Aku dan Ryan berpacaran semenjak duduk di bangku SMA. Awal perkenalan kami dimulai saat sering jalan bareng karena kebetulah rumahku dan Ryan tidak berjauhan.
Kesan pertama melihat Ryan biasa saja karena dia orangnya cukup cuek. Suatu saat, Ryan memberanikan diri untuk menyatakan cinta yang pada awalnya kutolak karena hanya menganggap dia tak lebih sebagai teman dekat.
Ketangguhan Ryan akhirnya bisa membuat hatiku luluh lalu menerima pernyataan cintanya. Hubungan cinta kami semakin harmonis sampai ke bangku kuliah.
Kami bahkan masih berpacaran sampai saat kuliah di universitas Padjajaran Bandung. Ryan ambil jurusan komunikasi sedangkan aku kedokteran umum.
Setelah selesai kuliah, Kami akhirnya memutuskan untuk menikah karena satu sama lain sudah merasa cocok.
Waktu terus berjalan sampai kami dikaruniai tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Keluarga kecil ini semakin harmonis dan tak pernah diterpa prahara.
Sudah sekitar 15 tahun aku dan Ryan menjalani hubungan. Tentu saja 15 tahun bukan waktu yang singkat dan hubungan kami semakin harmonis dengan hadirnya 3 buah cinta.
Aku dan suami beserta ketiga jagoan kecil sering berlibur saat weekend. Biasanya puncak menjadi tujuan wisata keluarga.
Suatu ketika, aku mulai merasakan suatu perubahan terjadi pada Ryan. Dia sering pulang larut malam bahkan menginap dengan alasan ada dinas luar kota.
Awalnya perubahan ini bisa kumaklumi karena memang Ryan yang menjabat sebagai supervisor di perusahaan advertising. Perlu waktu banyak untuk melakukan koordinasi di perusahaan termasuk bertemu klien di luar kota.
Setelah sekian lama kami menjalani hubungan tentu saja satu sama lain saling mengenal, bahkan sampai hal-hal kecil seperti bau parfum.
Secara kebetulan aku mau mencuci baju suamiku yang baru saja pulang kantor. Entah apa yang menyebabkan aku mencoba mencium baju itu dan ternyata bau parfum yang ada tidak kukenal.
Aku mulai menaruh curiga pada polah suami dan kemudian secara diam-diam melakukan investigasi bak detektif Conan. Alhasil sungguh mengagetkan sehingga membuat jantungku berhenti berdetak.
Ternyata suami yang selama ini benar-benar kupercaya telah berbohong dan berkhianat. Ryan selingkuh dengan seorang rekan kerja bernama Mala. Ingin rasanya melabrak saat dia kupergoki berdua dengan Mala namun hati ini bilang tidak.
Sesampainya Ryan dirumah seperti biasa ketika kutanya ia berdalih baru tugas keluar kota, aku langsung mengajaknya untuk berbicara empat mata.
Tentu saja hal ini kulakukan setelah ketiga buah hatiku tertidur pulas. Aku mulai menangis tanpa henti yang membuat suamiku merasa heran. Akhirnya aku minta cerai karena merasa dikhianati meski Ryan menolak.
Tentu suamiku masih tidak percaya akan hal ini meski ia mengakui telah berselingkuh dengan wanita lain. Dengan berbagai bujuk rayu Ryan berusaha untuk mempertahankan keluarga yang sudah lama kami bangun meski aku bersikeras untuk bercerai. Karena tak tahan, aku pergi ke rumah orang tua untuk sementara waktu agar bisa menenangkan diri.
Ryan mengaku bersalah telah membuat keputusan yang salah. Ia menyesal telah tidak menghargai kesetiaanku selama ini. Nasi sudah menjadi bubur.
Mala kini sedang mengandung anak suamiku dan tentu saja tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Dengan kebesaran hati, akhirnya aku tidak menuntut cerai dengan alasan ketiga buah hatiku. Ryan sendiri berjanji untuk tetap memberi perhatian dan nafkah seperti ketika ia belum beristri dua. [Vivi Tan / Jakarta]
Kesan pertama melihat Ryan biasa saja karena dia orangnya cukup cuek. Suatu saat, Ryan memberanikan diri untuk menyatakan cinta yang pada awalnya kutolak karena hanya menganggap dia tak lebih sebagai teman dekat.
Ketangguhan Ryan akhirnya bisa membuat hatiku luluh lalu menerima pernyataan cintanya. Hubungan cinta kami semakin harmonis sampai ke bangku kuliah.
Kami bahkan masih berpacaran sampai saat kuliah di universitas Padjajaran Bandung. Ryan ambil jurusan komunikasi sedangkan aku kedokteran umum.
Setelah selesai kuliah, Kami akhirnya memutuskan untuk menikah karena satu sama lain sudah merasa cocok.
Waktu terus berjalan sampai kami dikaruniai tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Keluarga kecil ini semakin harmonis dan tak pernah diterpa prahara.
Sudah sekitar 15 tahun aku dan Ryan menjalani hubungan. Tentu saja 15 tahun bukan waktu yang singkat dan hubungan kami semakin harmonis dengan hadirnya 3 buah cinta.
Aku dan suami beserta ketiga jagoan kecil sering berlibur saat weekend. Biasanya puncak menjadi tujuan wisata keluarga.
Suatu ketika, aku mulai merasakan suatu perubahan terjadi pada Ryan. Dia sering pulang larut malam bahkan menginap dengan alasan ada dinas luar kota.
Awalnya perubahan ini bisa kumaklumi karena memang Ryan yang menjabat sebagai supervisor di perusahaan advertising. Perlu waktu banyak untuk melakukan koordinasi di perusahaan termasuk bertemu klien di luar kota.
Setelah sekian lama kami menjalani hubungan tentu saja satu sama lain saling mengenal, bahkan sampai hal-hal kecil seperti bau parfum.
Secara kebetulan aku mau mencuci baju suamiku yang baru saja pulang kantor. Entah apa yang menyebabkan aku mencoba mencium baju itu dan ternyata bau parfum yang ada tidak kukenal.
Aku mulai menaruh curiga pada polah suami dan kemudian secara diam-diam melakukan investigasi bak detektif Conan. Alhasil sungguh mengagetkan sehingga membuat jantungku berhenti berdetak.
Ternyata suami yang selama ini benar-benar kupercaya telah berbohong dan berkhianat. Ryan selingkuh dengan seorang rekan kerja bernama Mala. Ingin rasanya melabrak saat dia kupergoki berdua dengan Mala namun hati ini bilang tidak.
Sesampainya Ryan dirumah seperti biasa ketika kutanya ia berdalih baru tugas keluar kota, aku langsung mengajaknya untuk berbicara empat mata.
Tentu saja hal ini kulakukan setelah ketiga buah hatiku tertidur pulas. Aku mulai menangis tanpa henti yang membuat suamiku merasa heran. Akhirnya aku minta cerai karena merasa dikhianati meski Ryan menolak.
Tentu suamiku masih tidak percaya akan hal ini meski ia mengakui telah berselingkuh dengan wanita lain. Dengan berbagai bujuk rayu Ryan berusaha untuk mempertahankan keluarga yang sudah lama kami bangun meski aku bersikeras untuk bercerai. Karena tak tahan, aku pergi ke rumah orang tua untuk sementara waktu agar bisa menenangkan diri.
Ryan mengaku bersalah telah membuat keputusan yang salah. Ia menyesal telah tidak menghargai kesetiaanku selama ini. Nasi sudah menjadi bubur.
Mala kini sedang mengandung anak suamiku dan tentu saja tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Dengan kebesaran hati, akhirnya aku tidak menuntut cerai dengan alasan ketiga buah hatiku. Ryan sendiri berjanji untuk tetap memberi perhatian dan nafkah seperti ketika ia belum beristri dua. [Vivi Tan / Jakarta]
