Sebelum aku menulis terlalu banyak kata, aku ingin bercerita sedikit tentang kekecewaan ku.
Mungkin terlalu lucu, kalau aku bercerita tentang kemiskinan, kelemahan dan kekurangan diriku sendiri, meski demikian aku tetap ingin berbagi dengan semua temanku yang ada di seluruh pelosok dunia. Mungkin cerita ini bisa dijadikan pelajaran buat semua teman yang sempat membaca cerita ini.
Aku sangat kecewa dengan hidup yang telah kujalani, karena itu aku ingin bercerita, aku kecewa dengan kemiskinan imanku, aku kecewa dengan kelemahan ilmuku dan aku kecewa dengan kekurangan pengalamanku. Karena miskin iman itu maka aku menyerah, karena lemah ilmu aku selalu kalah, dan karena kekurangan pengalaman aku terpaksa pasrah.
Aku selalu menyerah, saat aku kalah dan aku terima kekalahan dengan pasrah. Kini saat aku telah beranjak dewasa, dan aku ada di antara orang-orang yang menganggap dirinya menang, orang yang selalu berpikir optimis dan orang yang selalu berusaha meski terkadang terlempar kejurang yang paling dalam, mereka punya impian dan harapan masa depan. Sementara aku masih tetap merasa seperti dulu menjadi orang yang selalu kalah.
Aku mulai bercermin dari bayangan mereka, aku mulai membaca dari gerak langkah mereka, hingga aku tahu apa yang aku mau, tak ada guna menyesali kemiskinan iman, kelemahan ilmu dan kekurangan pengalaman. Hari esok masih ada, hadapi hari-hari itu meski penuh tantangan, dan aku mulai mencoba memperbaiki semua sebelum segalanya terlambat. kamu tahu apa yang pertama sekali yang aku perbaiki dari kekecewaanku?
Yaitu kemiskinan iman, kuperbaiki hidupku dengan ucapan Bismillah, aku atur langkahku menuju sajadah, dan aku sampaikan doaku melalui tangga Allah. Kamu tahu sobat, meski hal itu terasa mudah untuk dilakukan, namun sangat susah untuk mengerjakannya, tak jarang aku masih memaki diriku sendiri. Akhirnya meski sangat lamban hasilnya mulai aku dapatkan, aku terbiasa dengan panggilan adzan dan aku terbiasa dengan membaca Kalam-kalam Illahi.
Kini aku mulai dengan langkah kedua yaitu memperbaiki kelemaha ilmu, tiap lembar aku ulang kembali, semua memory kubuka lagi dan aku melakukan itu dengan semangat tinggi, karena aku ingin menjadi lebih baik dari hari ini. Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan tumpukan buku di meja kantorku, serakan kertas di ranjang tidurku dengan ribuan coretan yang mungkin tak bermakna di dalam tasku.
Aku melangkah untuk memperbaiki tahap yang terakhir yaitu kekurangan pengalaman, aku mencari kesemua sudut kota, ke setiap lembaran koran untuk membaca lowongan pekerjaan, mencoba semua kesempatan, dan aku mulai melangkah pasti dengan ketekunan dalam mencari. hingga aku sampai dititik yang namanya kejenuhan' mmhhhh…………. sakit, sangat sakit.
Mungkin benar kata pepatah (tak ada kata terlambat dalam hidup selama kita mau mencoba) tapi sangat beruntung bila kita tak menyia-yiakan kesempatan yang pernah ada. Coba bayangkan saat semua orang sudah belajar membuat tecnology canggih, sedangkan kita masih sedang belajar menggunakannya, atau ketika orang sibuk meniti karir, namun kita masih belajar dan mencari pengalaman. Memang belum terlambat untuk kita, tapi kita telah ketinggalan 'pesawat' dan akan dapat ronde selanjutnya. apa itu suatu keberuntungan?
Aku sedih saat aku punya kesempatan tetapi tidak aku gunakan, aku memang tidak lagi dalam kemiskinan iman, aku tidak lagi dalam kelemahan ilmu dan aku tidak lagi dalam kekurangan pengalaman, dan itu menurut aku, karena yang menjadi perbandingan adalah diriku sendiri before & affter, tapi aku masih tetap aku yang berada paling kecil dan paling lemah diantara mereka yang ada disekeliling ku.
Dengan semua pengalaman ini aku ingin berbagi. sayangi masa depan dengan menghargai hari ini, serta menjadikan pengalaman hari kemarin sebagai guru, karena itu yang terbaik. Jangan tunggu penyesalan datang bila kamu masih punya kesempatan sekarang. Belajarlah menghargai waktu yang terus berjalan tanpa sedetikpun berhenti, dengan terus berjuang untuk memperbaiki diri.
Saat aku ingin menjerit aku ingat, ini bukan saatnya lagi. Saat aku ingin menyesali aku ingat, waktu telah habis. karena kini tiba saatnya aku terus mengejar ketinggalan, meraih impian dan menggapai harapan. tapi setiap hari sedikit kalimat keluar sinis dari bibirku "Aku lelah". Aku takut tak mampu berlari, aku takut tak mampu meraih mimpi dan aku takut tak bisa mencapai harapan. dari semua itu aku punya sebuah kesimpulan, akan kujadikan hal ini sebagai pelajaran. meski suatu saat aku harus menyerah karena lelah. [Vivi Tan / Jakarta]
Mungkin terlalu lucu, kalau aku bercerita tentang kemiskinan, kelemahan dan kekurangan diriku sendiri, meski demikian aku tetap ingin berbagi dengan semua temanku yang ada di seluruh pelosok dunia. Mungkin cerita ini bisa dijadikan pelajaran buat semua teman yang sempat membaca cerita ini.
Aku sangat kecewa dengan hidup yang telah kujalani, karena itu aku ingin bercerita, aku kecewa dengan kemiskinan imanku, aku kecewa dengan kelemahan ilmuku dan aku kecewa dengan kekurangan pengalamanku. Karena miskin iman itu maka aku menyerah, karena lemah ilmu aku selalu kalah, dan karena kekurangan pengalaman aku terpaksa pasrah.
Aku selalu menyerah, saat aku kalah dan aku terima kekalahan dengan pasrah. Kini saat aku telah beranjak dewasa, dan aku ada di antara orang-orang yang menganggap dirinya menang, orang yang selalu berpikir optimis dan orang yang selalu berusaha meski terkadang terlempar kejurang yang paling dalam, mereka punya impian dan harapan masa depan. Sementara aku masih tetap merasa seperti dulu menjadi orang yang selalu kalah.
Aku mulai bercermin dari bayangan mereka, aku mulai membaca dari gerak langkah mereka, hingga aku tahu apa yang aku mau, tak ada guna menyesali kemiskinan iman, kelemahan ilmu dan kekurangan pengalaman. Hari esok masih ada, hadapi hari-hari itu meski penuh tantangan, dan aku mulai mencoba memperbaiki semua sebelum segalanya terlambat. kamu tahu apa yang pertama sekali yang aku perbaiki dari kekecewaanku?
Yaitu kemiskinan iman, kuperbaiki hidupku dengan ucapan Bismillah, aku atur langkahku menuju sajadah, dan aku sampaikan doaku melalui tangga Allah. Kamu tahu sobat, meski hal itu terasa mudah untuk dilakukan, namun sangat susah untuk mengerjakannya, tak jarang aku masih memaki diriku sendiri. Akhirnya meski sangat lamban hasilnya mulai aku dapatkan, aku terbiasa dengan panggilan adzan dan aku terbiasa dengan membaca Kalam-kalam Illahi.
Kini aku mulai dengan langkah kedua yaitu memperbaiki kelemaha ilmu, tiap lembar aku ulang kembali, semua memory kubuka lagi dan aku melakukan itu dengan semangat tinggi, karena aku ingin menjadi lebih baik dari hari ini. Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan tumpukan buku di meja kantorku, serakan kertas di ranjang tidurku dengan ribuan coretan yang mungkin tak bermakna di dalam tasku.
Aku melangkah untuk memperbaiki tahap yang terakhir yaitu kekurangan pengalaman, aku mencari kesemua sudut kota, ke setiap lembaran koran untuk membaca lowongan pekerjaan, mencoba semua kesempatan, dan aku mulai melangkah pasti dengan ketekunan dalam mencari. hingga aku sampai dititik yang namanya kejenuhan' mmhhhh…………. sakit, sangat sakit.
Mungkin benar kata pepatah (tak ada kata terlambat dalam hidup selama kita mau mencoba) tapi sangat beruntung bila kita tak menyia-yiakan kesempatan yang pernah ada. Coba bayangkan saat semua orang sudah belajar membuat tecnology canggih, sedangkan kita masih sedang belajar menggunakannya, atau ketika orang sibuk meniti karir, namun kita masih belajar dan mencari pengalaman. Memang belum terlambat untuk kita, tapi kita telah ketinggalan 'pesawat' dan akan dapat ronde selanjutnya. apa itu suatu keberuntungan?
Aku sedih saat aku punya kesempatan tetapi tidak aku gunakan, aku memang tidak lagi dalam kemiskinan iman, aku tidak lagi dalam kelemahan ilmu dan aku tidak lagi dalam kekurangan pengalaman, dan itu menurut aku, karena yang menjadi perbandingan adalah diriku sendiri before & affter, tapi aku masih tetap aku yang berada paling kecil dan paling lemah diantara mereka yang ada disekeliling ku.
Dengan semua pengalaman ini aku ingin berbagi. sayangi masa depan dengan menghargai hari ini, serta menjadikan pengalaman hari kemarin sebagai guru, karena itu yang terbaik. Jangan tunggu penyesalan datang bila kamu masih punya kesempatan sekarang. Belajarlah menghargai waktu yang terus berjalan tanpa sedetikpun berhenti, dengan terus berjuang untuk memperbaiki diri.
Saat aku ingin menjerit aku ingat, ini bukan saatnya lagi. Saat aku ingin menyesali aku ingat, waktu telah habis. karena kini tiba saatnya aku terus mengejar ketinggalan, meraih impian dan menggapai harapan. tapi setiap hari sedikit kalimat keluar sinis dari bibirku "Aku lelah". Aku takut tak mampu berlari, aku takut tak mampu meraih mimpi dan aku takut tak bisa mencapai harapan. dari semua itu aku punya sebuah kesimpulan, akan kujadikan hal ini sebagai pelajaran. meski suatu saat aku harus menyerah karena lelah. [Vivi Tan / Jakarta]