Suatu kali kami kehabisan beras, padahal gajian masih beberapa hari lagi. Uang di tangan hanya tinggal untuk ongkos beberapa hari saja sampai gajian tiba. Padahal beras harus dibeli, bila tidak, sore hari anak-anak tidak bisa makan.
Saya ingat bahwa kehabisan beras ketika sudah siang dan sedang berada di kantor. Yang saya ingat pula saya tidak meninggalkan uang sedikit pun kepada asisten di rumah untuk membeli beras. Tiba-tiba suami menelepon, "Bu, berasnya habis ya?" "Iya, dan saya lupa ngasih uang ke bude (panggilan asisten di rumah)." Saya menangkap tidak ada nada khawatir pada suami saya di telepon.
"Bu, itu tadi ada yang mengantar beras 1 karung besar, 50 kg," sambung suami saya.
Saya tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa mengucapkan syukur atas anugerah Ilahi ini. Ketika saya kehabisan beras, Tuhan benar-benar mengirimkan beras ke rumah. Rupanya yang mengantarkan beras ke rumah adalah mantan murid suami yang kebetulan mempunyai usaha kelontong. Ia mengirimkan sebagai ucapan terima kasih. Yang saya lakukan kemudian membagi beras yang banyak itu dengan asisten di rumah untuk dibawanya pulang. [Susi Ng / Balikpapan / Tionghoanews]