Yati menimang dua ponsel di tangannya, satu berwarna putih dan satunya lagi hitam. Ia sedang bingung antara memilih yang hitam atau yang putih. Meski dengan merek dan seri yang sama, namun si penjual membanderol ponsel tersebut dengan harga yang berbeda. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya ia memutuskan mengambil ponsel warna putih, meskipun dengan selisih harga lebih mahal sekitar Rp.70 ribu. "Lebih cantik," kata Yati yang saat itu berada sentra penjualan ponsel, Lucky Plaza, Nagoya.
Ponsel yang dibeli Yati adalah BlackBerry seri Curve 8520. Ponsel pintar (smartphone) tersebut ia dapatkan dengan harga Rp.1.590.000. Harga tersebut berdasarkan kurs dolar Singapura saat itu sebesar Rp.7.100 per dolar. Menurut Yati, ia rela membeli ponsel pintar itu lantaran tertarik dengan aplikasi BlackBerry Messenger (BBM) yang memang disediakan khusus untuk berkirim pesan antarsesama pengguna BlackBerry.
"Aku dengar pakai BB kan facebook-an dan interneten lebih gampang, jadi coba aja," ujarnya.
Yanto, salah seorang pedagang ponsel di Lucky Plaza, menuturkan dalam kisaran beberapa bulan terakhir ponsel yang paling banyak dicari pelanggan di tokonya adalah BlackBerry. Hal itu, kata Yanto, karena ponsel pintar ini tengah digandrungi oleh semua kalangan. "Sekarang yang memakai BB (singkatan untuk BlackBerry-red) bukan hanya orang kantoran, tapi anak sekolah juga pakai," ujar Yanto.
Terlebih, sambung dia, kemudahan berkirim pesan singkat secara gratis antarsesama pengguna BlackBerry (BBM) juga menjadi daya tarik orang memilih BB. Meski begitu, Yanto melihat kecenderungan pembeli memilih BB lantaran penyesuaian pola gaya hidup, bukan kebutuhan. "Kan emang trennya begitu," katanya.
Sebenarnya, ujar Yanto, beberapa jenis ponsel pintar lain seperti iPhone atau Samsung Nexus juga menjadi incaran pengunjung yang datang ke Lucky Plaza. Sayangnya, harga ponsel tersebut masih terbilang tinggi yakni berada di kisaran Rp.3 juta ke atas. "Itulah kenapa banyak yang milih BB, karena memang harganya ada yang masih terjangkau," kata Yanto.
Lain lagi dengan penuturan Dewi yang juga berjualan ponsel di Lucky Plaza. Menurutnya, pelanggan yang datang ke tokonya lebih banyak memilih ponsel merek Nokia. Hal itu, kata Dewi, karena ponsel dengan merek tersebut lebih gampang dioperasikan ketimbang jenis ponsel pintar. Selain itu, variasi serinya juga lebih banyak sehingga pelanggan bisa memilih sesuai kebutuhan. "Ada yang seri biasa untuk nelepon dan SMS, ada juga yang untuk musik dan bahkan smartphonenya juga ada," kata Dewi yang tokonya berada di deretan depan Lucky Plaza.
Khusus untuk beberapa merek seperti BlackBerry, iPhone, Samsung Galaxy S, Nexus, dan beberapa merek ponsel pintar lain terhitung penjualannya masih berada di bawah Nokia. Meski begitu, Dewi mengaku pergerakan beberapa merek seperti Samsung terbilang cukup signifikan beberapa bulan terakhir. "Mungkin karena Samsung sudah menggunakan Android (sebagai sistem operasi-red)," terkanya.
Untuk beberepa bulan ke depan, Dewi memprediksi belum akan terjadi perubahan besar terhadap market handphone di Batam. Hal itu, kata Dewi, lantaran daya beli masyarakat tidak bergantung semata-mata pada tren dan gaya hidup semata, melainkan juga kemampuan finansial yang dimiliki. [Tiffanny Chen / Batam / Tionghoanews]