KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 30 September 2011

BENARKAH JIWA ITU EKSIS ?

Apakah jiwa itu? Orang yang beriman beranggapan, jiwa adalah sosok spirit yang eksis pada tubuh dan yang berperan mengendalikannya, ia tetap eksis meskipun terlepas dari tubuh; walaupun tubuh fisik dinyatakan telah mati, namun jiwa tidaklah musnah.

Untuk itu bagi yang percaya ia meyakini eksistensinya, tapi lantaran belum mampu dibuktikan keberadaannya secara ilmiah, pihak yang skeptis melecehkannya. Maka, jiwa itu sebetulnya apakah eksis? Bagaimanakah seharusnya kita membuktikannya?

Ilmuwan fisika ekstra dimensi kelima yang diakui khalayak dan paling otoritatif dewasa ini, Lisa Rundall, guru besar Universitas Harvard, setelah melakukan penelitian seksama dan eksperimen berulang kali selama 9 tahun, pada 2010 ia mengumumkan kepada media: Jiwa itu benar-benar eksis! Kelompok peneliti itu diharapkan pada 2012 mengumumkan bukti ilmiah paling otoritatif tentang eksistensi jiwa kepada seluruh umat manusia.  

Rundall mengajukan tantangan terhadap teori "4 dimensi" Einstein, ia beranggapan masih ada sebuah ruang dan dunia misterius lain yang eksis, ini sangat mungkin adalah sebuah dimensi kelima yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Hipotesa berani ini bersumber dari sebuah pengujian yang dilakukannya.

"Dalam sebuah percobaan saya, sejumlah partikel tanpa terduga hilang secara misterius, saya beranggapan mereka bergeser ke ruang dimensi lain yang tidak dapat kita lihat. Sebenarnya mereka tidak berjarak jauh dari kita, hanya saja telah bersembunyi dengan baik." Ruang yang tak dapat dilihat oleh kita itu disebut Rundall sebagai "dimensi kelima".

Berdasarkan teori Rundall, jika dimensi kelima benar-benar eksis, maka sangat mungkin masih terdapat lagi sebuah dunia tiga dimensi lain yang tidak lazim. Dengan kata lain, umat manusia kita ini hidup di dalam sebuah lima dimensi yang besarnya tak terhingga, akan tetapi, diantaranya kita hanya mampu merasakan dimensi keempat yakni: ruang dan waktu, sebuah dimensi lainnya lagi tak mampu dideteksi oleh kita. Secara mendasar, di dalam ruang di mana kelima dimensi tersebut terbentuk secara bersama-sama, masih terdapat lagi eksistensi sebuah dunia 3 dimensi yang tidak kita ketahui. 

Komposisi bahan dari "3 dimensi" ini akan sama sekali berbeda dengan dunia ini yang dapat kita ketahui dan rasakan – komposisi kimia dan tenaga yang eksis darinya sama sekali berbeda dengan dunia kita. Dimensi kelima, gaya beratlah satu-satunya yang dapat kita rasakan bersama. Medan yang hanya ditimbulkan oleh gaya berat, mampu menerobos dua "dunia" yang berbeda.  

Dewasa ini Rundall dan para koleganya sedang giat-giatnya mencari materi lain di luar gaya berat yang juga mampu menerobos dua  "dunia" yang berbeda tersebut. Dengan demikian, diharapkan dapat ditemukan dunia yang eksis di dalam ruang lima dimensi, bahkan menemukan lorong waktu.

Pemikiran berani Rundall tersebut mencengangkan kalangan fisika internasional. Akan tetapi, realitanya, jauh sebelumnya yakni pada 1919, orang Polandia bernama T. Kaluza memperluas teori umum relativitas Einstein ke "ruang waktu lima dimensi". Setelah itu, seorang ilmuwan lainnya yakni O. Klein mengembangkannya menjadi teori Kaluza-Klein yang baru.

Rundall mengatakan, di dalam model Kaluza-Klein eksis sejumlah partikel seperti ini, dirasakan sejumlah karakteristik fisiknya sangat langka, misalnya mengenai kualitas. Di dalam model ini, kualitas dari partikel-partikel itu telah bertambah secara mengherankan. Datang dari manakah kualitas penambahan tersebut?

"Kami berpendapat, kualitas itu pasti berkaitan dengan momentum yang dihasilkan dari  dalam ruang dimensi ekstra tersebut. Mereka mengandalkan eksistensi ilmu geometri di dalam ruang dimensi ekstra, sedangkan ruang dimensi ekstra itu kemungkinan adalah ruang dimensi kelima yang tak terlihat. Itulah mengapa bila kita hendak mencari dimensi kelima, salah satu caranya ialah mencari sejumlah partikel seperti itu."

Tentu saja, Rundall beserta para koleganya bukanlah peneiliti pertama yang mencari bukti kuat tentang eksistensi jiwa. Namun, lebih banyak lagi para peneliti berasal dari penelitian "Pengalaman nyaris mati" untuk membuktikan keberadaan jiwa.

