KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 31 Agustus 2011

SEMAKIN MENGINGINKAN, SEMAKIN TIDAK DAPAT

Pepatah Tiongkok mengatakan: Kursi di rumah seorang tukang kayu sering kali berkaki tiga, anak dari keluarga seorang penjahit seringkali berpantat telanjang, dan sakit yang diderita keluarga seorang dokter seringkali tak tersembuhkan.

Saya dibesarkan di Tiongkok selatan, di mana sup ikan dianggap sebagai makanan yang lezat. Kami memiliki sebuah keluarga besar dengan banyak anak, dan kami tidak bisa mengupayakan sup ikan terlalu sering. Selain liburan besar seperti Imlek, satu-satunya waktu dimana kami anak-anak bisa minum sup ikan adalah ketika kami sakit. Sup ikan diberikan kepada kami sebagai suatu perawatan. Meskipun saya adalah yang termuda, kakak saya yang dua tahun lebih tua dari saya adalah kesayangan nenek. Ia sakit dari waktu ke waktu, dan nenek saya sering memberinya sup ikan untuk diminum.

Ketika kakak meminum sup ikan, wajahnya terkadang murung, seolah-olah ia minum ramuan obat Tiongkok. Namun di waktu lain saya bisa melihat kesenangan di matanya saat ia meminumnya. Saya selalu dalam kesehatan prima sehingga saya tidak pernah punya kesempatan minum sedikit pun. Saya jadi cemburu dengan kakak saya dan diam-diam memutuskan akan sengaja sakit agar saya bisa menikmati sup ikan. Saya berusaha keras agar dapat sakit, tapi sakit yang paling parah saya derita adalah hidung meler. Setelah lama mencoba, saya akhirnya menderita sakit flu yang cukup buruk sehingga diberi sup ikan.

Nenek mendidihkan semangkuk sup ikan yang terlihat sangat lezat, harum, dan beruap. Namun, begitu saya mencium sup itu, saya mulai muntah. Kakak melihat saya dan berkata, "Jika kamu benar-benar tidak bisa meminumnya, biar kakak bantu." Saya tidak mau menyerah, karena saya sakit demi ini. Maka saya coba sebaik-baiknya untuk duduk dan minum sup. Tapi ketika mencium lagi bau sup ikan, rasa mual itu kembali datang. Saya benar-benar tidak dapat meminumnya. Saya harus menyerah dan melihat kakak meminum sup itu dengan lahap.

Ketika ibu saya, yang seorang dokter, pulang hari itu, saya bertanya padanya, "Jenis flu apa yang membuat orang kehilangan nafsu makan dan jenis flu apa yang tidak seperti itu? Bagaimana bisa kakak makan dan minum seperti biasa ketika ia sakit, tapi saya tidak ingin makan dan minum apapun ketika saya sakit?" Ibu menatap saya dan segera tahu apa yang telah saya lakukan.

Ibu berkata, "Karena kamu sengaja sakit, kamu diserang flu Feng-Han (menurut ilmu pengobatan Tiongkok, ada dua jenis flu, Feng-Re atau flu Angin-Panas dan Feng-Han atau flu Angin-Dingin), yang mengganggu perutmu, membuat tubuhmu sakit dan membuatmu kehilangan nafsu makan. Minum banyak air hangat dan kamu akan sembuh setelah cukup istirahat." Nada ibu sangat lembut. Tapi saya masih berpikir bahwa saya tidak diperlakukan dengan sangat wajar.

Bagaimana bisa keluarga saya memberikan sup ikan kepada anak-anak mereka yang sakit sementara kadang-kadang sup itu tidak baik bagi mereka?

Setelah saya sembuh dari flu, saya menemukan bahwa betapa ibu merasa iba dengan saya dan lebih sering menaruh sup ikan di meja makan. Tapi setiap kali saya menghirup sup itu, saya teringat apa yang saya lakukan sebelumnya. Hal itu memberikan saya satu pelajaran mendalam: semakin orang menginginkan sesuatu, kemungkinan ia mendapatkannya akan semakin kecil. [Widya Wong, Pontianak]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA