KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 20 April 2011

SATU CINTA DUA AGAMA (20-22)

Ramli dan Tri serentak berdiri menyambut kedatangan Rizal yang secara tiba-tiba itu. Dari ujung kaki sampai ujung rambut Ramli mengamati penampilan Rizal. Lelaki modern, gayanya seperti seorang excekutive muda, tampan dan sangat menawan hati. Ramli berjibaku dengan pikirannya tentang sosok pria yang baru saja datang itu.

Rizal lelaki sejati yang juga sedang berjuang mendapatkan cinta Tri. Terbesit juga tanya di hatiya, mengapa Tri tidak menerima cinta pria ini? Tri pun tertegun dengan tampilan Rizal kali ini, beda dari biasanya yang selebor dan selengekan. Rizal sepertinya sengaja datang dengan tampilan yang lain, bukan Rizal yang biasa yang dikenal Tri sebelumnya.

Namun rasa kagum itu hanya sesaat, sebab ia telah mantap dengan pilihan hatinya Ramli. Ya Ramli yang kini ada di sampingnya. Tidak akan tergoda lagi ia dengan pria lain, meskipun pria lain itu adalah Rizal dengan segala pesonanya.

Rizal juga gagap saat melihat Tri, yang semakin hari dimatanya semakin cantik dan anggun. Apalagi saat ini ia melihat Tri dengan kerudung polos berwarna lembut. Tri biasanya tidak pernah memakai kerudung, namun kali ini penampilannya sangat bersahaja.

“Apa yang membuat Tri berubah secepat ini? Mungkinkah laki-laki biasa di sampingnya ini ?” Berjuta pertanyaan berselancar di benak Rizal.

“Silakan duduk, Rizal.. !” Tri mempersilakan tamunya duduk, walau masih terlihat sangat cemburu, akhirnya Rizal duduk juga. Ia memilih duduk di kursi tepat berhadapan dengan Tri, hingga ia bisa lepas menatap wajah indah yang selama ini sangat dirindukannya.

“Mengapa tidak mengabariku kalau mau datang, Rizal?” Tri memecah keheningan diantara mereka.

“Maaf Tri, aku mengganggu acara kalian ya ?” Sanggahnya lesu.

“Ahh..bukan kok, biasa saja. Malahan kami senang kamu ada di sini Rizal ” Ramli mencoba melibatkan diri dalam percakapan itu.

“Benar, sama sekali tidak menganggu. Hanya saja aku kaget dan tidak menyangka kamu akan datang. Kalau sudah sampai disini ya tidak apa-apa. Sekalian aku juga ingin bicara denganmu. ” Tri tegas sekali bicara.

“O ya.. ada apa ya Tri? Biasanya kamu selalu menghindar jika kuajak bicara. ” Sinis Rizal menanggapi.

Tri menarik nafas dalam sebelum mulai bicara. Ditatapnya Rizal dengan tatapan yang tidak dimengerti lelaki itu. Kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Ramli. Ramli tersenyum kepada Tri, seakan memberinya semangat untuk mengatakan pada Rizal, kalau hubungan mereka telah lebih dari sahabat.

“Maafkan aku Rizal, selama ini aku menghindar bukan karena aku tidak tertarik dan tidak peduli dengan perasaanmu. Tapi kamu tahu sendiri, Rizal, hubunganku dengan Koko Li baru berakhir, dan itupun dengan cara yang sangat tidak kuinginkan.”

“Sungguh, aku berat menerima itu, dan kau datang pada saat yang tidak tepat untukku. ” Tri sekali lagi menarik nafasnya dalam, ia menyentuh gelas minumannya di atas meja, gelisah hatinya seakan tergambar dari caranya memutar gelas berkali-kali.

Tak hendak ia meminum air dalam gelas itu, sampai Rizal memaksanya untuk meneruskan cerita. “Lalu Ramli?” sambil menatap sinis pada Ramli, Rizal bertanya.

