Setelah didalam mobil Tante yang kemudian mengenalkan dirinya bernama Rina malah mengajakku untuk makan soto ayam diwarung kecil sebelah salon sebagai tanda ucapan terimakasih karena telah diantarkan sampai tempat tujuannya.
Usai makan, Tante Rina memberi nomer teleponnya dan selembar uang. Aku menolaknya karena hanya tulus ingin membantu menunjukkan alamat Salon yang dituju Tante Rina, tapi Tante Rina memaksaku untuk menerimanya. Berulangkali aku ucapkan terimakasih karena aku tak berpamrih, jujur aku hanya ingin menolongnya .Bayangkan, girangnya aku mendapat uang hanya dari menunjukkan salon yang sejangkauan dari rumahku itu. Tante Rina baik sekali.
Keesokan harinya aku telepon Tante Rina sesuai pesannya saat kami berpisah kemarin..Tante Rina yang baik itu cepat mengenali suaraku, dan kemudian mengajakku untuk bertemu di pertokoan seusai sekolah. Tentu saja aku cepat mengiyakan ajakan Tante Rina karena Tante tersebut sudah begitu baik terhadapku.
Tepat pulang sekolah aku segera menuju ke restoran yang telah dipilih oleh Tante Rina sebagai tempat pertemuan, Tante Rina telah berada didalam restoran tersebut. Kami berbicara dan makan siang bersama. Tante Rina menceritakan bahwa Dia mempunyai toko pakaian, maka dibawakannya aku kaos dari tokonya. Aku terus menerus mengucapkan terimakasih, dan bersyukur atas kemujuranku.
Kemudian Tante Rina mengajak aku berjalan jalan memakai mobilnya sambil terus bercerita tentang tokonya. Sampai kemudian Tante Rina menghentikan mobilnya di suatu hotel kecil dan mengajakku turun sambil berkata kamu pakai jaket ini untuk menutupi seragammu, Kami memasuki kamar hotel dan duduk saja di kursi sambil meneruskan cerita. Mendadak Tante Rina memintaku mandi dan berpesan untuk bersabun yang bersih agar tidak bau matahari.. Setelah mandi bersih dan mengenakan kembali seragam sekolahku, aku duduk kembali dikursi menunggu Tante Rina yang bergantian mandi.
Gemetar lututku, tergetar jantungku saat Tante Rina keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang dililitkan ketubuhnya saja. Aku membuang muka karena malu melihat sisa badan Tante Rina yang tidak tertutup handuk.
Kemudian Tante Rina mengelusku, membuka seragamku dan mengajari aku untuk menyenangkan dirinya yang ternyata berakibat menyenagkan diriku juga.
Aku menjadi gigolo pertama kali sejak kelas 2 SMU karena Tante Rina.
Dua puluh dua tahun profesi itu kujalani dengan menjadi gigolo berpuluh Tante Rina lainnya, kehidupan tersebut sangat menyenangkan, tanpa kesulitan aku mendapatkan uang, baju, sepatu, jam, handphone dengan merek ternama, bahkan sampai rumahpun aku dikontrakkan. Kerjaku hanya menunggu telpon dan kemudian memberi kesenangan kepada Tante Tante yang beragam umur dan bentuk tubuhnya. Aku menjadi professional.
Kini usiaku sudah 38 tahun, dengan kerut muka seperti usia 53 tahun, belum menikah dan tidak mempunyai uang apalagi rumah atau mobil. Semua barang sudah aku jual untuk mengobati kejantananku yang mendadak tidak bisa berfungsi lagi sejak 4 tahun silam.
Aku tidak punya keahlian apapun selain menjadi gigolo. Aku telah memilih jalan hidup yang salah, padahal begitu banyak pilihan hidup untuk menyambut masa depan yang dulu kuabaikan. Kini aku hanya bisa menyesali diriku terus menerus dan merasa tidak berguna lagi hidup. Apalagi jika melihat kawan kawanku sedang menikmati kehidupan normal bersama keluarganya, mempunyai mobil mewah dan makan di Restoran besar serta mempunyai jabatan dikantornya.
Aku makin terrpuruk menyesali keputusanku dulu, keputusan menjadi Gigolo. [Vivi Tan / Jakarta] Sumber: Kisah-Nyata
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com