Dewasa ini seorang dokter asal Inggris bernama Sam Pannier, merupakan manusia pertama dengan percobaan ilmiah telah membuktikan eksistensi riil "jiwa". Desain eksperimentalnya ialah:

Jika seorang pasien setelah mati "jiwa"nya dapat mengambang, ia mampu melihat tubuhnya sendiri, melihat para dokter yang sedang berupaya menyelamatkan dirinya, melihat lampu di plafon, maka apabila digantung sebuah papan di sebelah bawah plafon dimana di atas papan tersebut diletakkan sebuah benda kecil (hanya Sam sendiri yang mengetahui benda apakah itu, lain orang tidak tahu), maka sosok "jiwa" tersebut seharusnya melihat benda kecil itu. Jika si pasien akhirnya dapat diselamatkan jiwanya, dan dapat mengatakan keberadaan benda kecil itu, maka dapatlah dibedakan sesungguhnya "jiwa" itu hanya imajinasi khayalan ataukah sebuah obyek riel yang eksis secara obyektif.

Sam telah melakukan penelitian terhadap 100 lebih pasien dan menemukan 7 pasien diantaranya yang telah berhasil diselamatkan, setelah siuman mereka mampu mengatakan pemandangan tatkala sang "jiwa" meninggalkan raganya, terutama benda kecil di atas papan tergantung itu telah disebut dengan benar. 

Eksperimen Sam telah sukses, ia telah membuktikan eksistensi obyektif dari "jiwa". Baginya, "jiwa" adalah obyek riil yang eksis secara obyektif, dengan ukuran tertentu, mampu melayang-layang, dapat bergerak dan ia merupakan bentuk lain dari keberadaan jiwa, bukanlah sekedar ilusi.

Sebelum dan sesudah percobaan Sam, juga terdapat banyak ilmuwan yang melakukan penelitian tentang pengalaman nyaris ajal. Tesis yang berkaitan dengan penelitian mengenai nyaris ajal terus menerus dipublikasikan oleh jurnal medis otoritas internasioanl, The Lancet dan The Journal of Near Death.

Penelitian menunjukkan, orang yang mengalami sendiri pengalaman nyaris ajal tersebar di seluruh pelosok dunia dengan latar belakang wilayah, suku bangsa, agama, kepercayaan dan kebudayaan yang berbeda. Menurut estimasi penelitian Gallup, perusahaan statistik terkenal di AS, melulu di AS saja minimal terdapat 13 juta orang dewasa yang pernah mengalami nyaris ajal dan mereka hingga kini masih hidup, jika anak-anak juga dimasukkan, angka tersebut akan bertambah signifikan.

Kebanyakan orang dalam mengalami nyaris ajal, terdapat perasaan tenteram dan gembira, bukannya penderitaan dan siksaan; bukan hanya jiwa mereka yang telah meninggalkan raga, juga terdapat cukup banyak pengalaman yang hampir serupa seperti: sejumlah aktivitas pemahaman dengan kecepatan tinggi, memiliki kemampuan super dapat meramalkan hal yang akan terjadi, kesadaran penyebaran waktu, merefleksi dengan kilat hidup yang telah dijalani, menyaksikan panorama indah supranatural, telinga dipenuhi alunan musik surgawi…

Di dalam sejarah orang yang barangkali paling terkenal memiliki "pengalaman jiwa yang lepas dari tubuh" ialah filsuf dan teolog Emanuel Swedenborg yang hidup pada abad 18 di Swedia. Perjalanan Emanuel Swedenborg sesuai dengan pemandangan yang ia saksikan ketika jiwanya sendiri lepas dari tubuh dan berkeliling di dunia roh. Ia meninggalkan karya monumental berjudul Apocalypse Reveals (Mengungkapkan Wahyu) yang dengan detil melukiskan pemandangan yang ia saksikan serta pemahaman mengenai dunia roh yang ia peroleh dari jiwa lain melalui berkomunikasi dengan mereka.

Karyanya tersebut telah berpengaruh sangat penting bagi generasi sesudahnya, meski hingga sekarang masih saja berpengaruh terhadap banyak orang. Banyak ilmuwan terkenal sangat mengaguminya, termasuk tokoh psikoanalisis Jung, penulis Amerika terkenal Helen Keller, penyair Amerika Ralph Waldo Emerson, negarawan dan ilmuwan Amerika Benyamin Franklin, penyair Inggris suami istri Browning, penyair dan drama Jerman terkenal Goethe,  Presiden AS George Washington dan Franklin D. Roosevelt. 

Kemungkinan, dalam penelusuran terhadap eksistensi ruang dimensi kelima, maupun penelitian terhadap pengalaman nyaris ajal, semuanya merupakan saluran yang diberikan sang Pencipta kepada kita dalam menelaah misteri diri sendiri. Saluran tersebut berupaya memberitahu kepada kita pintu kesadaran dari kehidupan dan jiwa, yang berbeda dengan yang kita kenali selama ini yakni: jiwa tidaklah lenyap seiring dengan tubuh kita mati, segala sesuatu yang dilakukan manusia semasa hidupnya, urusan besar-kecil, baik-buruk, bakal mengikuti jiwa ke dalam kehidupan bermasa-masa sesudahnya.

Jika kita percaya eksistensi jiwa, maka kita yang masih berada di dunia fana ini harus mengerti bagaimana berperilaku bajik terhadap diri sendiri dan sesama, ini juga merupakan tanggung jawab abadi terhadap jiwa sendiri. [Xu Ru / Jakarta / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA