KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 01 Oktober 2012

AKU BAHAGIA JADI ISTRI SIMPANAN

Dua hari berturut-turut aku menerima curhat dari dua orang temanku. Status mereka sama, menjadi istri simpanan pejabat eksekutif. Namun seminggu terakhir, aku sering menerima uneg-uneg mereka yang diselingi dengan tangisan yang membuatku gerah.

Bagaimana tidak, aku masih ingat betul beberapa waktu lalu, saat mereka memutuskan untuk menjalani hidup yang penuh 'keterbatasan' ini dengan kegembiraan yang membuncah. Namun, belum genap setahun usia kebersamaan mereka, sudah seribu satu macam komplain dan ketidakpuasan yang mampir di telingaku.

Sebagai wanita, aku juga tidak lebih baik dari mereka, statusku juga sama dengan mereka. Istri Simpanan. Namun aku tidak pernah merasakan sedikitpun hal-hal sebagaimana yang mereka keluhkan padaku akhir-akhir ini. Aku tergoda untuk menceritakan kehidupanku sendiri. Setidaknya, aku masih memiliki kebahagiaan, walau tidak banyak. 
 
Aku seorang istri yang disimpan oleh seorang pria yang baik dan agamis. Ia  mencintai aku dan anak-anakku dengan caranya sendiri, yaitu secara sembunyi-sembunyi. Namun aku menghargai upayanya, karena aku sangat memahami peran dan keterbatasannya. Maka aku mensyukuri saja apa yang kudapatkan ini.
 
Suamiku, sebut saja namanya Reno, 43 tahun, memiliki satu putri dari istri pertamanya. Reno sendiri sebetulnya memiliki keluarga yang berbahagia. Hingga suatu kali dalam sebuah pertemuan yang sebenarnya dirancang untuk pertemuan bisnis, mendadak Reno dan aku terpanah asmara Dewi Amor.
Kami saling bertatap, meski sesudahnya kami berusaha mengelak  dari debaran hati masing-masing. Alhasil, hari itu kami menghabiskan waktu bersama sejak makan siang sampai makan malam. Bayangkan, selama delapan jam kami mengisinya dengan (hanya) obrolan ringan.

Sungguh ! Kami tidak merencanakan untuk tertarik satu sama lain. Aku sempat terguncang secara kejiwaan selama beberapa hari, karena aku tidak dapat melogikakan tentang debaran hati yang timbul saat bersama Reno serta sebuah rasa kehilangan yang dalam jika tidak bersamanya.

Reno adalah seorang pengusaha yang meneruskan bisnis keluarganya yang kemudian berhasil mengembangkannya. Reno mempunyai intuisi bisnis yang baik dan jitu. Reno juga memiliki kemampuan diskusi yang cukup handal dan mengasyikkan untuk dijadikan lawan debat. Hobby Reno adalah menonton pertandingan sepakbola dan mendengarkan musik. 
 
Sedangkan aku sendiri seorang perempuan yang mempunyai sepasang putra putri. Usiaku sudah tidak lagi muda, empat puluh tahun. Aku mempunyai pekerjaan yang cukup mapan dan mempunyai kesempatan mengembangkan bisnisku dengan leluasa.
 
Setelah hubungan kami menginjak lima bulan, Reno meminangku dan mengajakku mengarungi bahtera rumah tangga dengan cara yang hanya kami sendiri yang memahaminya, sembunyi sembunyi. Kami menikah siri,  di hadapan penghulu dengan mas kawin seperangkat alat sembahyang. Aku bersyukur dan menerima kehadiran Reno dengan ikhlas.
 
Reno mencoba memerankan dirinya dengan benar dan sebaik-baiknya, sebagai suami yang mempunyai dua istri. Walau kadangkala kami hanya dapat bertemu seminggu sekali, tapi aku  memahami  keterbatasan itu.  
Aku tidak pernah menuntut waktunya secara berlebihan, jika ternyata Reno mempunyai waktu menemuiku hanya sebentar. Bagiku ini adalah konsistensi yang harus aku tanggung saat menerimanya sebagai suami dengan statusku sebagai istri simpanan. 
 
Tidak pernah sedikitpun aku mencemburuinya. Aku hanya berpikir logis dan sederhana, jika kami masih bisa menikmati penikahan kami yang unik ini, tentunya kami akan tetap menjalaninya. Tapi jika suatu hari kami harus berpisah karena sesuatu hal, tentu kami akan berpisah. Walaupun ini akan menyakitkan untukku dan untuk Reno. Tapi kami sudah mempersiapkan hati dan jiwa kami jika hal buruk tersebut terjadi.
 
Aku berusaha berfikir jernih tentang pernikahan sembunyiku ini. Aku memerlukan tiga bulan untuk berpikir saat akan mengiyakan pinangannya. Tidak mudah, karena ini menyangkut tentang sisi keikhlasanku sebagai manusia biasa. Tapi Reno terus menerus berusaha menyakinkanku, bahwa pernikahan ini yang terbaik  dilakukan oleh kami berdua. Setelah melihat kesungguhan hatinya, maka aku luluh dan menerima pinangannnya. Tanpa syarat.
 
Sekarang,  hubungan kami memasuki usia setahun, tanpa pernah beradu mulut alias bertengkar. Aku dan Reno mencoba merawat cinta kasih kami dengan baik, tanpa debat yang berarti, kecuali canda-canda yang kami ciptakan untuk mengobati kerinduan kami.
 
Aku dan Reno sepakat menerima pernikahan ini dengan apa adanya dan kami hanya perlu menjaga serta merawat pernikahan terselubung kami. Sampai kapanpun dengan cara apapun. For my life, it's very simple... [Vivi Tan / Jakarta] Sumber: Kisah-Nyata

PESAN KHUSUS

Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

MENU LINKS

http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA