KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 17 Februari 2011

KISAH ORANG TUA PENJUAL TANAH

Didesa kami senantiasa tersebar sebuah cerita:

Dahulu kala, ada suatu tempat yang berjarak kira-kira dua sampai tiga kilometer arah barat daya dari desa kami, terdapat sebuah dusun yang bernama marga Gao. Kaum lelaki dusun tersebut bercocok tanam, sedangkan kaum perempuan bertenun. Hidup mereka berkecukupan dan makmur.

Pada suatu hari, dusun itu kedatangan seorang lelaki tua berpakaian compang-camping. Dia memikul dua keranjang bambu yang diisi tanah, berjalan di sepanjang jalan untuk dijual. Akan tetapi tidak ada orang yang sudi menanyakannya.

Orang tua itu melihat tidak ada siapa pun yang mau membeli tanah, dia lalu berkata kepada penduduk dusun, "Di rumah saya masih ada seorang ibu renta yang harus saya hidupi. Kami sudah kehabisan beras untuk beberapa hari, saya juga tidak memiliki barang untuk dijual, maka terpaksa memikul tanah ini untuk ditukar dengan uang demi menghidupi ibu saya."

Penduduk dusun tidak pernah mendengar hal yang sedemikian aneh, menjual tanah untuk ditukar dengan uang. Mereka semua tak bisa menahan tawa, ada seseorang menyeletuk, "Pak tua, apa keistimewaan tanah ini? Bukankah ini ada dimana-mana, jadi siapa yang mau membelinya?"

Pak tua itu menjawab, "Benda ini kelihatannya biasa, tetapi benda ini memuat De (baca: te, = pahala, berkah) yang besar. Dia bisa menolong manusia di saat menghadapi bencana besar. Mohon kepada siapa yang berhati baik, kasihanilah ibu saya yang ada di rumah. Belilah sepikul tanah ini!"

Pak tua ini baru selesai berbicara, ada seorang lain yang menimpali, "Tanah memangnya bisa menolong orang? Siapa yang percaya? Pak tua jangan-jangan Anda mau menipu kami." Perkataan tersebut menyebabkan semua orang tertawa lagi.

Kelihatannya tidak ada seorang pun yang mau membeli tanahnya. Lalu Pak tua itu sembari menghela nafasnya dan berkata, "Saya ini orang tua yang telah berjalan menelusuri jalan dan lorong, menjual tanah mengantarkan huo (=hidup), sudah puluhan hari. Namun sayang sekali tidak ada orang yang mau membeli. Kasihan sekali ibuku yang tua renta, dia harus menahan lapar lebih lama lagi."

Saat itu, ada seorang berusia paruh baya bermarga Gao. Orangnya jujur dan baik hati. Dia menaruh iba pada keadaan Pak tua yang sangat kasihan itu, dia lalu berkata, "Pak tua, saya beli tanahmu itu seharga 300 tail. Tolong Anda letakkan tanah itu di halaman depan rumah saya saja, dan cepat-cepatlah bergegas pulang, agar ibumu yang ada di rumah tidak menjadi khawatir."

Semua orang yang melihatnya, menertawakan orang yang membeli tanah itu sambil membubarkan diri.

Saat itu, hari sudah beranjak malam, Si Pak tua penjual tanah masih sibuk menebarkan tanah di-sekeliling rumah orang yang bermarga Gao tadi. Setelah selesai, lalu Pak Tua itu berkata pada tuan rumah, "Huo (= hidup) sudah saya berikan kepada Anda." Kemudian dia meninggalkan tempat itu, hilang dalam kegelapan malam.

Malam itu, bumi serasa merekah dan langit runtuh, gunung bergoncang dan laut berderu, hujan badai bagaikan air yang tertuang dari langit. Dalam legenda dikatakan bahwa Laut Utara menyatu dengan Laut Selatan.

Keesokan harinya, marga Gao yang baik hati itu membuka pintu untuk melihat. Namun alangkah terkejutnya ia melihat rumahnya dikelilingi oleh tanggul dari tanah. Di luar tanggul hanya terlihat air bagai lautan. Seluruh tetangganya habis tersapu air bah, hanya rumahnya sendiri selamat karena dikelilingi oleh tanggul tanah.

Marga Gao yang baik hati itu segera mengerti. Ternyata Pak tua penjual tanah itu telah menyelamatkan nyawa sekeluarganya! Pak tua itu menyebarkan tanah untuk menghadang air bah. Setelah air bah surut, marga Gao yang baik hati itu itu membawa keluarganya untuk pindah ke tempat lain.

Dari cerita tersebut, kita bisa dapatkan pemahaman seperti ini: Kebajikan bisa menolong diri sendiri.

Tepat adalah tindakan kebaikan orang marga Gao yang telah menyelamatkan nyawa seluruh ke-luarganya. Tuhan hanya menolong manusia yang baik. Jika saja penduduk dusun itu mengerti bahwa tindakan kebaikan itu dapat menyelamatkan nyawa mereka, sudah pasti mereka akan membantu Pak tua penjual tanah itu.

Akan tetapi sejarah itu telah berlalu, dan tidak bisa diulang kembali, jadi penduduk dusun itu juga tidak memiliki kesempatan untuk memilih sekali lagi, pelajaran yang mereka dapatkan hanya bisa menjadi komentar dan sebagai referensi bagi generasi penerus. (Antony Ong)

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA