Sebagai pemuda estewe (setengah tua), Joni nyaris memiliki semua yang didamba perempuan. Wajah ganteng, kekayaan, dan hati yang tulus. Sayang, ada sedikit yang mengganggu penampilannya. Ia agak bongkok.
Belakangan Joni gundah. Ia sedang jatuh cinta. Adelia, putri pengusaha Tionghoa Bandung yang ditemuinya tahun lalu menjerat hatinya. "Memang Nak Joni baik hati. Namun terus terang putri saya sebenarnya takut pertama kali berkenalan dengan Anda." Itu perkataan ayah sang gadis kepadanya.
Tanpa putus asa, minggu lalu Joni minta izin bertemu secara pribadi dengan sang pujaan hati. Syukur, Adelia menerima kehadiran Joni. Mereka bercakap-cakap tentang banyak hal, sampai akhirnya tiba pada topik yang penting soal hubungan kedua insan. "Apakah Lia percaya, jodoh ada di tangan Tuhan, bahkan sudah ditentukan sebelum kita dilahirkan?"
"Oh, ya saya percaya itu," jawab sang gadis.
"Tradisi keluarga kami pun begitu," kata Joni lebih lanjut. Menurut Joni, umumnya begitu seorang bayi lahir di dalam keluarganya, para sesepuh berteriak sambil menengadah ke langit, "Seorang anak telah lahir!" Lalu dari surga terdengar jawaban, nanti jodohnya adalah si Anu!.
"Hal itu mereka lakukan ketika saya dilahirkan. Sayup-sayup terdengar suara dari surga, 'Jodohmu bernama Adelia. Sayang, ia terlahir bertubuh bongkok.'" Mendengar itu seketika semua orang menangis. Saya pun menjerit, "Oh, Tuhan. Kasihan dia, kalau dewasa nanti ia akan menderita. Kumohon aku saja yang menanggung bongkoknya. Biarkan dia lahir dan tumbuh sebagai gadis cantik."
Suasana pertemuan menjadi hening. Percaya atau tidak, ketulusan cinta Joni menguatkan pernyataan Alexander di atas. Kedua sejoli itu akhirnya menikah. [Yolanda Li / Banjarmasin / Tionghoanews]