Aku adalah seorang karyawati sebuah bank swasta di Yogyakarta. Kata orang parasku cukup cantik dengan wajah khas jawa, lembut dan kemayu.
Usiaku kini 25 tahun dan baru saja tiga tahun menjadi karyawan bank. Pada suatu saat aku berkenalan dengan seorang pria bernama Yoga, ya bisa dibilang ABG, karena usianya baru 19 tahun.
Yoga adalah seorang mahasiswa mandiri asal Balikpapan sedangkan aku asli Yogyakarta. Perkenalan terjadi pada saat aku sedang makan di sebuah warung yang kebetulan di sana ada Yoga yang juga sedang makan.
Awalnya kami tidak saling berteguran Karena sering bertemu maka aku dan Yoga akhirnya saling kenal.
Suatu ketika Yoga minta nomor pin BB dan tentu aku memberi karena sudah terjadi beberapa kali obrolan di antara kami berdua.
Hubungan kami semakin dekat melalui BBM hingga pada suatu hari Yoga mengajakku untuk makan malam di sebuah kafe. Entah apa yang membuat Yoga berani untuk menyatakan cintanya padaku yang ia tahu lebih tua tujuh tahun.
Tak bisa dipungkiri aku memang tertarik dengan Yoga karena berparas tampan dan berbodi atletis. Yang membuat aku lebih kagum adalah kemandirian Yoga karena kuliah sambil mendirikan usaha bengkel motor.
Cinta memang buta. Aku pun menyambut perasaan cinta Yoga karena dorongan hati yang paling dalam tanpa menghiraukan perbedaan usia.
Waktu terus berjalan, tak sadar aku sudah menjalin kasih dengan Yoga selama tiga tahun. Satu sama lain saling mencintai dank arena itu hubungan semakin harmonis.
Aku menganggap Yoga sebagai pria yang ideal, dewasa dan bijak meski usianya terpaut tujuh tahun lebih muda. Namun tetap ada keraguan di hati apakah kelak bila kami menikah, Yoga bisa dijadikan panutan karena ia lebih layak dianggap sebagai adik.
Setelah menyelesaikan kuliah, Yoga semakin fokus mengembangkan usahanya yang semula hanya bengkel motor kecil kini sudah menjadi sebuah usaha yang maju.
Kehidupan Yoga semakin mapan sehingga pada suatu hari dia memberanikan diri untuk mengajakku menikah.
Awalnya aku sempat ragu namun perasaan cinta yang dalam dan hubungan yang sudah lama membuatku menerima pinangan Yoga.
Resmi setelah enam tahun berpacaran, aku dan Yoga akhirnya bersanding di pelaminan dengan perpaduan adat Jawa dan Balikpapan.
Kehidupan kami semakin bahagia dengan kehamilan anak pertama. Aku tidak menyesal telah memilih Yoga karena setelah menikah ia benar-benar seperti pria yang kuidamkan, bertangung jawab dan dewasa.
Sudah sekitar 5 tahun usia pernikahanku dan Yoga sampai kami berdua dikaruniai dua orang anak. Kehidupan semakin bahagia meskipun paras tampan suamiku sering mengundang para wanita menggodanya.
Meskipun demikian, aku tetap percaya bahwa suamiku tidak akan selinguh kerena hubungan kami didasarkan cinta yang dalam.
Aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari tempat kerja sebagai karyawan bank karena ingin memfokuskan diri pada keluarga.
Tentu saja keputusan ini diterima oleh suamiku karena memang dirinya sudah mapan dan mampu membiayai semua kebutuhan keluarga.
Sampai saat ini, keluarga kecil kami tetap langgeng bahkan semakin harmonis. Ternyata beda usia 7 tahun tidak jadi penghalang hubungan antara aku dan Yoga.
Ya, cinta memang buta sehingga tidak bisa melihat perbedaan. Buktinya adalah cinta yang kami jalin sampai pernikahan meski usia suamiku jauh lebih muda. [Vivi Tan / Jakarta]