Di usianya yang ke-18 tahun, beliau memutuskan untuk pergi dari tanah kelahirannya bersama beberapa saudaranya. Dengan semangatnya yang begitu besar kakekku mulai merantau dan berpisah dari keluarganya.
Saat itu kakekku benar-benat tinggal sebatang kara dan terdampar sebuah negara, tepatnya di sebuah desa di pulau jawa. Menjadi buruh, kuli bangunan, dan sebagainya beliau jalani dengan penuh semangat karena sebuah prinsip hidupnya yaitu mencapai kesuksesan.
Pada usianya yang ke-25 tahun, beliau memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis keturunan tionghoa. Entah karna alasan apa kakekku mengangkat seorang anak perempuan, anak dari kerabat dekat istrinya yang kemudian menjadi anak pertama mereka. Beberapa tahun kemudian akhirnya kakekku di karuniai anak ke-2, seorang anak perempuan yang lahir dari rahim istrinya.
kesuksesan demi kesuksesan pun mulai di raihnya seiring dengan berjalannya waktu. Di mulai dari beberapa sawah yang beliau miliki. Namun kesuksesannya tidak seiring dengan harapannya. Istrinya tidak juga memberinya seorang anak laki-laki yang di dambakan kakekku, hingga beliau memutuskan menikah untuk ke dua kalinya.
Semua itu karna Kakekku benar-benar menginginkan seorang anak laki-laki, karena baginya anak laki-laki adalah penerus keturunan keluarga. Namun Tuhan berkehendak lain, istri keduanya itu meninggal saat melahirkan seorang anak, anak itu pun tidak dapat di selamatkan.
Sejak kepergian istri keduanya kakekku tidak juga putus asa. Hingga beliau bertemu dengan seorang perempuan tionghoa beranak satu, Beliau adalah nenekku.
Nenekku bukanlah seorang yang kaya raya. Karena anak laki-lakinya yang selalu sakit-sakitan dan himpitan ekonominya saat itu, nenekku akhirnya bersedia ketika kakekku dan istrinya mengadopsi anaknya. Anak laki-laki itu pun menjadi anak ke-3 kakekku.
Pada awalnya, Kakekku dan istrinya menampung nenekku dengan baik. Hingga suatu hari Kakekku memutuskan untuk menikah dengan nenekku, dan nenekku melahirkan dua orang anak, yang pertama anak perempuan (dia adalah ibuku), dan seorang anak laki-laki yang lebih muda satu tahun dari ibuku. Keinginan kakekku pun terpenuhi dengan ke-5 anak yang sekarang di milikinya.
Kebahagiaan sempat di rasakan nenekku, namun tidak berselang lama. Kerabat dekat istri pertama kakekku menghasut istri pertama kakekku hingga beliau sangat membenci nenekku. Beliau yang semula ramah, tega memisahkan nenekku dari ke-3 anak kandungnya. Menyentuh anaknya sedikitpun tidak di ijinkan.
Sakit hati nenekku pun tidak terbendung lagi ketika ibuku di tuduh mencuri uang 5 rupiah milik adik ipar kakekku. Padahal ibuku yang waktu itu masih kecil tidak pernah mencurinya. Nenekku pun memutuskan untuk pergi dari kakekku. Kakekku yang terpengaruh dengan hasutan dari keluarga istri pertamanya, membiarkan nenekku pergi namun tidak dengan ke-3 anaknya. Kakekku memisahkan nenekku dengan ke-3 anaknya dan tidak pernah mengijinkan ibu dan anak itu bertemu sedikitpun.
Saat itu kesuksesan kakekku benar-benar mencapai kejayaannya. Beliau sangat di hormati oleh penduduk pribumi. Kakekku pun kemudian bertemu dengan seorang gadis pribumi. Saat itu kakekku memang tergolong pemuda yang tampan di daerah itu dan gadis itu benar-benar mengagumi ketampanan kakekku.
Telah berbagai cara di lakukan kakekku untuk membuat gadis itu menjauh darinya, salah satunya menikahkan gadis itu dengan pemuda lajang, namun gadis itu tetap menolak.
Gadis itu benar-benar tidak pernah melepaskan kakekku. Hingga terjadi pertengkaran hebat antara kakekku dengan ke-5 anaknya yang sudah remaja. Anak-anak kakekku mengetahuinya masalah kakekku dengan gadis pribumi itu, benar-benar marah.
Kesalah pahaman itu semakin membesar. Namun tidak ada satu orang pun yang dapat menyelesaikannya. Semula istri kakekku tidak mengetahui hubungan kakekku dengan gadis itu yang berlangsung selama bertahun-tahun. Namun menurut desas-desus yang ku dengar, istri kakekku itu jatuh sakit ketika mengetahui hal itu, hingga mengakibatkan beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
***
Anak laki-laki adalah penerus keluarga. Itulah pemahaman kakekku tentang garis keturunan keluarga, yang membuat sebagian besar kasih sayangnya tercurah pada anak laki-lakinya saja.
Ke-5 anaknya pun hidup dengan perbedaan kasih sayang yang sangat besar. Perbedaan itu pun ku rasakan sebagai seorang cucu.
Aku dapat merasakan perbedaan kasih sayang kakekku kepada cucunya dari kedua pamanku begitu besar dari pada kasih sayangnya padaku.
Selama Tiga tahun aku tinggal bersama kakek, aku tidak pernah mendapatkan perlakuan manja. Walaupun berbagai cara yang ku lakukan tidak dapat membuatnya tersenyum dan merasa bangga padaku. Bahkan sepulang sekolah aku selalu berlari ke pabrik tuanya untuk bekerja. Namun beliau malah menganggapku sebagai pegawainya, setiap pekerjaan yang ku lakukan selalu di berinya upah sama seperti upah pegawainya yang lain.
Saat itu aku benar-benar di membenci kakekku. Karena dia tidak pernah tersenyum bangga dengan keberhasilanku, namun sebaliknya, beliau tidak pernah lupa memakiku saat aku melakukan kesalahan, sekecil apapun kesalahan itu.
Hingga mendekati hari-hari terakhir hidupnya. Aku baru merasakan penyesalan yang begitu dalam. Saat itu untuk kelangsungan pendidikanku aku memutuskan pergi dari rumah kakekku. Untuk yang pertama kalinya aku melihat kesedihan terpancar dari wajahnya. Beliau mengantarku ke depan rumah saat aku berpamitan padanya. Beliau memberiku banyak nasehat seperti layaknya seorang kakek yang selaluku impikan dulu.
Beberapa bulan kemudian, ada sesuatu yang membuatku pulang ke rumah kakekku lagi. Tapi sampai saat ini aku tidak mengetahui alasannya. Saat itu pula, untuk pertama kalinya aku melihat kakekku terbaring lemah di kamarnya. Kakekku yang selama 86 tahun tidak pernah seperti itu, membuatku perasaanku tidak dapat aku ungkapkan dengan pasti. Semua anggota keluarga tidak pernah memberi tahuku tentang kesehatan kakekku beberapa bulan terakhir.
Sore itu untuk pertama kali dan terakhir kalinya aku melihat kakekku lemah tak berdaya. Aku seperti dapat merasakan perasaan beliau yang selalu aktif dalam berbagai kegiatan selama 86 tahun hidupnya, kini tidak bisa melakukan kegiatannya seperti biasanya. Olah Raga,, pergi ke Bank,, mengawasi para pegawai,, memakiku,, semua itu tidak dapat di lakukannya lagi. Sedangkan aku hanya bisa berdiri di depan kamarnya, memperhatikan kakekku yang hanya bisa diam saat beberapa orang melakukan berbagai cara pengobatan.
"Tuhan..!! Apa beliau adalah kakekku yang ku kenal?" tanyaku dalam hati.
Di masa tuanya pendengaran dan penglihatan kakekku memang sudah terganggu, begitu juga dengan ingatannya.
"Kapan kamu datang?" tanya kakekku. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa melihat kehadiranku di pintu kamarnya setelah beberapa orang telah selesai melakukan usaha pengobatan.
Pertanyaan itu membuatku gembira. Karena baru pertama kalinya kakekku peduli akan kehadiranku. Tapi tangisku melebihi rasa bahagiaku itu, bagaimana bisa kakekku bertanya seperti itu? Sementara sudah hampir seharian aku berdiri di depan kamarnya.
Keesokkan harinya pamanku, yang merupakan anak bungsu kakekku membawa kakekku ke rumah sakit. Pada awalnya kakekku menolak, tapi pamanku tetap membawanya ke rumah sakit. Sementara aku tinggal di rumah kakek, hanya bisa menunggu hasil pemeriksaan dokter.
Beberapa hari kemudian aku sengaja datang ke rumah sakit yang letaknya tidak begitu jauh dari sekolahku. Saat itu aku baru di beritahu bahwa kakekku terserang Stroke, padahal dalam perjalanan menuju rumah sakit, aku sudah membayangkan bahwa kakekku akan lebih baik dari pada terakhir kali aku melihatnya. Bahkan Ku langkahkan kakiku semakin cepat, karna aku ingin beliau menatapku lagi. Namun yang terjadi, Aku hanya bisa melihat kakekku tidur pulas dengan puluhan selang di sekitar bagian tubuhnya.
"Suruh sopir mengantarnya pulang!! Jangan biarkan anak itu pulang sendiri!!" perintah kakekku saat aku pamit karna harus meninggalkan rumah sakit. Kalimat terakhir yang tidak pernah aku lupakan. Aku dapat mendengarnya dengan jelas walaupun kata-katanya sudah tidak terucap dengan benar. Aku benar-benar ingin memeluknya,, Kebencianku terhadapnya seketika hilang tanpa jejak mendengarnya berusaha keras mengucapkan setiap kata yang di ucapkannya, agar seluruh orang di dekatnya mengerti dengan apa yang di katakannya.
Tapi aku lagi-lagi hanya bisa berkata dalam hati
"Tuhan..!! Apa dia benar-benar kakekku?"
Keesokkan harinya lagi, aku tidak bisa mengunjungi kakekku, karena kegiatan sekolah yang begitu padat, ujian akhir sudah semakin dekat karna saat itu aku sudah duduk di kelas 12. Dengan berat hati, aku menunda niatku ke rumah sakit hari itu.
Namun tidak aku sangka. Pagi-pagi sekali aku menerima kabar bahwa kakekku meninggal dunia.
Kabar duka yang tidak pernah ku bayangkan. Seharian aku menangis di kelasku, hingga membuat teman-teman sekelas dan para guru aku sangat khawatir, hingga guruku meminta salah seorang teman sekelasku mengantarku pulang ke rumah kakekku.
Tepat di depan kamarnya, aku berdiri seperti beberapa hari yang lalu. Kini yang dapat ku lihat hanya jasad yang terbujur kaku di atas tempat tidur. Perlahan aku mendekatinya, ku genggam tangannya yang dingin, ku ciumi wajahnya yang pucat.
Wajahnya tampak memperlihatkan senyum, tidak seperti raut wajah yang ku lihat setiap kali aku mencium beliau semasa hidupnya.
Aku tatap jasad itu, Jasad kakekku benar-benar seperti kakekku yang sedang tidur siang, aku tidak percaya bahwa kakekku sudah pergi. Walaupun aku membencinya aku sangat mengenal raut wajahnya ketika beliau tidur siang, wajahnya tampak begitu damai. Tidak berbeda dengan jasad di hadapanku itu.
"Kakekku belum meninggal,, dia hanya lelah,, dia hanya tidur siang seperti yang di lakukannya setiap hari!!" kataku pada diri sendiri.
~Epilog~
Roda itu selalu berputar,, sejak kematian istri pertamanya,, kesuksesan kakekku mengalami kemunduran dari waktu ke waktu.
Sampai akhir hidupnya gadis pribumi itu masih setia pada kakekku. Aku tidak pernah bertemu dengan gadis itu, karna dia tidak pernah berani muncul di hadapan anggota keluarga kami sejak kematian nenek tiriku. Dan seluruh anggota keluarga juga tidak pernah membahas gadis itu lagi, bahkan saat kakekku sakit,, semua anggota keluargaku merahasiakan rumah sakit tempat kakekku di rawat dari orang luar.
Sedangkan nenek kandungku sampai saat ini tanggal 15 September 2012, beliau masih hidup dan tinggal bersama anak-anaknya dari pernikahannya yang ke tiga kali. Dan Baru satu tahun yang lalu aku baru bisa bertemu dengannya. Dan sampai saat ini aku baru dua kali bertemu dengannya.
Dan setelah kakekku pergi aku baru menyadari bahwa beliau juga sangat menyayangiku,, karna aku adalah cucu yang tinggal dan hidup bersamanya,, beliau berusaha keras mendidikku menjadi orang yang kuat dan tegar dengan caranya sendiri tanpa di ketahui orang lain tanpa terkecuali.
~Kesimpulan~
1. Kenyataan itu tidak pernah sejalan dengan apa yang diharapkan.
2. Tanpa usaha, tujuan, prinsip hidup yang pasti, kita tidak akan pernah mendapatkan yang kita inginkan.
3. Penyesalan itu selalu datang belakangan.
4. Tidak akan ada yang tahu apa yang orang lain pikirkan tentang kita.
5. (Bisa kalian sebutkan sendiri dech)
- End -
Nb : Ini adalah KISAH NYATA ... :)
Sumber kisah ini aku dapat dari beberapa surat yang di tulis oleh kakekku untuk pamanku, satu-satunya anak laki-laki kakekku, karna aksi penolakan terhadap gadis pribumi membuatnya kabur dari rumah dan merantau ke Jepang.
Selain itu aku mendapatkan kisah ini dari saksi Hidup, yaitu nenek kandungku sendiri.
Buat yang aku tag,, Jeongmal mianhae,, Kisah ini aku buat begitu aja,, karna keisenganku petik bunga melati di depan kantor tadi pagi,, membuatku teringat akan kakekku yang setiap hari selalu menyiram tanaman melati yang ku tanam di depan rumah kakek. Aku sangat menyukai aroma melati,, Namun tanaman itu pun ikut pergi bersama kakekku,,saat kakekku pergi meninggalkanku untuk selamanya. Aneh..!! Padahal yang aku tau bunga melati itu mudah sekali hidupnya.. XD
Oya satu lagi,, Setelah menulis kisah ini aku baru sadar bahwa sebentar lagi adalah peringatan 4 tahun kakekku meninggalkan dunia ini.. [Curcol XD / Tionghoanews.com]
EMAIL KAMI
Anda juga bisa mengirim berita Tionghoa atau artikel lain untuk tampil dalam situs ini, dengan cara kirim ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com