Namaku Asep. Aku adalah seorang pria yang kata orang berwajah cukup tampan. Aku bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah perusahaan retail.
Suatu saat aku sedang keliling sebagai seorang marketing yang menjajakan produk ke berbagai lokasi yang ada di Bandung. Karena merasa lelah, aku mampir ke sebuah warung yang ternyata di sana aku menjumpai seorang wanita cantik bernama Rani.
Awalnya aku ragu untuk menyapa takut sang gadis cuek. Namun aku memberanikan diri menyapa Rani dan ternyata ia sangat ramah dengan logat sunda yang kental.
Hubungan antara aku dan Rani di mulai dari warung ini karena aku berhasil mendapatkan nomer HP Rani. Mulailah aku kirim sms ke Rani yang ternyata tinggalnya tidak jauh dari tempatku bekerja.
Rani sendiri mulai tertarik dengan kepribadianku dan oleh karenanya ia sering menerima tawaranku untuk jalan-jalan sampai suatu ketika aku menyatakan cinta.
Pada awalnya Rani ragu apakah aku layak dipercaya namun ia mengabaikan semua keraguan lalu menerima cintaku.
Sudah dua tahun aku dan Rani berpacaran. Kami merasa semakin cocok karena memang satu sama lain saling mengerti.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajak Rani membina rumah tangga. Singkat cerita, pernikahan terjadi setelah kami menjalin hubungan selama kurang lebih dua tahun.
Aku dan Rani tinggal di sebuah rumah kontrakan yang cukup sederhana. Awal kehidupan kami sangat romantis. Waktu terus berjalan sampai pernikahan kami menginjak usia tiga tahun.
Namun sayang kami belum dikaruniai anak. Permasalahan muncul dari kondisi ini, aku dan Rani sering bertengkar yang menandakan ketidak cocokan satu sama lain.
Yang membuat aku kesal adalah seringnya Rani ke luar rumah pada saat aku bekerja. Bila ditanya tentang alasan sang mengapa ia pergi, Rani selalu menjawab ke rumah teman karena bosan sendiri tinggal di rumah.
Ia memohon kepadaku untuk jangan membuat dia seperti di penjara dan meminta kebebasan untuk keluar rumah.
Suatu saat, Rani main ke rumah teman SMP dan di sana ia menemukan temannya yang bernama Asanti sedang sibuk Facebook-an. Ya, sekarang kan memang jaman jejaring sosial tempat banyak orang menghabiskan waktu.
Rani bertanya ke Asanti tentang aktifitasnya dan cukup kaget karena sang teman sedang mengakses akun FB tempat wanita menjual diri.
Singkat cerita, Rani tertarik dengan hasil yang ditawarkan oleh jual diri lewat internet melalui FB. Mulailah Rani ikut dalam bisnis haram ini dengan bergabung sebagai wanita penjual diri.
Asanti membantu membuatkan akun FB dan mengajari segala cara yang diperlukan untuk mendapatkan uang banyak.
Keasyikan Rani keluar dan beraktifitas di luar rumah semakin membuatku frustasi. Pertengkaran semakin sering terjadi namun tidak kunjung ada solusi.
Aku mulai curiga dengan aktifitas instriku dan mulai melihat banyak perubahan. Istriku sering gonta ganti gadget padahal aku tidak pernah memberi uang lebih untuk melakukan hal tersebut. Bila ditanya dapat uang dari mana, alasannya kredit atau pinjam dari teman.
Suatu ketika, Aku sedang melepas lelah dan mampir ke sebuah warnet untuk sekedar berjejaring sosial. Alangkah kagetnya aku saat melihat sebuah iklan di FB tentang wanita jual diri.
Saking penasaran, Aku masuk ke akun FB tersebut dan menemui salah satu dari foto yang ada adalah Rani. Hancur rasa hatiku mengetahui kelakuan Rani yang selama ini telah membohongiku.
