Yang menarik, perjalanan karier mereka mulai berbeda saat memasuki tahun kedua. Djoko dipromosikan menduduki jabatan manajer sedangkan Wawan tidak. Wawan sakit hati dan iri pada kesuksesan Djoko. Pasalnya, yang dilakukan Djoko tak jauh berbeda dengan yang dia kerjakan.
Akhirnya Wawan mengajukan surat pengunduran diri.
"Mengapa kau lakukan hal ini?" tanya atasannya.
"Terus terang saya tidak puas, lantaran kriteria yang mendasari promosi jabatan di perusahaan tidak jelas," jawab Wawan.
"Oh, begitu!" si Bos maklum kemana arah pertanyaan anak buahnya.
"Begini saja. Sebelum saya tanda tangani suratmu, pergilah ke jalan. Laporkan apakah ada toko yang menjual produk kita."
"Oke," jawab Wawan. Beberapa saat kemudian ia kembali dan melaporkan yang didapatnya. "Ya, benar. Ada buah-buahan kita yang dijual di jalan hari ini."
Saat itu Djoko dipanggil juga dan disuruh melakukan hal yang sama. Lima belas menit kemudian Djoko kembali untuk melaporkan apa yang didapatnya.
"Di sepanjang jalan ini hanya ada satu toko yang menjual buah-buahan dari perusahaan kita. Pemiliknya bernama Gayus. Ia menjual jeruk grapefruit Rp.15.000/kg. Sedangkan apel australia ia jual Rp.12.500/kg. Kalau nilai belanjaan seseorang melebihi Rp.50.000, ia memberi bonus empat buah jeruk gratis. Apalagi informasi yang Anda perlukan Pak?" jelas Djoko.
"Cukup. Terima kasih, kamu boleh keluar," jawab sang Bos. Kemudian ia bertanya kepada Wawan yang termangu di tempatnya. "Apakah kamu masih tetap ingin mundur?"
"Tidak jadi," jawab Wawan tersipu. "Saya akan berusaha melakukan sesuatu lebih dari Djoko." [Irene Ang / Malang / Jatim / Tionghoanews]