Hui Long di kelas pertama sebuah perguruan. Pada suatu hari ia mengigau. Itu pun kata teman-temannya, karena Hui Long sendiri tidak tahu. Akibat ngigauan Hui Long, semua teman yang tidur sekamar (seangkatan masih tidur dalam satu ruangan) terbangun, termasuk kepala perguruan pun terbangun. Bahkan, angkatan tetangga pun ada yang ikut terbangun.
Waktu itu, dalam tidurnya, Hui Long bermimpi berkelahi dengan seseorang yang tinggi besar. Hui Long berkelahi karena membela adiknya yang dipukul oleh orang tersebut. Ketika Hui Long menghadapi lawannya itu, orang tersebut mengeluarkan peniti ukuran raksasa. Peniti yang hendak ditusukkan kepada Hui Long itu membuat Hui Long berteriak-teriak dalam mimpi itu.
Ternyata, teriakan Hui Long itu sungguh-sungguh terjadi dan terucap sekeras-kerasnya, sehingga membuat teman-teman Hui Long yang lain pun ikut teriak karena terkejut. Terjadilah teriakan massal di ruang tidur para siswa. Hui Long sendiri terbangun dari mimpinya justru karena dia mendengar teriakan teman-temannya. Begitu kagetnya, sehingga seorang teman Hui Long yang tidur di sebelahnya jatuh, sehingga dia meringis kesakitan.
"Ada apa sih?" tanya Hui Long polos kepada teman sebelahnya.
"Ada apa? Kamu itu teriak-teriak kok malah tanya ada apa?" temannya balik bertanya kepada Hui Long.
Saat itulah Hui Long baru sadar bahwa dia mengigau. Tanpa disadarinya ngigauannya itu telah merusak suasana asrama, sebab membuat teman-temannya terbangun dari tidur mereka.
Mengigau saja bisa sangat mengganggu kehidupan bersama, apalagi kalau orang secara sengaja ingin merusak tatanan kehidupan ini. Entah itu dengan penumpukan modal nepotisme, entah itu dengan kesewenang-wenangan, entah itu dengan perlakuan-perlakuan yang tidak adil. Yang secara sadar dilakukan dan demi egoisme pribadi itu tentu lebih tidak baik lagi, ketimbang sebuah ngigauan yang mengganggu. [Angelina Lim / Medan / Tionghoanews]
Waktu itu, dalam tidurnya, Hui Long bermimpi berkelahi dengan seseorang yang tinggi besar. Hui Long berkelahi karena membela adiknya yang dipukul oleh orang tersebut. Ketika Hui Long menghadapi lawannya itu, orang tersebut mengeluarkan peniti ukuran raksasa. Peniti yang hendak ditusukkan kepada Hui Long itu membuat Hui Long berteriak-teriak dalam mimpi itu.
Ternyata, teriakan Hui Long itu sungguh-sungguh terjadi dan terucap sekeras-kerasnya, sehingga membuat teman-teman Hui Long yang lain pun ikut teriak karena terkejut. Terjadilah teriakan massal di ruang tidur para siswa. Hui Long sendiri terbangun dari mimpinya justru karena dia mendengar teriakan teman-temannya. Begitu kagetnya, sehingga seorang teman Hui Long yang tidur di sebelahnya jatuh, sehingga dia meringis kesakitan.
"Ada apa sih?" tanya Hui Long polos kepada teman sebelahnya.
"Ada apa? Kamu itu teriak-teriak kok malah tanya ada apa?" temannya balik bertanya kepada Hui Long.
Saat itulah Hui Long baru sadar bahwa dia mengigau. Tanpa disadarinya ngigauannya itu telah merusak suasana asrama, sebab membuat teman-temannya terbangun dari tidur mereka.
Mengigau saja bisa sangat mengganggu kehidupan bersama, apalagi kalau orang secara sengaja ingin merusak tatanan kehidupan ini. Entah itu dengan penumpukan modal nepotisme, entah itu dengan kesewenang-wenangan, entah itu dengan perlakuan-perlakuan yang tidak adil. Yang secara sadar dilakukan dan demi egoisme pribadi itu tentu lebih tidak baik lagi, ketimbang sebuah ngigauan yang mengganggu. [Angelina Lim / Medan / Tionghoanews]