Tim peneliti dari China menemukan bukti bahwa tingkat kejadian serangan jantung atau berhentinya detak jantung selama mandi meningkat 10 kali lipat mulai dari musim panas hingga musim dingin, meski angka itu secara keseluruhan masih sangat rendah, yaitu 54 kejadian dari setiap 10 juta orang yang mandi air panas selama satu jam.
Selama serangan jantung, detak jantung berhenti, dengan konsekuensi fatal dalam kebanyakan kasus. China mencatat sekitar 50.000 kasus serangan jantung setiap tahun, dibandingkan dengan 300.000 di AS. Temuan terbaru ini mungkin menjadi sangat penting di China, demikian hasil studi yang dirilis dalam jurnal Resuscitation.
"Di China, sebagian besar orang mandi air panas berlama-lama, karena rumah-rumah tradisional di China tidak dilengkapi insulator seperti layaknya di Barat, dan pemanas sentral sangat tidak lazim," kata Hoen Wei dari Beijing Prefectural University of Medicine School of Nursing.
Dalam studinya, tim ilmuwan mengamati data dari sekitar 11.000 kasus serangan jantung yang terjadi di prefuktur Beijing antara 2005 hingga 2007.
Sebelum detak jantung berhenti, 22 persen orang sedang tertidur, 9 persen tengah mandi, 3 persen sedang bekerja dan 0,5 persen tengah berolahraga. Untuk sisanya tengah melakukan aktivitas yang tidak spesifik atau kegiatan yang tak diketahui.
Jika melihat tingkat kejadian cardiac arrest setiap jam melakukan kegiatan, mandi menempati posisi teratas dengan 54 kejadian per 10 juta orang, diikuti dengan orang yang berolahraga dengan angka perbandingan 10 per 10 juta orang.
Bagi para penyuka mandi air panas, risiko itu muncul terkait dengan suhu di luar, dengan lebih banyak kasus cardiac arrest (serangan jantung) terjadi pada hari-hari yang suhunya lebih rendah.
Meski belum jelas bagaimana untuk menjelaskan keterkaitan ini, namun terjun ke dalam hot tub di saat cuaca dingin dapat menyebabkan jatuhnya tekanan darah dengan cepat, yang dapat menekan jantung. [Natalia Lim / Cirebon / Jabar Tionghoanews]