Aku memang berasal dari keluarga yang cukup berada, sehingga aku tak pernah kekurangan apapun dalam keseharianku di perantauan. Satu bulan lalu aku baru saja berulang tahun dan orang tuaku menghadiahi aku seperangkat computer yang kata mereka bisa mempermudah aku dalam menyelesaikan berbagai macam tugas kemahasiswaanku. Dan setengah dari anggapan mereka memang benar.
Setengahnya lagi, ternyata computer semakin membuatku asyik menyendiri di kamar menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menyelami dunia maya . Sejak saat itulah akhinya aku mengenal seseorang yang memberiku banyak kebahagiaan sekaligus penderitaan, yang menyebabkan kuliahku hancur berantakan dan juga mengkandaskan harapan keluargaku agar aku bisa menjadi seseorang yang dapat dibanggakan.
Chating saat ini seolah menjadi bagian dari kehidupanku, awalnya aku hanya menjalani perkenalan biasa, dari perkenalan-perkanalan itu aku mengenal seseorang bernama Murka, nama yang biasa ia pakai saat chating, Murka memang membuat aku kerajingan utnuk menelusuri lebih jauh dunia maya internet dan hal itu menurut aku mambuat hidup menjadi terasa sangat nyaman dan asik.
Keasyikan itu pula yang membuat aku terseret lebih jauh, perangkat computer yang semakin canggih memungkinkan aku untuk dapat mengekploitasi seluruh imajinasiku, dengan perangkat webcam aku mencoba tampil lebih berani, sekedar untuk menggoda lawan jenisku dengan godaan-godaan erotis yang aku peragakan, walau begitu aku tak pernah mau menampakan wajahku.
Hingga di sebuah kesempatan, aku mendapatkan lawan chating yang juga menggunakan fasilitas webcam. Lawan chatingku ternyata lebih berani dari aku, ia justru dengan polos memamerkan alat fitalnya dan itu membuat nafasku terasa sesak, bukan sesak karena malu namun sesak karena aliran darahku mendadak menjadi cepat. Dan ia juga yang akhirnya membimbingku untuk melakukan hal yang sama.
Awalnya aku malu, namun lama kelamaan hasratku semakin memuncak, satu persatu pakaian yang melekat terlepas dari tubuhku, tanganku bergerak mengikuti bimbingan atau tepannya ajakan lawan chatingku untuk menyentuh bagian-bagian yang peka dari tubuhku mulai dari mengelus, meraba bahkan kearah yang lebih jauh.
Aku melenguh merasakan kenikmatan yang seumur hidup baru aku rasakan sekarang, begitu juga lawan mainku, ia melenguh seperti merasakan sesuatu yang nikmat saat menyaksikan aku menggeliat, dan aku mulai membayangkan aku tengah bergumul dengannya
Sejak saat itulah aku mulai kerajingan memuaskan hasratku di dunia maya, dan tetntu saja keberanianku mengundang banyak laki-laki yang ingin berchating ria bersamaku. Dan entah kenapa hal itu mambuat aku merasa sangat bangga dan puas, terlebih jika lawan chatingku mulai mengajaku untuk bertemu, namun aku tak pernah mau menanggapinya.
Namun saat ini aku sedang dilanda kegalauan yang luar biasa, ini menyangkut kuliahku yang sampai tahun keenam belum juga dapat menyelesaikan pendidikanku. Dan hal ini membuat keluargaku semakin curiga karena teman-teman seangakatanku telah terlebih dulu lulus dan kembali kedaerahnya masing-masing, sementara aku…..
Aku memang bertekad untuk menghentikan kebiasaaku menjelajahi internet, namun semakin aku tinggalkan semakin gelisah aku rasakan. Dan terus terang aku bingung harus menjelaskan hal ini terhadap keluargaku aku takut mereka tak lagi mau menggapku sebagai bagian dari keluarga jika mereka tahu apa yang sebenarnya kegiatan yang selama ini aku lakukan bahwa aku menjadi semacam pelacur di dunia maya. [Vivi Tan / Jakarta]