Tri seakan terhenyak dengan pertanyaan itu, ia kembali memandangi lelaki yang kini telah resmi menjadi kekasihnya menggantikan Li.

“Uda Ramli teman SMA ku, kami sudah saling mengenal sejak lama. Ia tidak pernah mendesakku untuk menerima cintanya, dia memberikan aku kesempatan untuk menyembuhkan lukaku dari terputusnya hubunganku dengan Koko Li. ”

Bagai sebuah tamparan berkali-kali yang diterima Rizal saat mendengar penjelasan Tri. ”Ooo..jadi menurutmu, aku selalu memaksamu? Begitu ?” Suara itu lebih terdengar sebagai sebuah bentakan di telinga Tri.

Ramli hanya diam, sambil menundukkan kepalanya. Ini bukan waktunya ia bicara. Mungkin diam akan lebih baik baginya.

“Cinta tidak bisa dipaksakan, Rizal, aku tidak pernah menginginkan keputusanku ini akan menyakiti dirimu. Tapi mengertilah, Rizal, tidak mudah bagiku untuk memutuskan ini.”

“Namun dengan berat hati aku harus katakan. Sekarang Ramli adalah pacarku, dan Insya Allah dalam waktu dekat kami akan menikah.“

Tri mencoba melirik ke Rizal, wajahnya kini semakin memerah menahan amarah. “Maafkan aku, bulan depan kami akan meresmikan hubungan ini, aku harap kau mau datang dan merestui kami berdua. ”Lanjut Tri mantap.

Rizal langsung berdiri dari duduknya. Dengan sejuta amarah dalam hatinya.

“Ok..jika itu telah putusan final darimu. Sia- sia aku datang ke sini! Tetapi aku juga harus sadar mulai saat ini!” Hampir tak terdengar suara Rizal saat mengatakan itu seakan mengingatkan dirinya.

“Selamat Ramli, jaga Tri baik-baik dan jangan kecewa. Agar kau tahu saja, aku sangat mencintainya. ” Rizal mengulurkan tangannya pada Ramli. Ramli menyambutnya dengan hati sedikit kebingungan.

“Maafkan aku. Rizal. Aku mengerti perasaanmu. ” Lama ia menatap kearah Tri. Tri tidak sanggup menantang tatapan itu. Rizal kembali menjulurkan tangannya.

”Aku sudah mendengar jawabanmu, Tri. Semoga kau bahagia dengan pilihanmu. Aku tidak akan mengganggumu lagi. ” Tri terharu mendengar kata-kata Rizal, tanpa sadar matanya yang sudah hangat sedari tadi, menitikkan airmata.Tri mnyambut tangan Rizal dan berucap.

”Terimakasih sudah mau mengerti aku Rizal. Maafkan aku, selamanya kau adalah sahabatku. ” Sesungging senyum tulus degan air mata yang terus menetes ia menyambut tangan Rizal.

Rizal memaksasakan juga bibirnya tersenyum, saat ia melihat air mata Tri betapa pilu hatinya, airmata itu adalah air mata tulus seorang sahabat yang tidak ingin kehilangan sahabatnya. Rizal tersadar, betapa cantiknya wajah itu tanpa air mata. Lalu ia sangat menyesal telah membuatnya menangis.

“Ayo, hapus air matanya, kamu jelek sekali kalau menangis. ”Canda Rizal sambil mengeluarkan saputangan kotak-kotak berwarna abu-abu dari kantong celananya. Sungkan Tri menerima saputangan itu.

“Ayo..Tri Rizal benar, hilang manisnya karena air mata itu. !” Ramli ikut membenarkan.

Kemudian Tri tertawa dan menagambil saputangan itu. Tri mengusap air matanya, Tri bisa mencium bau wangi parfum dari saputangan Rizal. Rizal tersenyum, Ramli juga tersenyum. Bertiga mereka saling berpandangan lalu kemudian tertawa.

“Tri, ayo, bawa tamunya masuk. Kita makan bersama !” Suara Mama dari dalam rumah membuat tawa mereka terhenti.

“Waah, sepertinya Mama sudah menyiapkan santapan lezat untuk kita. Kebetulan aku sangat lapar. ” Celoteh Rizal.

“Yuk, kita masuk dulu kalau begitu ”Ajak Tri. Kemudian mereka melangkah ke dalam rumah. Sore itu menjadi sore yang indah di umah Tri. Tawa, canda terdengar di meja makan. Rizal yang paling banyak bicara, karena memang ia sebenarnya kocak dan cuek. Ramli hanya ikut-ikutan tertawa, barangkali juga ia menjaga wibawanya di rumah calon mertua.

**
Sebulan lagi, Tri dan Ramli akan melangsungkan pernikahan. Tri tidak ingin terlalu lama membuat orangtuanya menunggu lagi. Lagipula ia mulai yakin, bahwa Ramli adalah lelaki yang baik, shaleh, dan bisa membuatnya bahagia.

Mendengar kabar ini, tentu saja Li bahagia, namun masih terbersit sebuah pikiran,”Andai saja pengantin pria itu adalah aku! Ah, tapi sudahlah, kenyataannya bukan aku!”

Bukankah saat ini Li sudah menemukan pengganti Tri yang sepadan, Fera Noor Aini. Wanita agresif, ceria, dan baik hati. Yang penting lagi keluarga Fera bersedia menerima Li apa adanya dalam hal keyakinan. Mereka bisa menikah kelak tetap dengan keyakinan masing-masing. Itulah komitmen mereka.

Sepertinya Li dan Fera tidak mau kalah dengan pasangan Tri dan Ramli yang akan segera menikah. Karena mereka sudah serius merencanakannya dengan matang.
Li merasa ia dan Fera adalah pasangan yang cocok. Bisa saling melengkapi dan saling mengerti.

Perbedaan yang ada diantara mereka tak menjadi halangan. Dua agama akan dipersatukan dalam satu cinta anak manusia. Sebab cinta warnanya adalah sama dan tidak pernah membedakan.

Setiap manusia memiliki cinta suci di dalam sanubarinya yang dapat mengalir kemana dan kepada siapa saja. Ketika manusia dapat menyadari alangkah bahagianya.

Li telah menemukan warna cinta yang sama nan tulus dari seorang wanita yang bernama Fera Noor Aini.

Di kafe dimana biasanya mereka menghabiskan waktu senja itu Li mengabarkan sebuah berita untuk Fera. Dalam remang petang ibu kota mereka berdua berbicara.

“Fer, aku bahagia sekali. Hari ini aku mendapat kabar, bahwa bulan depan mantanku akan menikah!”

“Mantan? Maksudmu, Tri?” Fera menanggapi dengan serius kali ini.

“Ya, memang yang mana lagi?” Li sedikit menggoda. Sebelum melanjutkan, Li menyeruput kopi hangat yang terhidang di depannya.

“Aku berpikir, sudah waktunya juga aku akan melamarmu, Fer!” Kata Li serius dan tegas.

Part.22

“Menikaaah?” Fera terbelalak dengan ucapan Li yang tiba-tiba. “Koko serius,? Bukannya aku tidak percaya Ko! Tapi tolong jawab tanyaku dengan hati yang jujur.!” Kali ini Fera terlihat sangat serius, tidak seperti biasanya yang suka bercanda. Mungkin karena ia sadar pernikahan bukanlah soal sepele dan bisa dibuat bercanda.

“Apa Koko benar-benar mencintaiku? Apa aku bukanlah pelarian unuk cinta Koko yang kandas bersama Tri?” penuh harap Fera menunggu jawaban Li.

Li menarik nafas dalam. Sebelumnya ia telah menduga Fera akan bertanya hal itu, karena memang hubungan mereka begitu cepat terjadi.

“Bukan sayang!” dengan tampang yang selucu mungkin Li menjawab keresahan hati Fera. Li memiliki wajah yang lentur, muka lucu bisa dipertontonkan dengan seribu wajah. Tentu saja ini sebuah keunikan yang sangat disukai para gadis, termasuk Fera.

Paras lucu dengan senyum terunik kali ini, tidak bisa membuat Fera untuk tidak tertawa. Tapi itulah hebatnya Li, saat senyum dan tawa Fera mengembang ia cepat mengambil alih, dan langsung bicara serius.

“Aku mengerti kekhawatiranmu Fer. Aku memaklumi, wajar saja jika kamu meragukan cintaku. Jujur Tri memang belum hilang dan jejaknya tak akan terhapus di hatiku. Namun bukan berarti aku tidak mencintaimu.

Kau sangat mengenal diriku, kita besama di kantor ini sudah cukup lama. Kamu mengerti aku selalu berusaha cepat mengambil keputusan. Jika satu jalan tertutup bagiku, aku sgera mencari pintu lain yang bisa kumasuki.

“ Tri kini adalah bagian dari masa lalu. Dan kita tidak bisa larut dalam masa lalu itu, sebab hidup terus berjalan. Masa depan akan menjelang.

Tidak bisa di hambat, kebahagiaanku adalah saat ini. Aku ingin yang menemaniku menikmati kebahagiaan itu adalah kamu Fer.” Li meraih tangan Fera, menggenggamnya.

Kemudian ia kembali bicara “Menikahlah denganku!” Senyumnya penuh harap.

Fera tergugu dalam diam, kata-kata Li begitu penuh makna. Sesuatu yang sangat dikagumi Fera darinya.

“Kau tidak perlu percaya hari ini, karena mungkin kata-kataku belum sanggup membuktikan ketulusan cintaku.”Li melanjutkan dengan tangan Fera masih ada dalam genggamannya.

“Setelah menikah, kamu akan tahu bahwa dirimu adalah wanita isimewa untukku. Tentu saja aku juga akan menempatkanmu di tempat paling istimewa dalam hatiku.”

Begitu serius Li mengungkapkan isi hatinya.

Fera menunduk, memandangi tangannya yang semakin erat digenggaman Li. Terasa aliran hangat cinta Li menyentuh sampai ke kalbunya. Ia membiarkan air bening dari sudut matanya membuat garis lurus di wajahnya yang mulus. Pelan-pelan air mata itu jatuh menimpa tangan Li.

Li bergegas melepaskan genggamannya, sigap ia menghapus airmata itu dari wajah Fera dengan ujung jari jempolnya.

“Aku tidak percaya seorang Fera menangis!” Li menggoda kekasihnya. Sebuah pukulan lembut mendarat di lengan gagah Li.

“Ehemmm…! Ok. Aku mau menikah denganmu.” Jawaban Fera matap. Membuat mata Li berbinar bahagia. Ingin ia mencium dan memeluknya erat. Tapi diurungkan niatnya. Senyum mengembang di bibir sepasang kekasih itu.

“Tri akan menikah minggu besok, dan aku akan mengajakmu ke sana untuk menghadiri undangannya. Kita akan menyusul mereka sebulan setelahnya. Apa kamu siap?” Li kembali bertanya.

“Berarti waktu kita untuk persiapan masih ada kira-kira satu setengah bulan lagi? Apa itu cukup?” Tanya Fera serius.

“ Ku kira cukup, toh kita bukan anak pejabat bukan? Yang harus repot dengan beragam ceremonial.” Ujar Li mantap.

“Ok deh, aku siap. Setelah ini kita cari gaun penganten ya..!” bujuk Fera manja.

“Baiklah sayang, beres!” balas Li.

Lalu mereka beranjak dari duduk dan terus meluncur meninggalkan café itu. Mereka selalu bergandengan tangan, terlihat sekali hati mereka tengah berbunga-bunga.

