Ahli biologi dan psikolog umumnya memahami bahwa cahaya dapat memengaruhi mood, perilaku, serta fisiologi seseorang.
"Cahaya memainkan peran penting dalam mengatur denyut jantung, irama sirkadian, tidur / siklus bangun, pencernaan, hormon, suasana hati dan proses tubuh yang lain," kata rekan penulis studi Brian Wiltgen dari University of Virginia dalam siaran pers.
"Dalam penelitian kami ingin melihat bagaimana hal itu mempengaruhi takut belajar."
Para peneliti menduga bahwa tikus sering keluar di malam hari karena takut dengan pancaran cahaya yang kuat, sama dengan ketika manusia sedang takut berada di kegelapan.
Dalam studi tersebut, para peneliti tikus dikondisikan untuk mengasosiasikan nada panjang dengan sengatan listrik, sengatan yang dilakukan setelah nada yang berulang-ulang.
Setelah asosiasi terbentuk, tikus diam setiap kali nada dimainkan. Selama pengujian, para peneliti menempatkan tikus di bawah intensitas cahaya yang berbeda ketika nada dimainkan, dan menemukan bahwa tikus akan diam lebih lama ketika intensitas cahaya lebih tinggi.
"Kami menemukan bahwa cahaya itu sendiri tidak selalu meningkatkan rasa takut, namun lebih banyak cahaya meningkatkan pembelajaran terhadap rasa takut," kata Wiltgen. "Ini mungkin mirip dengan seseorang yang belajar menjadi lebih takut dalam kegelapan." [Angelina Lim, Medan]