Aku seorang single parent, setelah dua tahun lalu suamiku meninggalkanku dan putrinya tanpa sebab yang jelas. Namun sekarang aku telah menjadi ibu yang mandiri, memiliki usaha dagang yang kian hari semakin menunjukan peningkatan dan ini mambuat taraf hidup aku dan putriku semakin membaik.
Putri tunggalku sudah menginjak remaja dan hari-harinya selalu diisi dengan keceriaan bersama teman-teman sebayanya. Sebenarnya aku mulai merasa was-was dengan putriku, karena aku harus mulai mengawasinya dengan ekstra ketat, memberinya bimbingan agar ia tidak bergaul dengan sembarang orang, khususnya pria dewasa. Aku takut putriku mengalami hal-hal yang tidak baik untuk masa depannya.
Sementara, saat ini aku tengah menjalin hubungan khusus dengan seorang lelaki yang umurnya lebih muda dariku. Usiaku 38 tahun dan kekasihku baru berumur 29 tahun. Kisah kasih kami dimulai saat aku berbelanja untuk keperluan dagang di sebuah pusat grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari pandangan pertama itu aku merasakan ada sesuatu yang membuatku merasa damai di dekatnya.
Laki-laki ini (sebut saja namanya Hendrik) mengaku anggota TNI. Aku percaya karena penampilan dan seragam yang dikenaknnya berciri khas anggota TNI Angkatan Darat. Hendrik memang tak pernah menunjukan kartu indentitasnya sebagai seorang anggota TNI, tapi itu semua tidak lantas membuatku merasa curiga dan mewaspadainya. Hal ini pula yang membuatku merasa menyesal seumur hidup.
Hampir setahun lamanya kami menjalin kasih, Hendrik bahkan telah hidup seatap denganku dan anakku. Hendrik memang berperilaku baik, ia sering mengantarku saat hendak berdagang, bahkan juga sering mangantarkan anakku ke sekolah, les dan kegiatan lain yang diikuti anakku. Singkatnya Hendrik sangat memperhatikan semua kegiatan kami berdua.
Mungkin karena kepercayaanku terhadapnya yang berlebihan, Hendrik jadi semakin leluasa melakukan apa saja dirumahku. Sering kali ia mengajakku bercumbu, sambil menyaksikan adegan-adegan porno dari VCD yang ia putar dan anehnya aku tak pernah bisa menolaknya. Mungkin karena kesendirianku yang terlalu lama, aku jadi mudah bergairah. Bahkan aku bisa berkali-kali mencapai kepuasan saat bergumul dengan Hendrik.
Sebenarnya situasi lingkungan di mana aku tinggal mulai merasa terusik dengan tingkah laku kami. Harus aku akui kalau kami lepas dari kendali moral yang berlaku. Namun itu semua tak mempengaruhi hubungan kami, bahkan kami jadi semakin berani menunjukan bahwa kami saling mencintai dan tak ada yang bisa menghalangi niat kami tersebut.
Keadaan itu akhirnya menjadi bumerang buatku. Suatu hari saat aku kembali dari tempat usahaku, rumahku dipenuhi banyak orang. Bahkan kulihat beberapa petugas kepolisian hilir mudik masuk dan keluar dari rumahku. Sejenak aku merasa was-was dengan keadaan ini, aku takut terjadi apa-apa dengan putriku.
Dan ternyata benar, aku mendapatkan putriku menangis. Ia mengadu bahwa ayah (Hendrik) dibawa polisi saat ia tidur bersamanya. Aku tercengang mendengarnya, bahkan lebih tercengang lagi saat polisi memberitahukan peristiwa yang baru saja terjadi antara Hendrik dengan anakku.
Polisi menjelaskan padaku bahwa Hendrik tertangkap basah oleh penduduk ketika sedang menggauli putri tunggalku. Saat itu, sedih bercampur marah memenuhi rongga dadaku. Apalagi saat kutahu bahwa perbuatan itu telah terjadi berulang kali. Berarti dalam sekian waktu kami hidup bersama, Hendrik secara bersamaan telah menggauli aku dan anakku. Dari keterangan polisi pula aku mendapatkan informasi bahwa sebenarnya Hendrik bukanlah anggota TNI, melainkan hanya seorang anggota organisasi berbasis militer.
Yang membuatku lebih sedih dan terpukul adalah pengakuan putriku yang mengatakan bahwa ia sangat sayang kepada ayahnya, karena sering menginabobokan saat ia ingin tidur, mengelus, membelai, menciumi seluruh bagian tubuhnya dan memberinya sesuatu yang ia rasakan sangat nikmat hingga ia bisa bergairah dan merasa nyaman.
Dan saat ini aku sedang merasa bingung, di satu sisi aku merasa puas karena Hendrik telah dijebloskan ke dalam penjara dan aku menolak kesepakatan damai yang ia ajukan. Sementara di sisi lain, putriku kini membenci dan mengucilkan aku karena aku di anggap tidak mau membela Hendrik dan mengeluarkannya dari penjara. [Vivi Tan / Jakarta] Sumber: Kisah Nyata
Putri tunggalku sudah menginjak remaja dan hari-harinya selalu diisi dengan keceriaan bersama teman-teman sebayanya. Sebenarnya aku mulai merasa was-was dengan putriku, karena aku harus mulai mengawasinya dengan ekstra ketat, memberinya bimbingan agar ia tidak bergaul dengan sembarang orang, khususnya pria dewasa. Aku takut putriku mengalami hal-hal yang tidak baik untuk masa depannya.
Sementara, saat ini aku tengah menjalin hubungan khusus dengan seorang lelaki yang umurnya lebih muda dariku. Usiaku 38 tahun dan kekasihku baru berumur 29 tahun. Kisah kasih kami dimulai saat aku berbelanja untuk keperluan dagang di sebuah pusat grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari pandangan pertama itu aku merasakan ada sesuatu yang membuatku merasa damai di dekatnya.
Laki-laki ini (sebut saja namanya Hendrik) mengaku anggota TNI. Aku percaya karena penampilan dan seragam yang dikenaknnya berciri khas anggota TNI Angkatan Darat. Hendrik memang tak pernah menunjukan kartu indentitasnya sebagai seorang anggota TNI, tapi itu semua tidak lantas membuatku merasa curiga dan mewaspadainya. Hal ini pula yang membuatku merasa menyesal seumur hidup.
Hampir setahun lamanya kami menjalin kasih, Hendrik bahkan telah hidup seatap denganku dan anakku. Hendrik memang berperilaku baik, ia sering mengantarku saat hendak berdagang, bahkan juga sering mangantarkan anakku ke sekolah, les dan kegiatan lain yang diikuti anakku. Singkatnya Hendrik sangat memperhatikan semua kegiatan kami berdua.
Mungkin karena kepercayaanku terhadapnya yang berlebihan, Hendrik jadi semakin leluasa melakukan apa saja dirumahku. Sering kali ia mengajakku bercumbu, sambil menyaksikan adegan-adegan porno dari VCD yang ia putar dan anehnya aku tak pernah bisa menolaknya. Mungkin karena kesendirianku yang terlalu lama, aku jadi mudah bergairah. Bahkan aku bisa berkali-kali mencapai kepuasan saat bergumul dengan Hendrik.
Sebenarnya situasi lingkungan di mana aku tinggal mulai merasa terusik dengan tingkah laku kami. Harus aku akui kalau kami lepas dari kendali moral yang berlaku. Namun itu semua tak mempengaruhi hubungan kami, bahkan kami jadi semakin berani menunjukan bahwa kami saling mencintai dan tak ada yang bisa menghalangi niat kami tersebut.
Keadaan itu akhirnya menjadi bumerang buatku. Suatu hari saat aku kembali dari tempat usahaku, rumahku dipenuhi banyak orang. Bahkan kulihat beberapa petugas kepolisian hilir mudik masuk dan keluar dari rumahku. Sejenak aku merasa was-was dengan keadaan ini, aku takut terjadi apa-apa dengan putriku.
Dan ternyata benar, aku mendapatkan putriku menangis. Ia mengadu bahwa ayah (Hendrik) dibawa polisi saat ia tidur bersamanya. Aku tercengang mendengarnya, bahkan lebih tercengang lagi saat polisi memberitahukan peristiwa yang baru saja terjadi antara Hendrik dengan anakku.
Polisi menjelaskan padaku bahwa Hendrik tertangkap basah oleh penduduk ketika sedang menggauli putri tunggalku. Saat itu, sedih bercampur marah memenuhi rongga dadaku. Apalagi saat kutahu bahwa perbuatan itu telah terjadi berulang kali. Berarti dalam sekian waktu kami hidup bersama, Hendrik secara bersamaan telah menggauli aku dan anakku. Dari keterangan polisi pula aku mendapatkan informasi bahwa sebenarnya Hendrik bukanlah anggota TNI, melainkan hanya seorang anggota organisasi berbasis militer.
Yang membuatku lebih sedih dan terpukul adalah pengakuan putriku yang mengatakan bahwa ia sangat sayang kepada ayahnya, karena sering menginabobokan saat ia ingin tidur, mengelus, membelai, menciumi seluruh bagian tubuhnya dan memberinya sesuatu yang ia rasakan sangat nikmat hingga ia bisa bergairah dan merasa nyaman.
Dan saat ini aku sedang merasa bingung, di satu sisi aku merasa puas karena Hendrik telah dijebloskan ke dalam penjara dan aku menolak kesepakatan damai yang ia ajukan. Sementara di sisi lain, putriku kini membenci dan mengucilkan aku karena aku di anggap tidak mau membela Hendrik dan mengeluarkannya dari penjara. [Vivi Tan / Jakarta] Sumber: Kisah Nyata
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah
PESAN KHUSUS
Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
PESAN KHUSUS
Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id