Selama memeriksa kasus-kasus yang terjadi, dia melihat kasus yang diciptakan setiap orang berbeda –beda, maka hukuman dan karma yang diterima juga berbeda-beda. Setiap dia melihat ada orang yang dihukum berat dan kejam seperti dihukum diatas gunung pedang dan lain-lain, dia selalu menyuruh anak buahnya menolong orang tersebut, tetapi makin ditolong makin banyak orang yang sama sekali tak tertolong lagi.
Pada suatu hari ketika dia sedang memeriksa buku yang mencatat kasus-kasus yang terjadi, dia melihat nama istrinya berada didalam buku tersebut didalamnya tertulis istrinya mencuri ayam tetangganya, ayam itu beratnya 1 kilo 2 ons, melihat kejadian ini dia melipat lembaran yang mencatat kesalahan istrinya ini, supaya lain kali jika diperlukan lebih gampang mencarinya.
Setelah kembali kedunia ini, dia bertanya kepada istrinya apakah telah mencuri ayam tetangganya? Pada permulaannya istrinya tidak mau mengaku, tetapi setelah dia menceritakan kepada istrinya apa yang dia lihat di akhirat, akhirnya istrinya mengaku, karena ayam tetangganya mencuri makan padi yang dijemurnya, karena marah tanpa sengaja dia telah membunuh ayam tetangganya, karena takut dimarahi tetangganya dia mengubur ayam tersebut, dan menyembunyikan kejadian ini.
Pasangan ini kemudian menggali ayam yang telah ditanam, mengambil timbangan menimbangnya pas 1 kilo 2 ons. Pasangan ini sangat terkejut, akhirnya mereka pergi ke rumah tetangganya sesuai dengan harga pasar mengkompensasi kepada tetangganya sekalian meminta maaf kepada tetangganya.
Beberapa hari kemudian, Pelajar ini pergi lagi ke akhirat, membuka buku kasus, dia melihat lipatan yang dibuat tanda dahulu masih tetap ada, tetapi kasus istrinya telah hilang tanpa jejak.
Mata Tuhan ada dimana-mana, bahkan kesalahan yang sekecil-kecilnya juga akan dicatat dan menerima hukuman yang setimpal, apalagi kesalahan besar sudah tentu akan menerima balasan yang setimpal. [Chen Mei Ing]