ternyata mencintaiku sejak lama. Kejadian di rumah Hanung memang sudah direncanakannya, termasuk memberikan minuman yang telah dibubuhi obat penenang. Pada akhirnya, Henry memang ditahan pihak berwajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, tapi peristiwa tersebut menyisakan trauma berkepanjangan.

Sejak saat itu, aku menarik diri dari semua kegiatan. Bahkan aku tak ingin sekolah, tidak ingin punya teman, lebih parah lagi aku benci semua lelaki. Aku menjadi penyendiri, pemurung dan hingga aku jatuh cinta pada kesendirianku. Berbagai cara dilakukan orang tuaku untuk membangkitkan semangatku. Tapi tidak seorangpun bisa mengembalikan sosokku yang dulu, aku tetap menutup diri.

Hingga aku dipindahkan ke luar kota oleh orang tuaku, namun itu tidak bisa menyembuhkan lukaku. Aku tidak menginginkan seorang lelakipun menyentuhku. Sampai ibuku berupaya menjodohkanku beberapa kali, aku tetap tak bergeming.

Setelah tamat sekolah, aku bekerja keras untuk melupakan tragedi tersebut. Selain itu aku juga berusaha dan mencoba mengembalikan kepercayaan diriku kembali. Aku sadar ini bukan usaha yang mudah, tapi aku akan terus berusaha.   

Sekarang aku sudah menjadi seorang pengusaha perempuan yang cukup sukses. Kesuksesan yang kuperoleh dari peluhku sendiri dalam upayaku melupakan masa lalu. Aku dikenal di komunitasku sebagai sosok perempuan sukses di bidang bisnis. Nama dan wajahku sering muncul di koran, bahkan wawancara radio dan televisi.

Walau demikian aku masih meng'haram'kan  lelaki memasuki singgasana hatiku, padahal mayoritas komunitas dan rekan bisnisku adalah pria. Aku tumbuh menjadi profesional yang untouchable oleh cinta. Meski tidak sedikit lelaki yang berusaha memenangkan cinta dan hatiku. Semua usaha mereka menjadi sia-sia, karena tak akan pernah tumbuh lagi kepercayaanku pada  lelaki. 

Lama-kelamaan kesendirian ini meresahkanku. Manakala aku sering ditinggalkan komunitas pergaulanku karena mereka ada kencan dengan pasangan pilihannya. Sedikit demi sedikit aku mulai membuka diri. Seberat apapun aku membuang masa lalu, tapi aku ingin hidup di masa sekarang tanpa bayangan apapun tentang masa lalu.

 Aku ingin orang mengenalku sebagai orang yang sukses, mereka toh tidak perlu tahu apa yang pernah dan telah terjadi padaku di masa lalu. Aku ingin menutup semua tragedi hitam tersebut, bertemu dengan banyak orang dengan beragam permasalahan membuatku makin menyadari, apa yang aku alami masih terlalu sepele. Toh aku 'menebus'nya dengan menjadi perempuan sukses seperti sekarang, setidaknya aku bisa bersyukur untuk itu.

Aku tengah dalam perjalanan baru, membuka diri pada lelaki yang telah kehilangan tulang rusuknya. Mungkin aku yang mencurinya tanpa sengaja. Pembaca, doakan usahaku ini berhasil. [Selvia Zheng / Gorontalo] Sumber: Facebook

PESAN KHUSUS

Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

MENU LINKS

http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA