KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 02 Mei 2011

BUNGA YANG TUMBUH DI GUCI

Ada seorang perempuan desa, ketika pada hari raya pertama membuka pintu rumahnya, dia melihat di pintu rumahnya ada orang yang sengaja meletakkan sebuah guci yang berisi abu jenasah. Hal yang demikian sial terjadi pada hari pertama hari raya, pasti ini adalah perbuatan tetangganya yang bermusuhan dengannya karena dendam kepadanya sengaja melakukan hal itu.

Menurut tradisi di pedesaan, hal ini adalah hal yang sangat sial, karena hari ini adalah hari raya yang membuat setiap orang bergembira mengapa bisa melakukan hal yang tidak menggembirakan? Jika perbuatan ini menimpa orang terpelajar dia hanya akan berkata, "Apakah perlu bersabar lagi?, dan jika kejadian ini terjadi pada orang yang kasar, maka dia akan memaki, bahkan akan memukul orang, atau memakai guci ini memukul kekepala orang yang melakukan hal ini, maka guci tersebut akan benar-benar menjadi tempat abu jenasah.

Kejadian tragis ini tentu akan membuat orang menangis, maka pada saat ini toleran terhadap orang lain memegang peranan yang sangat penting. Yang akan mencairkan rasa dendam menjadi persahabatan, membuat yang kalah menjadi pemenang.

Saya akan menceritakan kepada anda sekalian akhir dari cerita ini.

Orang desa ini membawa guci tersebut ke sawahnya, mengambil tanah dan diisi kedalam guci, kemudian dia mengambil sebatang pohon bunga sakura menanamkan batang tersebut di guci ini.

Pada hari raya berikutnya, bunga didalam guci ini bermekaran, dengan diam-diam dia meletakkan guci yang berbunga ini dipintu rumah tetangga musuhnya ini. Pada hari itu juga, tetangga musuhnya dengan perasaan malu datang kerumahnya meminta maaf dan berkata, "Sobatku, saya telah kalah."

Saya sungguh menyukai akhir cerita ini, saya sangat salut kepada orang desa ini dengan bijaksana dia dapat menyelesaikan masalah, dia tahu bagaimana sifat sabar yang bijak. Walaupun hanya orang desa tetapi  perbuatannya lebih mulia dari orang yang terkadang mengganggap dirinya terpelajar, tetapi ketika menghadapi masalah tidak teringat kepada etika lagi.

Oleh sebab itu toleran terhadap orang lain, juga merupakan perbuatan baik terhadap diri sendiri. (Erb/hui)

http://yinnihuaren.blogspot.com
Disalin oleh: Chen Mei Ing - Jakarta

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA