Baru berjalan beberapa meter, ternyata satu balon meletus. Balon tinggal empat.
"Wah, pelan-pelan saja Untung!"
Untung memperlambat laju kendaraan. Sampai di Kaliwiru, Semarang, satu balon lagi meletus. Balon tinggal tiga. Untung semakin hati-hati mengendarai kendaraannya, karena ternyata tiupan angin terhadap balon itu telah membuat dua balon meletus.
Sampai di Banyumanik, satu balon lagi meletus! Balon tinggal dua. Kedua balon itu dengan sangat hati-hati dipegangi oleh teman Untung, agar selamat sampai di Ungaran. "Tak apalah dua balon, yang penting ada!" pikir Untung.
Sesampai di lokasi, begitu turun dari motor, kedua balon itu meletus bersama-sama. Habislah balon yang dibeli Untung. Akhirnya, Untung kembali lagi ke Simpang Lima untuk mencari balon lagi. Namun, kali ini tidak dengan naik sepeda motor, Untung telah naik derajat dengan menggunakan mobil! Dengan mobil itu, balon bisa dibawa secara aman dan bisa digunakan untuk menyambut pimpinan baru.
"Walah, balon pun ternyata manja, nggak mau diboncengin pakai motor!" gumam Untung.
Hidup kita adalah anugerah yang indah dari Allah. Namun, hidup yang indah dan anugerah itu bisa laksana balon yang mudah pecah. Hidup kita yang merupakan anugerah itu bagaikan bejana tanah liat yang ringkih dan rapuh. Untuk itu, kita mempunyai tanggung jawab menjaga kehidupan yang indah dan merupakan anugerah Allah ini agar tetap utuh suci. [Zhang Mei Ling / Jakarta]