Kami menikah tahun 2005 lalu. Pernikahan kami awali dengan masa pacaran yang terbilang singkat hanya sekitar 3 bulan. Dalam waktu tiga bulan tersebut aku memang belum mengenal watak Mala, namun aku yakin dengan pilihanku saat ini. Aku yang sudah matang dalam usia dan mapan dalam pekerjaan, kemudian meminangnya dan memutuskan untuk segera menikahinya, karena waktuku yang sangat terbatas terkait pekerjaanku sebagai seorang pelaut.
Setelah menikah, kami tinggal di rumah yang telah aku beli sebelumnya yang sengaja aku rahasiakan untuk aku jadikan kejutan buat Mala. Rumah itu memang tak sebagus rumah orang tua Mala, namun asri, sederhana dan cukup untuk membina sebuah keluarga kecil yang bahagia. Dengan dilengkapi sebuah mobil, dan satu orang pembantu, sepertinya aku tak perlu lagi memikirkan apa apa.
Dua bulan setelah menikah, aku harus kembali melaut dalam waktu yang cukup lama. Awalnya aku merasakan kekhawatiran saat akan meninggalkan Mala, tapi jika melihat perilakunya yang pendiam, santun, dan taat dalam menjalankan ibadah, rasanya kekhawatiran itu tak pantas aku tujukan kepadanya. Lagi pula tempat tinggal kami tak berapa jauh dari rumah orang tuanya sehingga aku bisa "menitipkan" Mala pada keluarganya.
Satu bulan sejak aku tinggalkan, Mala memberi kabar bahwa ia tengah mengandung anak pertama kami. Betapa bahagianya saat aku mendengar kabar tersebut, sepertinya aku ingin segera kembali ke rumah dan memeluk Mala erat-erat. Tapi keinginan itu hanya menjadi sebuah angan-angan karena tugasku di laut masih enam bulan lagi.
Singkat cerita, saat aku kembali ke rumah, usia kandungan istriku telah mencapai tujuh bulan. Saat itu aku mulai mendengar desas-desus miring mengenai kelakuan Mala saat aku tinggalkan. Aku memang tak lantas mempercayai semua desas-desus itu, karena di mataku Mala merupakan istri yang setia dan bertanggung jawab.
Namun ketika ia hamil untuk yang kedua kalinya, aku mulai mencurigai ada yang "tak beres" dengan kehamilannya. Pasalnya semenjak kami memiliki anak pertama, aku selalu menggunakan "alat pengaman" saat berhubungan badan dengannya, sehingga kehamilannya itu membuatku menjadi sedikit bingung dan mulai memasang telinga.
Suatu saat, aku berupaya mencari tahu kebenaran tentang kelakuan istriku, dengan alasan akan kembali melaut aku berencana menjebak istriku. Dan benar saja sehari setelah kepergianku, Mala mulai menampakan prilaku yang sebenarnya. Gerak-geriknya memang tak mengundang kecurigaan, setiap pagi ia pergi ke pasar untuk membeli segala kebutuhan. Yang membuat aku curiga kenapa ia tak menyuruh pembantu untuk berbelanja. Dan karena kecurigaan itu, aku sengaja membuntutinya saat ia pergi berbelanja.
Dan rupanya benar apa yang kudegar selama ini, di pasar Mala selalu menemui orang yang sama, seorang pria muda dengan penampilan yang cukup tampan. Sebentar kemudian mereka pergi ke sebuah rumah yang tak jauh dari pasar. Dan aku tak ingin menebak apa yang selanjutnya mereka perbuat di dalam rumah itu.
Baru setelah anak kedua lahir, aku mulai memberanikan diri bertanya tentang kebenaran desas-desas yang selama ini aku dengar. Awalnya ia memang menyangkal semua tuduhan itu, namun setelah aku tanyakan siapa laki-laki yang sering ia temui di pasar ia mulai terlihat gugup dan kemudian menangis. Dan akhirnya ia tak lagi bisa mengelak, ia mengakui perselingkuhan yang ia lakukan sejak kami menikah. Tapi ia bersumpah bahwa dua anak yang ia lahirkan adalah anak kandungku.
Aku memang tak bisa menolak pernyataan Mala, namun aku tetap tak bisa menerima apa yang telah ia lakukan terhadapku. Saat itu juga aku berencana mengajukan cerai kepadanya, tapi ia menolak dan berjanji untuk tak mengulangi perbuatannya itu. Selama hampir satu tahun aku memendam persoalan itu, karena aku tak ingin keluargaku mendengar apa yang terjadi dengan rumah tanggaku.
Namun semakin hari, semakin aku tak bisa hidup dengan tenang, bayang-bayang perselingkuhannya masih saja menganggu kehidupanku, aku masih memiliki keinginan untuk menceraikan Mala dan membawa anak-anakku dan membesarkannya dengan baik. Namun aku sendiri tak tahu kapan keinginanku itu bisa aku wujudkan, karena di sisi lain Mala memang menunjukkan kesungguhannya untuk berubah. [Denny Ang / Pangkalpinang]
--
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah | Kontak
PESAN DARI ADMIN
Mari kita dukung artikel-artikel kiriman dari teman-teman Tionghoa dengan cara klik "SUKA", kemudian teruskan ke dalam jejaring sosial anda "Facebook, Twitter, Google+, Dll". Ingat ! Anda juga bisa mengirim artikel ke dalam situs blog ini melalui email ini.