Untuk mendinginkan udara di kabin, setiap kali bepergian saya selalu membuka jendela, meski angin dari luar tak lagi bersih lantaran polutan. Atas usul seorang teman, saya pasang kipas angin kecil di dalam mobil. Lumayan.
Suatu hari saya harus mengantar ibu seorang teman saya. Ia bertanya, apakah mobil dilengkapi pendingin ruangan. "Oh, tidak!" jawab saya. "Lha, ini ada tombol AC-nya," katanya sambil menunjuk tombol di dashboard. "Oh, itu tombol listrik bolak-balik." Karena gerah, wanita itu memaksa saya memencet tombol itu. "Maaf, Bu. Ini mobil saya. Tentu saya lebih tahu daripada orang lain."
Diam-diam tanpa sepengetahuannya, saya pencet tombol tersebut. Tiba-tiba kehidupan segera berubah. Udara di dalam kabin jadi sejuk, segar, dan menyenangkan. Semua itu hanya karena sentuhan jari.
Saya tersadar, betapa jutaan ide dan talenta yang tertanam dalam diri manusia bisa hilang begitu saja kalau yang bersangkutan tidak pernah memakainya. Padahal, bila seseorang mau dan berani mencoba sesuatu yang baru, secara signifikan pasti akan memperkaya kehidupan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Lantas apa yang membuat kita enggan memencet "tombol-tombol" keberanian hati, keahlian, atau pengembangan diri? Tak lain adalah: loyalitas masa lampau, kesetiaan kepada orang lain, ketakutan akan hal-hal baru, dan devaluasi diri. [Rosvina Ang / Palu / Sulteng / Tionghoanews]