Studi ini menyatakan bahwa setiap tahunnya sebanyak 630.000 pria di Uni Eropa meninggal karena kebiasaan hidup yang tidak sehat. Sementara itu, angka kematian pada wanita hanya separuhnya, sekitar 300.000 jiwa setiap tahunnya.
Dr. Richard de Visser, dari Universitas Sussex mengatakan, gaya hidup bukan satu-satunya pencetus kematian prematur. Menurutnya, mereka yang secara ekonomi berpenghasilan rendah juga termasuk dalam kelompok yang berisiko karena umumnya kurang mendapat asupan makan yang sehat, kurang berolahraga, lebih mungkin untuk merokok dan menggunakan obat-obat terlarang.
Untuk mengatasi kematian prematur di kalangan pria, Visser menuturkan, harus ada kesadaran yang tumbuh dari diri sendiri dalam merubah gaya hidup yang bisa merusak kesehatan.
Sementara itu Dr. Ian Bank, Presiden Europa Mens Health Forum menyatakan keprihatinan atas situasi ini. "Ini bukan hanya tentang kesehatan. Kematian prematur laki-laki akan merusak perekonomian, keluarga, perempuan (isteri), melemahkan keamanan sosial dan pelayanan kesehatan." [Caroline Chan / Bandung / Tionghoanews]