KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 13 Juli 2011

TATA BAHASA DALAM KICAUAN BURUNG

Tata bahasa, secara umum dianggap sebagai salah satu keunikan dari komunikasi umat manusia. Akan tetapi berdasarkan sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience, menyatakan bahwa beberapa burung juga menggunakan tata bahasa dalam kicauan mereka.

Kentaro Abe dan Dai Watanabe dari Universitas Kyoto, Jepang, melakukan percobaan terhadap burung pipit benggala (Lonchura striata domestica).

Burung-burung ini menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan saling bersuara satu sama lain dalam sebuah "harmonisasi kicauan." Di alam liar, burung pipit benggala biasanya akan langsung merespon dengan lantang ketika mendengar sebuah kicauan asing, yang biasanya berasal dari kutilang yang mengganggu.

Kicauan burung ternyata juga terdiri dari suara-suara yang berbeda, layaknya sebuah kata maupun kalimat yang berbeda. Dalam percobaan tersebut, para peneliti pertama-tama memutar rekaman kicauan burung secara berulang-ulang untuk diperdengarkan kepada pipit, hingga akhirnya burung-burung pipit tersebut menirukan kicauan dan seolah membuat jawaban dari rekaman kicauan yang diperdengarkan.

Selanjutnya, rekaman kicauan tadi sengaja diubah, dan peneliti menggunakan 4 alternatif rekaman kicauan untuk diperdengarkan kembali kepada pipit. "Apa yang kami temukan sungguh tidak terduga," kata Abe, kepada New Scientist.

Pipit hanya menjawab salah satu versi dari 4 alternatif rekaman kicauan, yang disebut sebagai "SEQ2," dan sama sekali tidak responsif terhadap 3 rekaman kicauan yang lain. Dan reaksi ini secara konstan terjadi pada hampir 90 persen dari burung sampel.

"Hal ini menunjukkan bahwa terdapat aturan tertentu dalam urut-urutan kicauan mereka," ujar Abe.

Gisela Kaplan, peneliti kicauan burung dari University of New England, Australia, mengatakan kepada Broadcasting Corporation Australia: "Percobaan Abe terhadap pipit tersebut layaknya Anda disajikan dengan kalimat 'besok kita akan pergi ke kebun binatang. Sedangkan 3 alternatif lain menyebutkan tata bahasa yang salah, seperti 'kebun binatang pergi, kita besok akan'. Dan ternyata pipit tersebut hanya merespon 1 saja, yang dianggapnya sesuai dengan tata bahasa mereka."

Para ilmuwan menemukan bahwa daerah bagian otak pipit yang sedang aktif bila salah tata bahasa sedang disampaikan, ialah anterior nidopallium. Daerah ini mirip dengan daerah Broca pada otak manusia.

Dan percobaan lebih lanjut oleh Abe dan Watanabe menunjukkan bahwa kemampuan untuk membedakan tata bahasa itu bukan bawaan lahir pada burung ini. Pipit yang dibesarkan dalam isolasi tidak bereaksi terhadap SEQ2 sampai mereka menghabiskan waktu dua minggu bersama burung lain. Jadi kesimpulannya, mereka juga harus belajar bahasa terlebih dahulu, layaknya manusia, dan mereka mempelajarinya dengan cepat. [Jelia Lin, Kupang, Tionghoanews]


** Anda bebas kirim artikel di atas kepada teman-teman atau ajak gabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews dan http://www.facebook.com/chinese.indo **

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA