Anak itu lalu melaporkan kepada seorang pembinanya. Sore itu sang pembina melihat anak lain bersembunyi di balik pohon sedang makan biskuit yang dicurinya. Ia pergi ke anak yang kuenya dicuri. "Charlie," katanya, "Saya menemukan siapa yang mencuri kuemu."
"Apakah Bapak akan menghukumnya? " anak itu bertanya dengan gugup, takut bila suatu saat si pencuri marah padanya.
"Tidak, itu hanya akan membuat ia membenci kamu dan membenci saya," jelas si pembina. "Kita akan memberinya pelajaran. Saya ingin kamu meminta ibumu untuk mengirimkan biskuit lagi."
Beberapa hari kemudian kotak biskuit kedua pun tiba.
"Ok," kata si pembina. "Aku melihat anak laki-laki yang mencuri biskuitmu duduk di tepi danau. Saya ingin pergilah kau ke sana dan berbagi biskuit dengan anak itu."
"Apa?" tanya anak itu.
"Coba saja," kata si pembina. "Lihat apa yang akan terjadi."
Setengah jam kemudian kakak pembina itu melihat dua anak laki-laki menuruni bukit, mengobrol, bercanda, dan bergembira satu sama lain. Bukannya hukuman, si pencuri malahan menerima hadiah - hadiah berbagi dan pengampunan.
Mungkin kita semua akan lebih baik jika berpikir sedikit tentang hukuman dan lebih berpikir tentang bagaimana memberikan pelajaran yang tepat. [Christine Lim / Ambon]