KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 30 September 2011

HIAN THIAN SIONG TE, DEWA EMPAT RAJA LANGIT

Hian Thian Siang Te atau Xuan Tian Shang Di dikenal juga dengan nama Siang Te Kong (Shang Di Gong) atau Cin Bu Tay Te (Zhen Wu Da Di). Kedudukannya dalam pemerintahan khayangan tinggi sekali, setingkat di bawah Giok Hong Siang Te (Yu Huang Shang Di) atau Giok Hong Tay Te (Yu Huang Da Di). Ia merupakan salah satu dari Su Thian Siang Te (Si Tian Shang Di) atau empat raja langit, yaitu:

- Qing Tian Shang Di, raja langit Timur
- Yan Tian Shang Di, raja langit Selatan
- Bai Tian Shang Di, raja langit Barat
- Xuan Tian Shang Di, raja langit Utara.

Catatan : Su Thian Siang Te tidak sama dengan Su Tay Thian Ong (Si Da Tian Wang) ataupun Su Tay Goan Swee (Si Da Yuan Shuai).

Cerita riwayat Hian Thian Siang Te yang terkenal, terdapat dalam novel Pak Yu Ki (Bei You Ji) atau Kisah Perjalanan Ke Utara. Ringkasan ceritanya sebagai berikut:

Suatu ketika, Giok Hong Tay Te (Yu Huang Da Di) berniat untuk turun ke dunia, lalu satu diantara ketiga rohnya lahir sebagai Liu Zhang Sheng anak dari Liu Tian Jun. Sejak kecil Liu Zhang Sheng sudah termasuk anak yang cerdas, bahkan ia dapat membuat syair sendiri sejak usia tiga tahun.

Di rumah keluarga Liu terdapat sebuah taman yang ditengah-tengahnya tumbuh subur  pohon yang tinggi dan rindang. Di pohon itu bersemayam Buddha Prabutaratna (To Po Hud / Duo Bao Fo). Karena hampir tiap hari Liu Zhang Sheng senang berdoa di bawah pohon itu, maka kemudian To Po Hud pergi meninggalkan pohon itu.

Sepeninggal To Po Hud, pohon besar yang tadinya subur mendadak menjadi layu dan kering. Liu Zhang Sheng yang tidak mengerti apa sebabnya jadi merasa sedih. Karena kasihan melihat kesedihan Liu Zhang Sheng, akhirnya To Po Hud menampakkan diri dihadapan Liu Zhang Sheng, dan menjelaskan sebabnya.

Mengetahui bahwa yang di depannya adalah To Po Hud, Liu Zhang Sheng malah berniat untuk ikut beliau pergi ke istana langit untuk menjadi dewa. Walaupun orang tua Liu Zhang Sheng merasa berat, akhirnya Liu Zhang Sheng diperbolehkan ikut pergi ke istana langit. Sesampainya di istana langit, Liu Zhang Sheng diantar ke Sam Ceng Tian dan dipertemukan dengan Miao Le Tian Jun, seorang tokoh agama Tao. Miao Le menjelaskan bahwa untuk menjadi dewa tidaklah mudah, harus lahir kembali sebagai manusia dulu dan mengalami berbagai macam cobaan berat. Sekali berbuat kesalahan, akan mengalami kegagalan dan harus mengulang lagi.

Dikisahkan, akhirnya Liu Zhang Sheng menitis lagi ke dunia sebagai putera raja yang bernama Xuan Ming. Setelah ayahnya wafat, Xuan Ming menggantikannya dan menjadi raja negeri itu. Suatu malam, Miao Le datang kehadapan Xuan Ming dan mengajarinya mengenai masalah kedewaan. Beliau mengajak Xuan Ming untuk meninggalkan segala kemewahannya dan mengikuti dia bertapa di gunung Hong Lay San (Feng Lai Shan). Xuan Ming bersedia dan mengikuti Miao Le bertapa di Hong Lay San sampai bertahun-tahun.

Suatu hari Miao Le berniat menguji Xuan Ming, disuruhnya Xuan Ming turun gunung dan membeli buah persik. Setelah Xuan Ming turun gunung, Miao Le sendiri merubah wujudnya sebagai wanita cantik luar biasa dan mencegat Xuan Ming di tengah perjalanannya, sambil menawarkan buah persik yang besar dan harum dengan harga yang sangat mahal, yaitu 1000 tael emas sebuah. Xuan Ming mengatakan bahwa uangnya tidak cukup untuk membeli buah persik itu, lalu si wanita cantik tadi mengatakan bahwa Xuan Ming boleh mengambil buah persik itu dengan cuma-cuma,  asalkan Xuan Ming bersedia jadi suaminya. Xuan Ming menyanggupi dengan syarat :"Aku seorang petapa, tidak mungkin menjadi suami seseorang sekarang ini, biarlah nanti pada kehidupan mendatang aku membayar ini dan menjadi suamimu". Si wanita tertawa dan menjawab: "Sekarang atau besok tidaklah penting, yang penting niatanmu!", lalu seketika itu pula si wanita berubah wujud menjadi Miao Le kembali, dan dengan wajah gusar membentak Xuan Ming: 'Engkau masih mengharapkan wanita, berarti engkau masih terikat keduniawian ! Tidak mungkin bagi dirimu menjadi dewa pada kehidupan ini, tunggulah kehidupan mendatang !'. Xuan Ming hanya bisa menangis menyesali perbuatannya.

Akhirnya Xuan Ming menitis lagi ke dunia di negeri Ceng Lok Kok (Jing Luo Guo), sebagai putera raja bernama Xuan Yuan Tai Zi. Ketika berusia 15 tahun, Xuan Yuan terpanggil hatinya untuk kembali bertapa dan menjadi dewa. Ayahnya menjadi sangat marah mendengar keinginan Xuan Yuan, lalu menjebloskannya ke penjara. Di penjara, Xuan Yuan kembali ditolong oleh Miao Le dan dibawa ke gunung Bu Tong San (Wu Dang Shan). Berkali-kali ayah Xuan Yuan mengirim utusan agar Xuan Yuan mau kembali ke kerajaan, tetapi hati Xuan Yuan tidak goyah.

20 tahun berlalu, kembali Miao Le ingin menguji Xuan Yuan. Dia menyuruh salah seorang malaikat penjaga gunung Bu Tong, untuk menyamar jadi wanita cantik, dan menggoda Xuan Yuan. Karena kewalahan digoda dan dirayu wanita cantik, akhirnya Xuan Yuan bangkit dari semedinya, dan bermaksud turun gunung untuk berpindah tempat. Ketika sampai di kaki gunung, Xuan Yuan bertemu dengan seorang nenek tua yang sedang mengasah sebatang besi. Ketika ditanya, nenek tadi menerangkan bahwa ia sedang berusaha untuk membuat jarum, guna menjahitkan baju untuk cucunya.

Xuan Yuan menjadi sadar, bahwa hanya dengan keteguhan hati sajalah seseorang baru akan bisa berhasil mencapai keinginannya. Iapun kembali melanjutkan semedinya. 20 tahun kemudian, Miao Le datang menjemputnya untuk diajak ke istana langit menghadap Giok Hong Siang Te, guna diangkat menjadi dewa di bagian utara. Gelar yang diberikan ialah  Xuan Tian Shang Di, dan diberi tugas memerangi kejahatan dan menangkap siluman yang mengacau dunia.

Mengenai ular dan kura-kura yang diinjak, sebagian versi mengatakan bahwa pada waktu bertapa, isi perut Xuan Yuan bergejolak menahan lapar. Ususnya menyalahkan lambung yang dianggap tidak bisa menahan lapar, sedangkan lambung menyalahkan usus yang selalu ribut. Xuan Yuan yang merasa terganggu dengan gejolaknya usus dan lambung, lalu membelah perutnya sendiri dan membuang usus serta lambungnya ke belakang. Akibat pembacaan ayat-ayat suci Tao oleh Xuan Yuan, akibatnya potongan usus berubah menjadi ular dan potongan lambung menjadi kura-kura, lalu pergi mengacau dan memakan ternak penduduk. Setelah Xuan Yuan menjadi dewa, dia segera menangkap ular dan kura-kura, tebasan pedangnya membuat punggung kura-kura berbekas sampai sekarang, sedangkan jeratan talinya membuat leher ular lebih kecil dari kepala dan tubuhnya.

Arca Hian Thian Siang Te umumnya ditampilkan sebagai seorang dewa berpakaian perang keemasan, tangan kanannya memegang Pedang Penakluk Iblis, dan kedua kakinya yang tanpa sepatu masing-masing menginjak kura-kura dan ular.Wajahnya berwibawa dan berjenggot panjang, serta rambutnya terurai lepas kebelakang. Konon menurut cerita, model ini mencontoh bentuk tubuh dan rambut kaisar Yong Le dari dinasti Ming. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA