Di kaki gunung tinggal dua saudara yang sangat miskin, hidup mereka sangat melarat mereka sering kelaparan, dua bersaudara ini mendengar diatas gunung tinggal kakek matahari yang baik dan sering membantu orang lain, mereka berdua sepakat naik ke atas gunung meminta bantuan kakek matahari. Akhirnya mereka berdua naik keatas gunung, setelah mendaki dua hari dengan susah mereka sampai diatas gunung bertemu dengan kakek matahari meminta kepada kakek matahari membantu mereka.
Kakek matahari berkata kepada mereka, "Melon digunung matahari ini adalah melon ajaib, harus menanamnya 49 tahun baru bisa berbuah, harus menyiramnya, air tersebut harus dari mata air dibawah gunung, sekali siram dengan dua ember air, setelah 49 tahun melon sudah matang maka setiap orang mendapat satu buah melon matahari, asalkan rajin maka melon matahari akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi kalian, sekarang kalian sudah bisa mulai bekerja." Setelah berkata demikian kakek matahari meninggalkan mereka melanjutkan pekerjaannya.
Kedua bersaudara ini lalu masing-masing memikul sepasang ember, bersama-sama dengan orang-orang yang berada disana mulai bekerja. Pada permulaan si sulung sama dengan orang lain setiap hari memikul sepasang ember mengambil air di mata air dikaki gunung kemudian meneteskan darahnya ke ember tersebut. Setelah beberapa lama kemudian si sulung berpikir, "jika terus begini sampai 49 tahun setiap hari memikul air, pasti saya akan mati kelelahan." Akhirnya si sulung mendapatkan sebuah akal, setiap hari setelah sampai dipertengah gunung dia akan membuang setengah air yang berada di ember. Dengan begitu akan menghemat tenaga, dan dia masih mempunyai tabiat jelek selalu mengadu kepada kakek matahari dan menjelek-jelekkan dan mengfitnah orang lain, mengatakan kepada kakek betapa rajinnya dia bekerja, setelah panen harus memberikan kepadanya melon yang paling besar. Kakek matahari dengan tertawa berkata, "Anak muda, rajinlah bekerja, pasti akan mendapat keberuntungan."
Sedangkan si bungsu, setelah melihat melon yang berada dikebun, dia tahu melon tersebut sudah ditanam bertahun-tahun yang lalu, semua melon tersebut berjumlah 49 buah, sedangkan yang bekerja disana sebelumnya ada 47 orang, sekarang ditambah mereka berdua menjadi 49 orang, setiap orang akan mendapat satu buah melon. Selama bekerja dia berpikir, "Mereka disini sudah bekerja selama bertahun-tahun, telah mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya sangat banyak, nantinya saya juga akan mendapatkan satu buah melon, sungguh tidak adil, semakin dipikir dia merasa semakin tidak nyaman, lalu memutuskan mulai saat ini jika orang lain memikul dua ember air, saya harus memikul empat ember air, setelah malam semua orang sudah beristirahat dia masih bekerja, pagi-pagi buta sebelum semua bangun dia sudah bangun dan bekerja dengan demikian dia baru merasa dia pantas menerima melon matahari dan hatinya menjadi tenang.
Dalam sekejap waktu telah berlalu, melon matahari yang mulai masak sudah kelihatan kuning keemasan terlihat sangat menggiurkan, tetapi bentuknya ada yang besar dan kecil, ada yang sudah ranum dan ada yang belum masak. Pada suatu hari, kakek matahari memanggil mereka semua berkumpul dikebun melon matahari dan berkata, "Kalian semua telah bekerja dengan susah payah selama 49 tahun, jerih payah kalian semua telah terlihat, melonnya ada yang besar dan kecil, maka sekarang melon matahari pergilah cari tuan kalian masing-masing." Setelah kakek matahari berkata demikian terlihat melon matahari dengan cepat berserak dan berlari mencari tuan mereka sendiri. Didalam hatinya sisulung berkata, "Melon matahari yang paling besar, cepatlah berlari ketempat saya."Tetapi dia hanya dapat memandang dengan bengong melon matahari yang paling besar menggelinding ketempat si bungsu, sedangkan melon yang paling kecil menggelinding dan berhenti didepannya.
Pada saat ini kakek matahari berkata lagi, "Apa yang kalian ingin makan dan yang kalian perlukan maka mintalah kepada melon matahari maka permintaan kalian akan terkabul." Semua orang coba meminta, akhirnya setiap orang mendapat makanan, sedangkan makanan si bungsu yang paling istimewa dan juga ada anggur wangi, sedangkan makanan si sulung hanya ada nasi tanpa lauk.
Melihat keadaa ini sisulung sangat marah, dia mengatakan kakek matahari tidak adil, kakek matahari berkata, "Didalam melon matahari ini tertulis dengan jelas, engkau lihat sendiri." Setelah mengatakan ini kakek melambaikan tangannya, melon tersebut berubah menjadi sebuah buku, dibuku tersebut tercatat dengan jelas jam, tanggal dan tahun dimana sisulung malas bekerja, suka memfitnah dan menjelekkan orang lain semua terdokumentasi dengan jelas didalam buku tersebut. Setelah melihat buku tersebut sisulung merasa sangat malu dia hanya bisa mengaku kalah dengan menundukkan kepalanya. (*)
http://yinnihuaren.blogspot.com
Email dari: Linda Lim, Surabaya