***
Bunyi saluang memecah hening malam di desa Tri. Dendang pantun terdengar begitu meriah. Saluang adalah musik tradisional Minangkabau, dengan seruling yang dibuat secera sederhana dari bahan bambu yang tipis sebagai alat musiknya. Permainannya dengan cara ditiup, pemain saluang mampu menyanyikan satu lagu dengan satu nafas tanpa putus. Malam ini saluang didendangkan untuk menghibur ibu-ibu yang memasak untuk persiapan pesta Tri esok hari. Semua yang hadir menikmati malam bahagia itu.

Malam ini juga adalah malam bainai, yakni malam Tri dipasangkan inai sejenis kutek pada kukunya yang lentik. Besok adalah hari bahagia Tri, ia akan menjadi ratu sehari, dan Ramli adalah rajanya.

Rumahnya dipenuhi kebahagiaan yang berlimpah, pelaminan ala adat minangkabau telah terpajang dengan indahnya. Kental sekali terasa nuansa adat dalam rumah itu Selain Tri, Mamanya adalah orang yang paling bersyukur dan bahagia menyambut pernikahan Tri. Ia sangat terharu akhirnya anak gadisnya menikah juga. Sekelumit doa mengalun dari bibirnya. Ia mengetuk pintu langit agar Tuhan membukakan pintu keberkahan untuk putri semata wayangnya.

****
Tri sangat cantik sekali hari itu. Dengan pakaian adat Minangkabau kebanggan daerahnya Sunting di kepala dan senyum merekah yang tiada henti menghiasi bibirnya. Ramli juga tak kalah gagah hari itu, dengan pakaian serasi mereka duduk bersanding di pelaminan, menunggu tamu undangan yang sebentar lagi akan datang.

Pesta berjalan sangat meriah, para undangan sudah mulai rami yang datang. Serombongan teman-teman Tri datang dari Jakarta. Ternyata Li, Fera dan teman kantor mereka. Ada Diah dan beberapa teman lain yang Tri tidak kenal sebelumnya.

Mereka semua menyalami pasangan penganten yang tengah berbahagia. Saat Li menyalami Tri dan mengucapkan selamat, lama mereka saling diam. Sebelum ucapan selamat keluar juga dari mulut Li.

“Selamat berbahagia ya Diak! Semoga menjadi keluarga yang diberkahi.” Ucap Li tulus.

Kemudian Li menyalami Ramli. “ Aku percaya kamu adalah imam yang baik untuk Tri” sebuah tepukan di lengan Ramli Li berkata.

”Trimakasih, aku akan selalu ingat kata-katamu Li” tegas Ramli yakin dengan senyum bahagia hingga memperlihatkan giginya yang putih bersih.

Tripun menyambut ucapan Li dengan seyum penuh kelegaan.  Hatinya puas Li dan dirinya sudah dapat menerima takdir hidup dengan keihklasan. Tidak ada lagi rasa canggung soal perasaan di hati mereka.

Tri semakain bahagia saat Li juga memperkenalkan Fera sebagai calaon istrinya, secepatnya mereka akan menyusul untuk menikah. Tentu berita ini adalah berita gembira untuk mereka semua.

Tiba-tiba Rizal juga muncul. Tapi ia hanya sendiri. Rizal bergabung besama rombongan Li. Rizal menyalami Tri dan Tri untuk mengucapkan selamat.

Saat Li memperkenalkan Fera pada Rizal. Mata Rizal memandang seorang wanita di samping Fera. Dengan gaya khasnya ia berkata. “Li, Fera temanmu cantik sekali, boleh aku mengenalnya?” Tanya Rizal serius.

Diah yang disentil memerah wajahnya. Lalu secepat kilat Rizal sudah menjulurkan tangannya. “Rizal !” ia menyebutkan namanya dengan sedikit kerlingan mata.

“Diah menyambut tangan itu. “Diah” senyumnya manis.

Rizal senang menatap Diah berlama-lama, sepertinya ia jatuh cinta pada wanita itu. Dan gayung seolah bersmabut. Karena Diah menunjukkan sinyal yang sama. Diah terlanjur suka dengan gaya cuek Rizal. [sebelumnya | tamat ]
Disalin oleh: Chen Mei Ing

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA