Pada suatu ketika seorang desa berjalan melewati sebuah gua di pegunungan. Persis pada waktu itu, gua menampakkan salah satu dari keajaiban-keajaibannya yang jarang tampak kepada semua orang. Ya, di dalam gua saat itu terlihat banyak harta. Ini kesempatan bagi orang yang ingin memperkaya diri.
Ia masuk ke dalam gua dan melihat gunung emas dan batu-batu berharga. Dengan tergesa-gesa ia memasukkan emas dan batu berharga ke dalam kantung yang ada di punggung keledainya. Ia tahu dari legenda bahwa gua itu hanya terbuka dalam jangka waktu yang sangat terbatas. Maka harta itu harus diambil dengan tergesa-gesa.
Keledai itu penuh muatan dan ia kembali dengan kegembiraan besar karena nasibnya yang begitu baik. Ketika teringat akan tongkatnya yang tertinggal di gua, ia kembali dan cepat masuk ke dalam gua. Sayangnya, berbarengan dengan itu tibalah saatnya bagi gua untuk menghilang. Dengan demikian orang itu hilang bersama gua itu tanpa pernah muncul lagi.
Sesudah menunggu satu hingga dua tahun, orang-orang desa menjual harta yang mereka temukan di atas keledai dan memperoleh keberuntungan dari nasib baik orang yang malang itu.
Kalau burung pipit membuat sarangnya di hutan, sarang itu menempati sebuah ranting. Kalau rusa memuaskan dahaganya di sungai, ia minum tidak lebih daripada yang dapat ditampung oleh perutnya.
Kita mengumpulkan barang karena hati kita kosong. [Irene Ang / Malang]