KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 13 Oktober 2012

DEMI KELUARGA, ANAKKU HAMIL

Dengan modal tubuh tinggi semampai serta paras cantik menawan, kuramalkan akan banyak lelaki akan mendekati anak perempuanku. Benarlah dugaanku, sejak usia 16 tahun, Lita putri sulungku telah menjadi perawan molek yang kerap kali dilirik banyak lelaki. Tentu saja aku bersyukur melihat kemujuran ini.

Sebagai Ibu yang melahirkannya, aku sangat berbangga hati melihat kecantikan anakku, selain cantik iapun berakhlak baik. Lita selalu mengasuh kedua adik lelakinya dengan sabar dan telaten. Lita bersekolah di sebuah SMU di bilangan Bintaro, Jakarta. Walaupun secara ekonomi kehidupan kami selalu pas-pasan namun kami berbahagia, karena Mas Wisnu, suamiku, ayah Lita adalah seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab terhadap keluarga. Mas Wisnu bekerja sebagai sales obat-obatan.

Hingga suatu hari suamiku meninggal karena sebuah kecelakaan. Mas Wisnu terjatuh dari sepeda motor yang biasa digunakannya bekerja, sebuah mikrolet yang sedang ngebut langsung menghajar tubuhnya. Tak cukup hancur perasaanku meratapi suamiku, aku juga bingung. Sebagai istri tak bekerja dan tanpa penghasilan selain setoran rutin dari Mas Wisnu, aku mulai kelabakan mencari uang untuk biaya hidup anak-anakku

Masih beruntung, kami memiliki rumah sendiri. Walaupun kecil namun melegakan, karena kami masih mempunyai tempat menetap di dunia ini. Setelah menangisi kepergian Mas Wisnu berbulan-bulan, aku disadarkan oleh sahabatku Mira yang mengingatkanku untuk tetap maju melangkah ke depan menyongsong hidup.

Sejak kepergian ayahnya, Lita menjadi gadis pemurung dan kerapkali menyendiri di dalam kamar. Ia amat terpukul karena Mas Wisnu amat menyayanginya, Lita sangat kehilangan sosok ayahnya.

Kami memulai hidup baru seirit mungkin, dan aku mencoba menawarkan masakan rantangan ke tetanggaku. Mulailah satu dua orang tetangga memesan rantangan. Walaupun masih sedikt yang memesan rantangan, namun kusyukuri.

Dengan sepeda motornya Lita berputar putar di komplek kami. Lita yang membawa rantangan hasil masakanku ke rumah tetangga, menukar rantang plastik baru yang berisi lauk pauk dengan rantang plastik kemarin, semua dilakukan sebelum berangkat sekolah. Lita sekolah siang. Begitulah kami mulai mengais rejeki, hingga makin lama pesanan rantangan makin banyak.

"Ada pesanan rantangan baru, bu," kata Lita suatu hari dan membawa daftar nama pemesan baru tersebut. Namanya Pak Pono, tinggal seorang diri saja dan usianya cukup tua, sekitar 57 tahun, pensiunan karyawan pemerintah. Istrinya baru meninggal karena sakit dan anak-anaknya sudah menikah semua.

Beberapa bulan berselang, pelanggan rantangan makin banyak, Lita harus menumpuk tinggi rantangan di sepeda motornya agar terangkut dengan sekali jalan. Hingga suatu hari kudapati Lita muntah-muntah dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Selama tiga hari Lita sakit, kubawa ia berobat di Puskesmas terdekat agar Lita dapat segera sembuh dan kembali melakukan kerja rutinnya. Untuk sementara kuminta adik-adik Lita mengantarkan rantangan dengan berjalan kaki.

Setelah melalui pemeriksaan air seni, dokter memanggilku dengan wajah serius sembari mengatakan, "Anak ibu hamil 6 minggu." Aku seperti disambar kilat siang bolong. "Tidak mungkin dokter, itu tidak mungkin..!" teriakku panjang. Kutatap wajah Lita dan mendadak kemarahan menjalar ke seluruh tubuhku. Kutampar pipinya berkali kali hingga lebam, kujambak rambut panjangnya hingga ia tersungkur di lantai, namun aku masih belum puas memukulnya, kuangkat kursi dan kuhajarkan ke tubuhnya. Dokter perempuan yang memeriksa Lita berteriak meminta pertolongan suster. Beberapa suster berlarian memasuki ruangan mencegahku menghajar Lita.

Kulihat lebam sekujur badan Lita, namun tak sedikitpun aku merasa kasihan. Yang ada cuma rasa jijik dan malu melihat anak perempuanku ini. Kalau bisa ingin kutelan tubuhnya bulat-bulat, biar masuk kembali ke perutku.

Sepanjang jalan pulang ke rumah, kucubiti seluruh tubuhnya dan kudesak siapa lelaki yang menghamilinya. Lita hanya menangis terisak-isak. Sampai di rumah, kembali kuhajar Lita dengan menggunakan gagang sapu serta segala caci maki keluar dari mulutku. Ibu mana yang tak sedih dan marah melihat anak gadisnya hamil?

Kuseret Lita ke jalan dan kusuruh menunjukkan jalan ke rumah lelaki yang menghamilinya. Namun Lita hanya menangis dan terduduk di aspal jalanan. Sebagian orang lalu lalang melihat bagaimana Lita kuseret dan kutampari hingga darah mengalir dari ujung bibir dan hidungnya.

Mendadak Lita lari masuk ke dalam rumah sembari menangis berteriak di lantai memanggil ayahnya. Tersadar seketika, kupandangi anakku yang bersimbah darah, aku berlari memeluknya dan membersihkan darah yang mengotori tubuhnya dengan bajuku.

Lita langsung mencium lututku dan berujar dengan gagap dan menggigil, "Ibu aku sengaja membuat diriku hamil agar ibu tidak perlu bangun jam 2 pagi, ke pasar dan memasak rantangan lagi, aku tidak tega melihat ibu seperti itu." Terdiam aku tak dapat mencerna maksud ucapan anakku ini. Lita meneruskan, "Pak Pono yang menghamiliku, bu. Biarpun tua, tapi ia baik dan kaya hingga ibu tak perlu kerja lagi."

Kuratapi kemiskinan ini, hingga anak perempuanku memilih menghamili dirinya supaya dikawini orang kaya. Agar ibu dan adik-adiknya terlepas dari kemiskinan. Sakit hati dan sedih berkepanjangan menyeruak hatiku, ternyata anakku ingin menyelamatkan kami semua dari kemiskinan dengan caranya sendiri, cara yang naaif. [Yenni Huang / Solo] Sumber: Ceritaku

PESAN KHUSUS

Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

MENU LINKS

http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA