KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 11 Maret 2013

LENGAN DAN KAKI UNTUK YANG LAIN

Bob Butler kehilangan kakinya dalam sebuah ledakan ranjau darat di Vietnam tahun 1965. Ia kembali ke rumah sebagai pahlawan perang. Dua puluh tahun kemudian, ia membuktikan sekali lagi bahwa kepahlawanannya berasal dari hati.

Butler sedang bekerja di garasi rumahnya di sebuah kota kecil di Arizona, Amerika Serikat saat musim panas, ketika ia mendengar jeritan seorang wanita dari sebuah rumah di dekatnya. Ia mulai menggulirkan kursi rodanya menuju rumah, tetapi semak-semak rimbun tidak bisa membuatnya masuk melalui pintu belakang. Lalu ia turun dari kursi rodanya dan mulai merangkak melewati sampah dan semak-semak.

"Aku harus ke sana," katanya. "Tidak peduli betapa sakitnya." Ketika Butler tiba di kolam renang ada seorang gadis tiga tahun, Stephanie Hanes, tercebur ke dalamnya. Ia lahir tanpa lengan dan jatuh ke dalam air, padahal tidak bisa berenang. Ibunya berdiri berteriak panik. Butler terjun ke dasar kolam dan membawanya naik. Wajahnya membiru, tidak ada denyut, dan tidak bernapas.

Butler segera melakukan pernapasan buatan untuk mencoba membuatnya bernapas kembali. Sementara, ibu Stephanie menelepon paramedis, yang segera keluar memenuhi panggilannya. Karena tak berdaya, ia menangis dan memeluk bahu Butler.

Butler melanjutkan memberikan napas buatan, dan dengan tenang meyakinkan si ibu. Jangan khawatir, katanya. "Saya sudah menjadi tangannya untuk keluar dari kolam renang. Kini, saya menjadi paru-parunya. Mari, kita bersama-sama membuatnya."

Beberapa detik kemudian gadis kecil itu batuk-batuk, sadar kembali, dan mulai menangis. Sang ibu langsung memeluk anaknya. Sambil berpelukan, ibu Stephanie bertanya kepada Butler bagaimana ia tahu kalau anaknya akan baik-baik saja.

"Saya tidak tahu," katanya. "Tapi ketika kaki saya meledak di medan perang, saya sendirian. Tidak ada seorang pun di sana yang membantu saya, kecuali seorang gadis Vietnam. Ia berjuang menyeret saya ke desanya, ia berbisik dalam bahasa Inggris yang terpatah-patah, 'Tidak apa-apa. Anda dapat hidup lagi. Saya akan menjadi kaki Anda. Bersama-sama kita buat itu.' Kata-kata itulah yang membawanya harapan bagi jiwa saya dan saya ingin melakukan hal yang sama untuk Stephanie. "

Ada saat-saat ketika kita tidak bisa berdiri sendiri. Ada saat-saat ketika kita membutuhkan seseorang untuk menjadi kaki kita, tangan kita, teman kita. [Merissa Tjia / Surabaya]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA