KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 17 Januari 2011

CINTAKU, CINTAMU, CINTANYA

Rasa cinta emang bisa datang kapan saja, ops mirip iklan yah? Ah, aku mendesah. Tak bergeming dari layar komputer. Jari-jariku tak pernah berhenti walau sejenak, kadang cemberut kadang juga tertawa. Meski mata perih, namun tetap tak mau beranjak, soalnya sahabatku lagi curhat. Kami jarang bertemu, dengan cara seperti inilah kami berkomunikasi. Lewat chatting, sesekali telepon dan SMS.

***
"Aku sangat menyukainya," tulis Maya. Berjuta kalimat pujaan ia tuliskan untuk menggambarkan sosok pria yang ia cintai. Sesekali aku membalasnya dengan gurauan menyuruhnya untuk membuang sosok laki-laki yang digambarkan Mya tersebut ke laut atau di asingkan ke gurun. Maya hanya terkekeh, menggambarkan emoticon dengan grafik menjulurkan lidah berbalik mengejekku.

Ai: Apakah dia menyukaimu?
Maya: Hmmm
Ai: ... ??
Maya: Mungkin

Waks? Mataku terbelalak. Mungkin? Aku hanya berharap jangan sampai tragedi cintaku terulang padanya. Sebab kami punya banyak kesamaan, tapi please untuk yang satu ini jangan! Pintaku entah pada siapa.

Aku mencintai sahabatku yang selama ini selalu ada, baik dalam suka maupun duka, namun ketika kunyatakan perasaan ini, tiba-tiba dia berubah tanpa alasan yang jelas. Sekeras apapun usahaku untuk melupakannya, justru semakin sering bayangannya muncul. Akh, cinta. Dan dia sahabat yang kucintai mulai menjauhiku, Fiuh, betapa tersiksa hati dan jiwaku ini.

Maya: Wei... ketika aku bilang suka padanya
Ai: <ding>
Maya: Dia menghilang hikzz...
Ai: ... ??
Maya: Aku terlanjur suka padanya, tapi dia menghilang.
Ai: Oh, no! apa aku pernah mengenalnya?
Maya: Tentu saja.

Aku menghela nafas, beberapa detik aku berpikir dan tak lama kemudian satu nama ia sebutkan, tertulis sangat jelas dengan huruf kapital, yang is kirimkan ke layar komputerku.

Maya: EDDY TANTORO

Sigh... DAMN! Nama yang sama. Mataku melotot. Degup jantungku hampir berhenti ketika membaca nama itu. Begitu manarik kah Eddy sehingga setiap perempuan yang mengenalnya dengan mudah jatuh hati padanya? Aku berguman.

Ai: Maksudmu Eddy si anak Medan itu?
Maya: Iyah!

Aku menahan nafas. Emosiku terguncang lagi, sungguh tidak mudah untuk melupakan Eddy.

Ai: Kau serius? Bagaimana bisa begitu?
Maya: Entahlah, semua terjadi begitu saja.

Aku speedchies, statusku idle. Akh, betapa sakitnya mengharapkan cinta. Apalagi mencintai tanpa dicintai. Bukankah, cinta tak harus memiliki? Ya, ya, setidaknya banyak orang yang seperti itu.

Maya: Ai... still here?

Koneksi internetku tiba-tiba terputus. Untung atau tidak, tak perlu aku mencari alasan supaya tak dimintai komentar. Dan akh... sial! Maya menelponku. Aku gelagapan, belum siap berterus terang pada Maya. Maka tak kuhiraukan telepon darinya, aku merebahkan diri di kasur, memandang langit-langit, kemudian perlahan mataku terpejam dan terlelap dalam mimpi.

Beberapa hari berlalu ...

Tak ada angin, tak ada hujan, apalagi petir. Pokoknya hari yang sangat cerah dan menawan. Handphone yang cimcardnya ingin kucopot itu berdering dan terpampang SMS dari Eddy Tantoro. Antara senang, marah, jadi satu berkecamuk dalam pikiranku. Betapa tidak@ Sudah susah payak aku melupakan dirinya tapi dia mengusikku melalui Maya, lalu menyusup melalui handphone. Haiya, meski begitu, tetap saja aku memantaunya lewat facebook.com/chinese.indo Eddy ingin menemuiku dan tentu saja kesempatan baik ini akan kumanfaatkan. Ini saatnya aku meminta alasan padanya.

Aneh sekali, tanpa kusadari aku mempersipkan diri dengan sebaik-baiknya termasuk dalam penampilan. Lipglass yang sudah lama tak kusentuh, akhirnya mengkilapkan bibirku kembali. Mataku berbinar-binar. Kupakai gaun berwarna hijau dengan sepatu hak tinggi.

"Maya," aku berseru. Maya menoleh kearahku.
"Ngapain kamu disini Ai?" Tanya Maya.
Aku celingukkan, perasaanku jadi kacau, rasanya Eddy hendak mengadu domba kami.

"Aku..." jawabku tergagap
"Ah, sudahlah, Ayo duduk," kata Maya.

Benar-benar rasanya nggak nyaman, apalagi ketika Maya menatapku dengan mata yang tak berkedip. Bulu kuduku berdiri.

"Apa kau juga menyukai Eddy?"
Duaf... bola-bola api menyerangku seperti leonid meteor shower. Alisku terangkat, bola mataku berputar-putar. Pada detik itu, Eddy tiba-tiba muncul menghampiri kami. Reaksi kami mematung sebab dengan sumringahnya Eddy memperkenalkan pacarnya pada kami, wanita dengan alis tebal dan rambut panjang sebahu yang sudah berhasil meluluhkan hati Eddy. Aku dan Maya saling memandang, kemudian berpelukkan dan tertawa berbahak-bahak. Namun tak bisa dipungkiri kami menangis bersama ketika Eddy pergi bersama pujaan hatinya itu.

"Ini alasan," kataku
"ya, selamanya kita bertiga hanya akan menjadi sahabat. Hanya sahabat," sahut Maya

Kami saling tersenyun, beradu pandang kemudan terkekeh. [Yinnihuaren/Eddy]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA