Patung Buddha perunggu tersebut awalnya dibuat di Tiongkok dan diresmikan pada Desember 1993 dalam upacara ritual agama Buddha yang megah.
Duduk dengan tenang di dataran tinggi Ngong Ping, dikelilingi alam pegunungan Pulau Lantau yang indah, Buddha raksasa seolah tengah mengamati para makhluk di dunia yang penuh hiruk pikuk ini. Dengan telapak tangan kanan ditegakkan, Sang Buddha mengambil mudra tangan yang tengah memberikan karunianya kepada seluruh makhluk di dunia.
Di bawah patung, tepatnya di kiri kanan patung Buddha setinggi 34 meter yang konon berbobot 250 ton tersebut, duduk enam patung dewa (six devas) dalam sikap penuh hormat, yang antara lain melambangkan Berpantang – Samadhi – Kebijakan, yang diajarkan Buddha Sakyamuni.
Di samping patung raksasa tersebut, Ngong Ping juga menawarkan atraksi lain, seperti Biara Po Lin yang cukup indah. Di samping biara, para pengunjung dapat mencoba masakan vegetarian yang disiapkan oleh para rahib di sana.
Mengunjungi Ngong Ping sangatlah mudah. Dari Kowloon ataupun Hong Kong Island, para pengunjung dapat menaiki metro (MTR) hingga ke stasiun Tung Chung. Keluar dari stasiun Tung Chung, pengunjung dapat mengambil kereta gantung (cable car) menuju Ngong Ping 360.
Keluar dari stasiun cable car, kita akan melintasi Ngong Ping Village yang rumah-rumahnya ditata dalam gaya arsitektur tradisional, dan 'desa' ini menawarkan berbagai kebutuhan turis, mulai dari outlet Starbucks, supermarket 7eleven, toko suvenir dan restoran, panggung pentas serta teater kecil. Setelah berjalan beberapa ratus meter, pengunjung akan bertemu gerbang yang dinamakan Ngong Ping Piazza, yang diikuti oleh Bodhi Path, dengan dua belas patung jenderal langit mengawal di kiri kanan jalan Bodhi tersebut.
Tepat di ujung Jalan Bodhi, pengunjung dipersilakan menarik napas dalam-dalam sebelum menapaki 268 anak tangga untuk mencapai patung Buddha raksasa. Setelah tiba di atas, kita dapat memutari atau memasuki patung raksasa tersebut, yang sekarang dijadikan sebuah museum mini berisi sutra-sutra, lukisan agama Buddha maupun relik dari Sang Buddha.
Masih belum lelah? Anda dapat mengunjungi perkampungan nelayan tradisional Tai O. Maka tanpa terasa hari pun sudah menjelang sore. Kembali dengan cable car menuju stasiun Tung Chung, kita dapat melepas rasa dahaga pada banyak cafe yang tersebar di pusat perbelanjaan di samping stasiun cable car. [Meilinda Chen, Jakarta]