Tuhan membaca hatinya dan berkata, "Narada, pergilah ke kota di pinggir Bengawan Gangga. Seorang penyembahku diam di sana. Hidup di sampingnya akan baik bagimu."
Narada pergi dan bertemu dengan seorang petani. Saat bangun pagi, petani itu hanya menyebut Dewa Hari satu kali. Lalu petani itu mengangkat bajaknya dan pergi ke ladang tempat seharian ia bekerja. Sesaat sebelum tidur di waktu malam, petani itu mengucapkan nama Dewa Hari sekali lagi.
Narada berpikir, "Bagaimana si petani ini bisa berbakti kepada Tuhan? Kulihat dia sepanjang hari sibuk dengan urusan duniawai."
Lalu Tuhan berkjata kepada Narada. "Isilah mangkuk dengan susu sampai penuh limpah dan berjalanlah keliling kota. Lalu datanglah kembali tanpa menumpahkan satu tetes pun juga." Narada berbuat apa yang dikatakan Tuhan.
"Berapa kali engkau ingat akan daku selama perjalanan keliling kota?" tanya Tuhan.
"Tidak satu kali pun, Tuhan. Bagaimana aku bisa kalau Engkau menyuruh aku memperhatikan mangkuk berisi susu itu?"
Tuhan berkata, "Mangkuk itu menguasai pikiranmu sehingga engkau lupa Aku sama sekali. Tetapi lihat petani itu, yang meskipun dibebani tugas menghidupi keluarga, ingat akan daku dua kali sehari."
[Elaine Tjang / Bandung]
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id