Pada malam bazar itu semua barang dagangan sang setan, masing-masing dibungkus dalam kemasan menarik. Ada banyak pilihan yang ditawarkan: dendam, kebencian, iri hati, cemburu, ketamakan, hawa nafsu, dan ketidakjujuran, terlihat di antara barang-barang yang dipajang. Di samping pintu masuk persis di sebelah kanan, sebuah barang berbentuk seperti jepitan bersepuh emas dengan hiasan batu permata yang tampaknya sudah sering dipakai orang, ditaruh dengan anggunnya di dalam kotak kaca. Seorang pengunjung bertanya:
"Barang apakah ini? Kenapa harganya begitu mahal?"
Penjaga stan setan menjawab, "Itu namanya keputusasaan."
"Mengapa jauh lebih mahal dibandingkan dengan perkakas lain yang dipajang di sini?" si penanya penasaran.
"Karena dengan alat itu saya dapat menjebol pintu suara hati seseorang yang tidak mempan ditembus dengan alat-alat lainnya. Sekali alat ini sudah berada di dalam, semua perkakas lainnya dengan mudah bisa menyusul masuk untuk melakukan tugasnya masing-masing."
Melihat semua ini benarlah apa yang dikatakan filsuf kelahiran Jerman, Friedrich Nietzsche dalam karyanya, Thus Spke Zarathustra "… ketika aku melihat setan dalam diriku, ia tampak sangat serius, begitu saksama, bersemangat, dan bersungguh-sungguh. Ia menyimpan daya magnet yang amat besar, sehingga setiap makhluk yang melewatinya pasti akan jatuh." [Roswati Lim / Mataram / Tionghoanews]