KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 12 November 2011

LAMBANG HARKAT DAN MARTABAT DALAM TRADISI MAKAN TIONGHOA

Bagi masyarakat etnis Tionghoa, makan bersama bukan hanya sekadar aktivitas untuk mengganjal perut semata. Namun warga Tionghoa menganggap cara makan perlambang status sosial, derajat dan martabat seseorang.

Etnis Tionghoa menyantap hidangan dengan menggunakan sumpit atau dua bilah bambu kecil yang diserut halus untuk menjepit makanan tidak hanya soal menikmati cita rasa, namun juga ada beberapa peraturan yang harus ditaati seseorang saat menggunakan sumpit.

"Saat makan menggunakan sumpit dilarang menggunakan sumpit menunjuk sesuatu, seperti menunjuk ke makanan. Hal ini dianggap meremehkan anggota keluarga lainnya," kata Mpek Tjiam Boen Hoo, salah seorang peramal etnis Tionghoa, kemarin.

Pantangan lainnya, sambungnya, dilarang menancapkan sumpit sampai berdiri tegak di mangkok nasi. Hal ini tidak diperkenankan karena posisi sumpit seperti itu menyerupai dupa yang dibakar seperti dalam tradisi pemakaman etnis Tionghoa.

Ditambahkannya, secara tradisi, sesuai budaya Tionghoa sebenarnya tidak menggunakan pisau dan garpu sebagai peralatan makan karena bagi etnis Tionghoa kedua alat tersebut dianggap sebagai senjata yang tidak diperkenankan berada di meja makan.

"Banyak mitos yang beredar dalam tradisi Tionghoa, karena penggunaan sumpit dalam sebuah jamuan makan seseorang apabila mendapatkan sumpit yang tingginya tidak seimbang satu rendah dan satunya tinggi maka diyakini rezekinya akan habis," tambahnya.

Di restoran Tionghoa, tuturnya, hal ini bisa saja terjadi dan tidak jarang, kejadian seperti ini tentunya si pemilik sumpit akan minta supaya sumpitnya diganti dengan yang sama tingginya.

Di sisi lain, apabila dalam sebuah jamuan makan ada yang menjatuhkan sumpit maka akan mendapatkan pertanda nasib buruk. "Inilah yang harus hati-hati. Karena kebanyakan ngobrol ketika makan sampai-sampai sumpit diayun-ayunkan. Kalau sumpit sudah jatuh, pasti menyesal. Terlepas, benar tidaknya mitos tersebut, tindakan menjatuhkan sumpit merupakan salah satu etika yang buruk ketika makan," sambung pria yang juga seorang pengusaha ini.

Selain itu, kata Tjiam Boen Hoo, mitos dalam penggunaan sumpit ini memang pernah didengarnya. Namun, pria yang akrab disapa Aho ini meng­ungkapkan persoalan rezeki atau nasib buruk tidak ditentukan dari memegang sumpit.

"Itu hanya mitos. Tapi, pelajaran yang bisa diambil adalah dalam makan harus beretika. Mau pakai sumpit atau tidak, ketika makan harus menujukkan sifat yang sopan. Kalau dijamu orang, harus menjunjung tinggi tuan rumah," tandasnya. [Angelina Lim / Medan / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA