Berdiri di hadapan para jurnalis, Brown membagikan kisah keberhasilannya berjuang dari dua penyakit mematikan: AIDS dan leukemia. Kisah keberhasilan yang lebih sering disebut sebagai keajaiban oleh sebagian besar orang ini berawal dari keberadaannya di Berlin tahun 2007.
Saat itu Brown sedang menjalani perawatan terkait infeksi HIV yang dialaminya dengan menggunakan obat anti-HIV yang umum dipakai. Ternyata di saat bersamaan leukemia yang diidapnya berkembang sehingga dia memutuskan untuk melakukan transplantasi sumsum tulang.
Dokter yang menanganinya memutuskan untuk mencari pendonor yang memiliki sebuah mutasi genetis. Kelainan genetis yang dimaksud adalah ketiadaan CCR5 yang biasanya dijadikan "markas" oleh HIV untuk masuk ke dalam sel tubuh CD4. Harapan dari dokter tersebut adalah membuat sel-sel yang kebal terhadap infeksi HIV.
Setelah donor ditemukan, pria yang kini berusia 45 tahun tersebut harus menjalani kemoterapi berat untuk menghentikan kinerja sel imun dalam tubuhnya, yang dapat menolak kehadiran sumsum tulang yang sudah mengalami mutasi tersebut. Ternyata, meski baru masuk masa pemulihan, Brown tidak lagi perlu mengonsumsi obat ant-HIV karena sudah tidak lagi ditemukan keberadaan virus di tubuhnya.
Lima tahun kemudian, Brown dinyatakan tidak lagi terinfeksi HIV. Sebuah laporan yang langsung menimbulkan respon besar. Termasuk tanggapan negatif, seperti laporan terbaru yang menyebutkan ketiadaan virus di tubuh Brown tidak benar. Untuk itu, di hadapan para jurnalis, Brown menyatakan meski ketika upaya yang sama dilakukan pada sembilan orang lainnya tidak berhasil, bukan berarti hal yang sama terjadi pada dirinya. "Saya telah sembuh dari AIDS dan akan selalu sembuh," ujarnya.
"Saya memiliki leukemia dan itu merupakan jalan untuk saya untuk bertahan hidup, namun saya tidak pernah mengharapkannnya," pria asal Amerika Serikat tersebut melanjutkan paparannya. Apalagi ketika dia pernah benar-benar merasakan kondisi seperti akan mati. Selanjutnya Brown menyatakan, "Saya tidak memilih untuk menjadi 'pasien Berlin'. Saya hanya manusia biasa yang ingin mengambil peran dalam upaya penyembuhan AIDS."
Terakhir, dia berucap, "Kini saya memutuskan untuk mendedikasikan hidup saya, tubuh saya, dan kisah saya untuk mencari cara penyembuhan bagi siapa pun yang menderita AIDS dan bagi siapa pun yang mungkin terinfeksi sebelum obat ditemukan." [Diana Yang / Surabaya]