KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 17 September 2011

HIDUP BAGAI SANDIWARA

Ketika masih muda saya tinggal di sebuah desa kecil di atas gunung. Karena saat itu tidak ada televisi, maka untuk menambah wawasan dan pandangan anak-anak, sering kali saya mengajak dua orang putra putri saya pergi menonton bioskop ke kota terdekat.

Teringat suatu saat, ketika kami bertiga baru saja masuk ke dalam bus, saya meminta kedua anak saya agar cepat-cepat mencari tempat duduk, supaya tidak jatuh ketika bus melaju. Saya sendiri bersandar di tiang yang berada di pinggir pintu bus, untuk membeli karcis di kondektur. Ketika masih merogoh uang di dalam saku, bus mendadak berhenti. Karena belum sempat meraih tiang, saya langsung terjungkal ke arah sebuah kursi besar yang berada persis di samping pengemudi. Suara 'bruk' terdengar keras dan saya jatuh tepat di atas kursi besar itu.

Pengemudi kemudian mengutarakan alasan mengapa dia menghentikan busnya, mengatakan bahwa di depan mendadak lewat pengendara motor yang terus melaju dari arah depan, sehingga pengemudi terpaksa menginjak rem. Saya hanya mengatakan padanya kalau saya tidak mempermasalahkannya. Sambil menepuk pantat yang terasa nyeri, saya berjalan tertatih-tatih ke tempat duduk di sebelah anak saya.

Anak saya yang masih polos bertanya, "Ayah terjatuh, tapi mengapa Ayah tidak menangis?" Sambil tersenyum saya menjawab, "Karena ayah adalah seorang pemberani, jika seorang pemberani terjatuh, dia akan dapat berdiri lagi dan tidak akan menangisi kemalangannya."

"Saya masih ingat film yang hari itu kami lihat berjudul "Kisah petualangan Ali baba." Film itu menceritakan, dalam perjalanan saat berpetualang, Ali baba menjumpai banyak sekali iblis dan hantu. Saat adegan Ali baba sedang bertarung sengit dengan para iblis dan hantu, mendadak anak saya bertanya, "Bukankah Ayah mengatakan Ayah adalah seorang pemberani? Kalau begitu sekarang Ayah pergilah membasmi iblis dan hantu itu!"

Saya segera terdiam, tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dalam hati berpikir, Anak yang masih kecil begitu naïf dan polos, menganggap apa yang ditampilkan dalam film adalah kejadian sebenarnya.

Dahulu saya pernah melihat sebuah ungkapan dari aliran Buddha yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita sebenarnya hanyalah ilusi belaka. Ketika masih muda, saya juga tidak dapat memahami tentang perkataan ini. Nyata-nyata paha ayam yang kita makan begitu lezat dan nikmat, coca cola begitu menyegarkan bila diminum, suntikan injeksi rumah sakit terasa menyakitkan. Hal yang begitu nyata mengapa dikatakan khayalan belaka? Baru ketika melihat anak saya yang menganggap tayangan di layar sebagai sesuatu hal yang nyata, saya baru memahami makna perkataan dari aliran Buddha.

Karya film adalah ciptaan manusia. Awalnya, pengarang menulis naskah cerita. Sang sutradara berdasarkan naskah tersebut kemudian mencari sekelompok aktor untuk memerankan jalan cerita dan disyuting oleh kamerawan. Ahli musik melakukan pengisian suara, menggabungkan elemen keseluruhan dan setelah rampung, film diputar dan ditayangkan di layar lebar. Semuanya begitu nyata tetapi juga hanyalah ilusi belaka.

Saya mencoba untuk berpikir. Semua yang berada di alam semesta, apakah benar adalah sebuah film yang diciptakan dan ditayangkan oleh kehidupan tingkat tinggi? Dalam Alkitab tertulis bahwa Tuhan menciptakan manusia dari tanah. Selain manusia, harus ada langit, ada bumi, ada matahari dan seluruh isinya. Tuhan hanya membutuhkan enam hari untuk menciptakan semua tokoh yang berada di dalam film, lalu apakah Tuhan juga akan memotret jalan cerita film yang terus berlanjut ini?

Saya pernah mempertimbangkan rasionalisme dari cerita di atas, umumnya panjang pendek sebuah film berkisar antara 2 jam. Sebuah film menceritakan atau mengisahkan sebuah cerita. Dalam cerita ada peran utama, peran pembantu, dan masih ada beberapa tokoh yang memainkan peran pendukung, mirip sejarah umat manusia. Dahulu kala, istana dipimpin oleh seorang kaisar, ada ratu, ada tiga ribu dayang-dayang, juga ada pejabat sipil dan militer serta rakyat yang banyak jumlahnya.

Perkembangan sejarah mengikuti pengaturan dari kehidupan tingkat tinggi, persis seperti para aktor yang berakting sesuai dengan naskah yang ditulis pengarang. Aktor yang meninggal dalam film ini, masih bisa berperan di film lain, persis seperti umat manusia yang entah sudah berapa kali mengalami mati dan hidup dalam reinkarnasi, terus-menerus memainkan berbagai peran di setiap ruang waktu dan masa yang berbeda.

Saya memiliki pemahaman dari buku-buku tentang reinkarnasi yang pernah saya baca. Setelah jiwa seseorang berakhir, kehidupan tingkat tinggi akan sekali lagi merencanakan peran Anda dalam kehidupan berikutnya dengan melihat keadaan bagaimana Anda berperan semasa hidup. Apakah peran Anda sudah sesuai? Ataukah hanya omong kosong dan menyimpang dari naskah?

Mungkin ada orang yang bertanya apakah aktor yang berperan dalam film dapat mengetahui jalan cerita dari film itu. Sayangnya, peran umat manusia dalam film besar sejarah yang dibuat oleh kehidupan tingkat tinggi, tidak ada seorangpun yang mengetahui jalan ceritanya.

Ilmu pengetahuan modern sudah mengetahui bahwa kumpulan gambar ilustrasi gen yang ditanam dimasukkan ke dalam inteligensi, panca indera, postur tubuh, penyakit atau kecacatan, dan lain sebagainya. Maka saya menduga apabila kumpulan gambar ilustrasi gen juga ditanamkan masuk ke dalam naskah kehidupan manusia, maka bukankah akan mendesak manusia berperan sesuai dengan naskah? Inilah yang oleh manusia dinamakan 'Nasib.' 

Jika praduga di atas itu benar, maka beberapa pemikiran yang berada di bawah ini, patut dipikirkan masak-masak oleh umat manusia :

Pertama saya kira pikiran dari kehidupan tingkat tinggi adalah murni baik, oleh karena itu naskah yang mereka buat seharusnya menunjukkan dunia yang indah. Walaupun di dunia ini ada bencana alam, perang, namun saya kira hal-hal tersebut hanyalah kebutuhan berkoordinasi dengan naskah. Tetapi saya benar-benar yakin bahwa dalam naskah yang dibuat oleh Tuhan, tidak mungkin ada jalan cerita yang menceritakan manusia yang demi keuntungan diri sendiri melakukan pembunuhan, rampok, perkosaan, penindasan, dan lain sebagainya. Jalan cerita yang sesat dan jahat ini mungkin adalah kaki tangan atau penjilat dari iblis, mereka rela menjadi antek dari iblis, menjadi 'selingan' di dalam film yang dibuat oleh Tuhan.

Lagipula, dalam Alkitab dikatakan bahwa "Tuhan menciptakan manusia menurut bentuk rupa-Nya." Oleh karena itu kita dapat melihat kenyataan ini : Ada perbedaan yang sangat mencolok antara manusia dan hewan, tulang punggung semua hewan adalah sejajar dengan bumi, semua tulang punggung hewan menghadap ke langit, inilah yang disebut "berjalan berbalik arah dengan langit" ; hanya manusia satu-satunya yang dapat "berdiri tegak", mengarah ke atas sesuai hukum langit, ke bawah memahami sepenuhnya perasaan manusia. Hal tersebut memberi isyarat: Tindakan dan perilaku manusia harus sesuai dengan hukum alam, jangan melawan kehendak Tuhan.

Mungkin ada orang yang bertanya : Apa yang dimaksud hukum alam? Di zaman modern ada seorang guru besar yang mengatakan, "Karakter alam semesta adalah Sejati, Baik, Sabar." Saya kira inilah hukum alam!

Terakhir, tugas manusia adalah berperan sebaik mungkin sesuai dengan apa yang diinginkan kehidupan tingkat tinggi. Persis seperti apa yang dikatakan oleh Mac Arthur, "Tak peduli kartu dalam tangan Anda baik atau buruk, Anda harus mengembangkan kartu-kartu dalam tangan Anda secara hidup dan jelas." Dalam kehidupan manusia yang singkat, tidak menyalahkan Tuhan dan orang lain, tidak menuntut dan mengejar, semuanya mengikuti keadaan secara wajar, menjalani hidup dengan ikhlas dan sesuai nasib. Jika Anda melaksanakan peran Anda dengan baik di kehidupan ini, maka di kehidupan mendatang, mungkin kehidupan tingkat tinggi akan mengatur Anda menjadi pemeran yang mengemban tugas yang lebih besar. [Gui Zhen / Lin / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA