Suatu malam, Untung sedang kumpul-kumpul dengan keluarganya dan saling bercerita. Karena haus, Untung pergi ke dapur hendak membuat teh manis. Hujan turun rintik-rintik dengan desir angin yang agak kencang.
Tiba-tiba Untung mendengar suara seperti bayi menangis di belakang rumahnya, yang memang penuh dengan rumpun bambu. Dasar penakut, bulu kuduknya berdiri. Diperhatikan suara itu semakin keras dan semakin membuat Untung gemetar ketakutan. Tidak tahan dengan suasana itu Untung lari ke depan rumah tempat keluarganya sedang ngobrol.
"Ad ... ad ... Ada bba ... ba .. bayi nangis dd .. di belakang rumah!" kata Untung terbata-bata, penuh ketakutan.
Spontan adik-adik Untung ikut ketakutan.
Sang bapak langsung mengecek ke belakang rumah mereka.
Dia hanya tersenyum ketika menyaksikan bahwa suara itu ternyata bukan suara bayi, melainkan suara kucing yang sedang memadu asmara.
Untung pun tersipu malu setengah tidak percaya.
Kita kerap kali takut menghadapi sesuatu. Kerap kali ketakutan itu terjadi karena kita sudah mempunyai bayangan-bayangan, praduga-praduga, prasangka-prasangka buruk terhadap kenyataan yang ada di luar diri kita. Pandangan yang buruk, negatif, dan tidak baik terhadap sesuatu yang berada di luar diri kita (lingkungan, orang lain, dsb) membuat diri kita terjerat oleh perasaan kita sendiri dan membuat kita tidak bisa berkembang secara wajar dan benar. [Shinta Lim / Surabaya]
Tiba-tiba Untung mendengar suara seperti bayi menangis di belakang rumahnya, yang memang penuh dengan rumpun bambu. Dasar penakut, bulu kuduknya berdiri. Diperhatikan suara itu semakin keras dan semakin membuat Untung gemetar ketakutan. Tidak tahan dengan suasana itu Untung lari ke depan rumah tempat keluarganya sedang ngobrol.
"Ad ... ad ... Ada bba ... ba .. bayi nangis dd .. di belakang rumah!" kata Untung terbata-bata, penuh ketakutan.
Spontan adik-adik Untung ikut ketakutan.
Sang bapak langsung mengecek ke belakang rumah mereka.
Dia hanya tersenyum ketika menyaksikan bahwa suara itu ternyata bukan suara bayi, melainkan suara kucing yang sedang memadu asmara.
Untung pun tersipu malu setengah tidak percaya.
Kita kerap kali takut menghadapi sesuatu. Kerap kali ketakutan itu terjadi karena kita sudah mempunyai bayangan-bayangan, praduga-praduga, prasangka-prasangka buruk terhadap kenyataan yang ada di luar diri kita. Pandangan yang buruk, negatif, dan tidak baik terhadap sesuatu yang berada di luar diri kita (lingkungan, orang lain, dsb) membuat diri kita terjerat oleh perasaan kita sendiri dan membuat kita tidak bisa berkembang secara wajar dan benar. [Shinta Lim / Surabaya]