"Ada yang bisa saya bantu?" si gadis tersenyum.
"Mmmm ... mm ... saya mau beli kaset," yang ditanya tersipu. Asal-asalan ia menunjuk sebuah kaset dan membayarnya.
"Sebentar, saya bungkus dulu." Sesaat si gadis menghilang di balik pintu, kemudian muncul sambil menyodorkan kaset yang terbungkus rapi. Andi lantas pulang. Tanpa dibuka, kaset dimasukkan lemari. Sejak itu setiap sore ia pergi ke toko yang sama, membeli kaset. Ya, Andi sedang jatuh cinta, tapi tak berani berterus terang. Lantaran sering melamun, sang Ibu menasihati agar ia mengutarakan isi hatinya kepada si gadis.
Dengan segala keberanian, keesokkan hari Andi kembali mengunjungi toko. Seperti biasa ia membeli sebuah kaset. Begitu gadis itu ke belakang untuk membungkus kaset, ia meninggalkan secarik kertas berisi nomor teleponnya di meja toko.
Beberapa hari kemudian, telepon di rumah berdering. Yang mengangkat telepon ibu Andi, "Halo ...." Benar, sang gadis menelepon. Ia bertanya mengapa beberapa hari Andi tidak muncul. Mendengar itu sang ibu menangis tersedu, "Apakah kamu tidak tahu? Andi telah meninggal dunia kemarin ...."
Sang Ibu masuk ke kamar anak tercintanya. Sambil mengenang, ia membuka lemari pakaian dan terkejut melihat tumpukan bungkusan, yang setelah dibuka ternyata kaset. Ketika membuka satu bungkusan ia menemukan sehelai kartu nama, dengan tulisan tangan mungil ... "Hai ... kamu ganteng. Maukah kau jadi pacarku? Love, Monik."
Karena penasaran, semua bungkusan itu dibuka satu demi satu. Di dalam setiap bungkusan ditemukan kartu nama yang sama dengan tulisan yang sama. Tak salah bila Oscar Wilde penyair dan dramawan kelahiran Dublin dalam sebuah karyanya De Profundis (1962) pernah menyatakan, when you really want love, you will find it waiting for you. [Vivi Tan / Jakarta G Tionghoanews]