Semua terasa indah, keluargaku ini adalah nyawa keduaku. Hari-hari yang aku jalani sangatlah bahagia. Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan di sebuah kota besar. Di kota ini aku terlahir dan meranjak dewasa bersama kasih sayang yang mengalir dari kedua orangtuaku yang aku sayangi.
Aku adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Anak pertama, kakakku yang tampan Alan "bukan nama asli". Dia adalah anak tertua di antara kami bertiga. Dia baik namun agak tegas. Aku bangga memiliki kakak seperti dia. Kakakku itu memiliki keahlian di bidang otomotif. Dia memiliki sebuah usaha sendiri semenjak dia lulus bangku Universitas.
Anak ke-2 adalah aku, Martin. Aku adalah peria kedua yang terlahir dari rahim ibuku. Aku adalah peria yang agak cuek. Setelah lulus SMIP, aku memilih untuk berkerja di satu restoran yang yang cukup besar untuk meneruskan minatku di bidang kuliner. Aku menjabat sebagi cook-1 direstorant tersebut.
Si bungsu, Ferry. Dia sebenarnya adalah anak yang baik, namun mungkin karena usianya yang masih muda membuat pergaulanya sedikit nakal. Dia masih bersekolah di tingkat SMU. Dia penggila bola. Hampi setiap akhir pekan dia menghabiskannya dengan bermain futsal bersama kawan-kawannya.
kami bertiga kadang terlibat pertengkaran, namun itu tak lama. kami saling menyayangi satu sama lain.Kedua orangtua kami mengajarkan kerukunan terhadap kami bertiga, dan mereka pun tidak ada pilih kasih terhadap kami bertiga.
Di suatu hari, kedua orangtua kami harus pergi keluar kota untuk menemui penanam saham di usaha kami. Keluarga aku memiliki usaha. Yang mengelola usaha keluarga adalah ayah dan ibuku. Kami bertiga mengantar orangtua kami bersama ke bandara. Di sana aku kami akhirnya haurs berpisah dengan kedua orangtua kami.
Kedua orangtua kami meluk kami dan mencium kami bertiga. Ibukami berpesan sebelum berangkat agar kami akur satu sama lain. Kamipun melepas orangtua kami dengan derai air mata. Kakakku yang paling anti menangis ternyata ikut menangis, maklum baru saat ini kami terpisah dari orangtua kami.
Kedua orangtua kami akan menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang lama. setelah kepergian orangtua kami, semua kegiatan kami dipantau oleh Alan. Memang terkadang aku kesal terhadap sikap kakaku itu, namun aku tahu dia melakukan itu untuk kebaikan kami.
Tiba disuatu hari adikku pulang larut malam, walaupun sebenarnya Alan sudah melarang kami untuk pulang malam hari. Pertengkaran terjadi antara kakak dan adikku. Mereka saling memaki satu sama lain hingga perkelahian pun tak terindahkan. Aku melerainya dan aku terpukul oleh adikku dan aku terjatuh tersungkur dari tangga, dan pergelangan tangan kiriku patah dan kepalaku terbentur dan akupun tak sadarkan diri.
Alan dan Ferry mengangkatku dan melarikan aku kerumah sakit. Sesampainya di sana aku mendapat 7 jahitan di pelipisku. Mereka berdua meminta maaf kepadaku. Adikku menangis melihat aku yang tergeletak karena ulahnya.
Mereka berdua menemaniku disini, kedua saudara kandungku. Kakakku meminta maaf kepadaku dan adikku, dan dia berkata bahwa dia melakukan semua ini karena dia takut terjadi apa-apa terhadap adikku dan karena dia sangat menyayangi kami sebagai adik-adiknya.
Adikku pun akhirnya meminta maaf kepada kakakku. Akhirnya aku dibawa mereka pulang untuk di rawat dirumah oleh mereka. Hari-hari kami jalani seperti biasa. Kami salingmengerti satu sama lain. Adikku yang biasanya pulang larut, kini hampir tidak pernah pulang larut, dan kakakku yang biasanya tempramen kini agak menjaga emosinya .
Tibalah kedua orangtu kami dari kepergianya. Kedua saudaraku kebetulan sedang ada di luar. Setibanya di rumah kedua orangtuaku kaget melihat aku terbaring di tempat tidur. Ibuku bertanya kepadaku tentang apa yang terjadi pada diriku. Aku menjawabnya jikalau aku terjatuh dari tangga, aku takut kedua saudaraku dimarahi oleh kedua orangtuaku. Ayahku bertanya tentang keberadaan Alan dan Ferry. Aku menjawab, bahwa keadaan mereka berdua baik-baik saja dan mereka sedang keluar untuk belanja makanan untuk kami.
Tibalah kedua saudaraku dirumah. Mereka berdua terdiam melihat kedua orangtuaku sudah ada di kamarku. Kedua orangtuaku pun beranjak pergi kekamarnya untuk istirahat. Mereka berdua bertanya padaku apa yang di tanyakan oleh kedua orangtua kami terhadapku. Akupun menjelaskan kepada mereka, dan merekapun memelukku. Inilah arti dari sebuah ikatan persaudaraan. [Vivi Tan / Jakarta]
Aku adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Anak pertama, kakakku yang tampan Alan "bukan nama asli". Dia adalah anak tertua di antara kami bertiga. Dia baik namun agak tegas. Aku bangga memiliki kakak seperti dia. Kakakku itu memiliki keahlian di bidang otomotif. Dia memiliki sebuah usaha sendiri semenjak dia lulus bangku Universitas.
Anak ke-2 adalah aku, Martin. Aku adalah peria kedua yang terlahir dari rahim ibuku. Aku adalah peria yang agak cuek. Setelah lulus SMIP, aku memilih untuk berkerja di satu restoran yang yang cukup besar untuk meneruskan minatku di bidang kuliner. Aku menjabat sebagi cook-1 direstorant tersebut.
Si bungsu, Ferry. Dia sebenarnya adalah anak yang baik, namun mungkin karena usianya yang masih muda membuat pergaulanya sedikit nakal. Dia masih bersekolah di tingkat SMU. Dia penggila bola. Hampi setiap akhir pekan dia menghabiskannya dengan bermain futsal bersama kawan-kawannya.
kami bertiga kadang terlibat pertengkaran, namun itu tak lama. kami saling menyayangi satu sama lain.Kedua orangtua kami mengajarkan kerukunan terhadap kami bertiga, dan mereka pun tidak ada pilih kasih terhadap kami bertiga.
Di suatu hari, kedua orangtua kami harus pergi keluar kota untuk menemui penanam saham di usaha kami. Keluarga aku memiliki usaha. Yang mengelola usaha keluarga adalah ayah dan ibuku. Kami bertiga mengantar orangtua kami bersama ke bandara. Di sana aku kami akhirnya haurs berpisah dengan kedua orangtua kami.
Kedua orangtua kami meluk kami dan mencium kami bertiga. Ibukami berpesan sebelum berangkat agar kami akur satu sama lain. Kamipun melepas orangtua kami dengan derai air mata. Kakakku yang paling anti menangis ternyata ikut menangis, maklum baru saat ini kami terpisah dari orangtua kami.
Kedua orangtua kami akan menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang lama. setelah kepergian orangtua kami, semua kegiatan kami dipantau oleh Alan. Memang terkadang aku kesal terhadap sikap kakaku itu, namun aku tahu dia melakukan itu untuk kebaikan kami.
Tiba disuatu hari adikku pulang larut malam, walaupun sebenarnya Alan sudah melarang kami untuk pulang malam hari. Pertengkaran terjadi antara kakak dan adikku. Mereka saling memaki satu sama lain hingga perkelahian pun tak terindahkan. Aku melerainya dan aku terpukul oleh adikku dan aku terjatuh tersungkur dari tangga, dan pergelangan tangan kiriku patah dan kepalaku terbentur dan akupun tak sadarkan diri.
Alan dan Ferry mengangkatku dan melarikan aku kerumah sakit. Sesampainya di sana aku mendapat 7 jahitan di pelipisku. Mereka berdua meminta maaf kepadaku. Adikku menangis melihat aku yang tergeletak karena ulahnya.
Mereka berdua menemaniku disini, kedua saudara kandungku. Kakakku meminta maaf kepadaku dan adikku, dan dia berkata bahwa dia melakukan semua ini karena dia takut terjadi apa-apa terhadap adikku dan karena dia sangat menyayangi kami sebagai adik-adiknya.
Adikku pun akhirnya meminta maaf kepada kakakku. Akhirnya aku dibawa mereka pulang untuk di rawat dirumah oleh mereka. Hari-hari kami jalani seperti biasa. Kami salingmengerti satu sama lain. Adikku yang biasanya pulang larut, kini hampir tidak pernah pulang larut, dan kakakku yang biasanya tempramen kini agak menjaga emosinya .
Tibalah kedua orangtu kami dari kepergianya. Kedua saudaraku kebetulan sedang ada di luar. Setibanya di rumah kedua orangtuaku kaget melihat aku terbaring di tempat tidur. Ibuku bertanya kepadaku tentang apa yang terjadi pada diriku. Aku menjawabnya jikalau aku terjatuh dari tangga, aku takut kedua saudaraku dimarahi oleh kedua orangtuaku. Ayahku bertanya tentang keberadaan Alan dan Ferry. Aku menjawab, bahwa keadaan mereka berdua baik-baik saja dan mereka sedang keluar untuk belanja makanan untuk kami.
Tibalah kedua saudaraku dirumah. Mereka berdua terdiam melihat kedua orangtuaku sudah ada di kamarku. Kedua orangtuaku pun beranjak pergi kekamarnya untuk istirahat. Mereka berdua bertanya padaku apa yang di tanyakan oleh kedua orangtua kami terhadapku. Akupun menjelaskan kepada mereka, dan merekapun memelukku. Inilah arti dari sebuah ikatan persaudaraan. [Vivi Tan / Jakarta]