* Pendidikan
Kwee Tek Hoay adalah anak bungsu dari ayah bernama Kwee Tjiam Hong dan ibu bernama Tan Ay Nio. Sejak berusia 8 tahun, Kwee Tek Hoay masuk sekolah Tionghoa berbahasa pengantar Hokkian. Namun sering membolos karena tidak mengerti bahasa yang digunakan itu. Pendidikan formal terakhir yang ditekuninya setara dengan sekolah dasar masa kini. Setelah itu ia dibimbing oleh seorang guru. Pada masa itu,keturunan Tionghoa tidak diperkenankan masuk sekolah Belanda, jika bukan anak seorang bangsawan atau berpangkat.
Kwee Tek Hoay belajar tata buku dan akuntansi dari seorang guru sekolah Belanda, juga giat mempelajari bahasa Melayu, Belanda dan Inggris. Setelah menguasai tiga bahasa itu, Kwee Tek Hoay sangat gemar membaca buku-buku dalam bahasa Melayu, Belanda dan Inggris.
* Karir
(1). Wartawan
Kwee Tek Hoay adalah seorang wartawan dan tulisannya telah dimuat di mingguan Li Po, surat kabar Bintang Betawi, dan Ho Po. Salah satu tulisannya yang terkenal dan mendapat sorotan masyarakat pada masa Perang Dunia I adalah Pemandangan Perang Dunia I Tahun 1914 - 1918 dimuat di surat kabar Sin Po.
Tahun 1925 Kwee Tek Hoay menjadi kepala redaksi di harian Sin Bin di Bandung. Menjabat pemimpin redaksi mingguan Panorama (1926-1932), majalah Moestika Panorama (1930-1932) yang berganti nama menjadi Moestika Romans. Tahun 1932-1934 Kwee Tek Hoay mendirikan mingguan Moestika Dharma dan majalah bulanan Sam Kauw Gwat Po (1934-1947) yang khusus membahas agama, filsafat dan teosofi.
Pada tahun 1932 Kwee Tek Hoay mendirikan sebuah percetakan dan penerbitan bernama Moestika, yang semual berkantor di Batavia (sekarang dikenal sebagai Jakarta) dan dipindahkan ke Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat tahun 1935.
(2). Sastrawan
Sebagai sastrawan Kwee Tek Hoay mulai menulis tahun 1905 ketika novelnya yang pertama berjudul Yoshuko Ochida atawa Pembalesannja Satoe Prampoean Japan diterbitkan secara bersambung di majalah Ho Po di Bogor. Tahun 1919 menulis sebuah drama 6 babak berjudul Allah jang palsoe. Drama kedua terbit pada tahun 1924 berjudul Djadi Korbannja Perempoean Hina. Itulah awal dari karir sastra Kwee Tek Hoay.
* Budha Tridharma
Kwee Tek Hoay adalah penganut Budha Tridharma yang taat. Ia menerbitkan majalah berbahasa Indonesia pertama yang berisikan ajaran Agama Buddha dengan nama Moestika Dharma (1932-1934). Dari majalah ini diketahui bahwa telah berdiri sebuah organisasi Buddhis bernama Java Buddhist Association di bawah kepemimpinan E. Power dan Josias van Dienst. Organisasi ini merupakan anggota International Buddhist Mission yang berpusat di Thaton Birma dan mengacu pada aliran Buddha Theravada.
Perkembangan jaman yang mempengaruhi peranakan Tionghoa membuat mereka mengalami krisis identitas kebudayaan dan agama. Kwee Tek Hoay kemudian berusaha mengembalikan kebudayaan leluhurnya dengan menulis tentang "Agama Tionghoa" yang merupakan gabungan dari tiga agama, yakni Konfusionisme, Buddisme dan Daoisme (Taoisme). Pemikirannya tentang tiga agama itu kemudian dimuat dalam majalah Sam Kauw Gwat Po.
Tulisannya Atsal Moelahnja Timboel Pergerakan Tionghoa jang Modern di Indonesia yang merupakan serial dalam Moestika Romans edisi Agustus 1936 - Januari 1939 telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh sinolog terkemuka Lea E. Williams dengan judul "The Origins of the Modern Chinese Movement in Indonesia".
* Karya-Karyanya
a). Drama
- Korbannja Kong Ek (1926)
- Plesiran hari Minggoe (1927)
- Korbannya Yi Yung Toan (1928)
- The ordeal of general Chiang Kai
Shek (1929)
- Mait Hidoep (1931)
b). Novel
- Boenga Roos dari Tjikembang (1927) Pernah dibuatkan film dua kali pada tahun 1931 oleh Wong Brothers, dan 1976 oleh Fred Young.
- Drama dari Krakatau (1928)
- Drama di Boven Digoel (1938).
- Nonton Capgome (1930)
- Zonder Lentera (1930)
- Penghidoepannja satoe sri panggung (1931)
- Drama dari Merapi (1931)
- Pendekar dari Chapei (1932)
- Berkahnja Malaise (1933)
- Atsal Moelahnja Timboel Pergerakan Tionghoa yang Modern di Indonesia (1933)
- Bertjakap-tjakap tentang Agama Budha (Swastika, 1961)
- Meditasi dan Sembahjang (Swastika, 1961)
- Thay Hak (Swastika, 1961)
- Hauw dari Khong Tju (Swastika, 1962)
- The Origins of the Modern Chinese Movement in Indonesia (Southeast Asia Program, Cornell University, 1969)
- Avalokitesvara (Panitia Peringatan se-Abad Kelahiran Kwee Tek Hoay, 1986)
- 100 Tahun Kwee Tek Hoay: dari Penjaja Tekstil sampai ke Pendekar Pena (Penyunting: Myra Sidharta, Pustaka Sinar Harapan, 1989)
- Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia (Penyunting: Marcus AS dan Pax Benedanto, Kepustakaan Populer Gramedia, 2001)
- Kesastraan Melayu Tionghoa 1
- Kesastraan Melayu Tionghoa 2
- Kesastraan Melayu Tionghoa 3
- Kesastraan Melayu Tionghoa 4
- Kesastraan Melayu Tionghoa 5
- Kesastraan Melayu Tionghoa 6
- Kesastraan Melayu Tionghoa 7
Salam kenal dengan saya pendatang baru dalam blog ini. [Sony Lim / Jakarta / Tionghoanews]