Dan ternyata selama ini kemewahan yang ia dapat berasal dari uang haram. Tak kuat dengan prilaku Rani, akhirnya Aku memutuskan untuk bercerai. [Vivi Tan / Jakarta]
Suatu saat aku sedang keliling sebagai seorang marketing yang menjajakan produk ke berbagai lokasi yang ada di Bandung. Karena merasa lelah, aku mampir ke sebuah warung yang ternyata di sana aku menjumpai seorang wanita cantik bernama Rani.
Awalnya aku ragu untuk menyapa takut sang gadis cuek. Namun aku memberanikan diri menyapa Rani dan ternyata ia sangat ramah dengan logat sunda yang kental.
Hubungan antara aku dan Rani di mulai dari warung ini karena aku berhasil mendapatkan nomer HP Rani. Mulailah aku kirim sms ke Rani yang ternyata tinggalnya tidak jauh dari tempatku bekerja.
Rani sendiri mulai tertarik dengan kepribadianku dan oleh karenanya ia sering menerima tawaranku untuk jalan-jalan sampai suatu ketika aku menyatakan cinta.
Pada awalnya Rani ragu apakah aku layak dipercaya namun ia mengabaikan semua keraguan lalu menerima cintaku.
Sudah dua tahun aku dan Rani berpacaran. Kami merasa semakin cocok karena memang satu sama lain saling mengerti.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajak Rani membina rumah tangga. Singkat cerita, pernikahan terjadi setelah kami menjalin hubungan selama kurang lebih dua tahun.
Aku dan Rani tinggal di sebuah rumah kontrakan yang cukup sederhana. Awal kehidupan kami sangat romantis. Waktu terus berjalan sampai pernikahan kami menginjak usia tiga tahun.
Namun sayang kami belum dikaruniai anak. Permasalahan muncul dari kondisi ini, aku dan Rani sering bertengkar yang menandakan ketidak cocokan satu sama lain.
Yang membuat aku kesal adalah seringnya Rani ke luar rumah pada saat aku bekerja. Bila ditanya tentang alasan sang mengapa ia pergi, Rani selalu menjawab ke rumah teman karena bosan sendiri tinggal di rumah.
Ia memohon kepadaku untuk jangan membuat dia seperti di penjara dan meminta kebebasan untuk keluar rumah.
Suatu saat, Rani main ke rumah teman SMP dan di sana ia menemukan temannya yang bernama Asanti sedang sibuk Facebook-an. Ya, sekarang kan memang jaman jejaring sosial tempat banyak orang menghabiskan waktu.
Rani bertanya ke Asanti tentang aktifitasnya dan cukup kaget karena sang teman sedang mengakses akun FB tempat wanita menjual diri.
Singkat cerita, Rani tertarik dengan hasil yang ditawarkan oleh jual diri lewat internet melalui FB. Mulailah Rani ikut dalam bisnis haram ini dengan bergabung sebagai wanita penjual diri.
Asanti membantu membuatkan akun FB dan mengajari segala cara yang diperlukan untuk mendapatkan uang banyak.
Keasyikan Rani keluar dan beraktifitas di luar rumah semakin membuatku frustasi. Pertengkaran semakin sering terjadi namun tidak kunjung ada solusi.
Aku mulai curiga dengan aktifitas instriku dan mulai melihat banyak perubahan. Istriku sering gonta ganti gadget padahal aku tidak pernah memberi uang lebih untuk melakukan hal tersebut. Bila ditanya dapat uang dari mana, alasannya kredit atau pinjam dari teman.
Suatu ketika, Aku sedang melepas lelah dan mampir ke sebuah warnet untuk sekedar berjejaring sosial. Alangkah kagetnya aku saat melihat sebuah iklan di FB tentang wanita jual diri.
Saking penasaran, Aku masuk ke akun FB tersebut dan menemui salah satu dari foto yang ada adalah Rani. Hancur rasa hatiku mengetahui kelakuan Rani yang selama ini telah membohongiku.
Dan ternyata selama ini kemewahan yang ia dapat berasal dari uang haram. Tak kuat dengan prilaku Rani, akhirnya Aku memutuskan untuk bercerai. [Vivi Tan / Jakarta]