KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 04 Desember 2011

HANS DAN ENGEL

Engel dan Hans tiba di Jerman Barat sebelum tembok Berlin runtuh, dua puluh tahunan telah berlalu, sepasang suami dan istri ini jika mengenang masa lalu, semua masih terbayang jelas di depan mata.

Sewaktu masih duduk di bangku SD, tembok Berlin didirikan. Jerman Timur mengekang rakyatnya semakin hari semakin keras. Mereka sangat mencintai tanah kelahiran mereka di Thuringia, tetapi mereka semakin lama semakin tidak bisa menerima tekanan dan belenggu yang ada dimana-mana.

Mereka memiliki sepasang putra-putri, Engel sangat menyayangi mereka, ingin agar mereka bisa berpandangan luas, bisa bebas berkembang. Dia berharap anak-anaknya bisa memiliki kehidupan lebih baik daripada mereka, satu harapannya yang paling sederhana adalah bisa membiarkan mereka makan buah-buahan atau cokelat setiap saat menurut keinginan. Tetapi pada saat itu di Jerman Timur bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk mendapatkan barang-barang tersebut, membutuhkan koneksi dan jalan belakang.

Engel tidak tertarik dengan politik, tetapi terhadap cara-cara komunis dia sangat tidak suka, dia hanya ingin kehidupan yang normal. Hidup di bawah kekuasaan komunis selama 30 tahun lebih, telah membuat Engel sangat memahami kekuatan partai. Di kotanya, Thuringia, setiap saat dia bisa merasakan adanya "pengawasan" dari partai komunis. Di dalam lingkungan yang saling mengawasi satu sama lain, bahkan anak kecil usia TK juga menjadi alat yang dimanfaatkan komunis.

Menonton TV tayangan musuh tidak diperbolehkan. Hingga era 80-an, ada banyak sekali orang yang menonton tayangan TV dari Jerman Barat secara sembunyi-sembunyi. Saat itu lonceng siaran berita gabungan dari acara TV di kedua tempat berbeda: Jerman Barat menggunakan lonceng bulat, sedangkan Jerman Timur menggunakan lonceng persegi. Kakak pengajar TK asalkan menanyakan kepada anak-anak, apakah lonceng dalam siaran  TV di rumah bulat atau persegi, sudah bisa memastikan apakah orang tua mereka melanggar hukum, selanjutnya mereka akan dilaporkan ke instansi.  

Engel tahu, Emma yang berada satu pekerjaan dengannya, adalah orang yang ditugaskan untuk mengawasi dan melaporkan segala gerak-gerik dirinya. Engel memandang rendah cara-cara keji seperti saling mengawasi, juga sangat memandang rendah Emma, tetapi dia mengerti, mungkin Emma juga tidak rela, banyak orang bukan sungguh hati mempersembahkan sesuatu bagi komunis, ada orang menjadi kaya karena dia telah membongkar rahasia orang lain, tetapi ada juga penduduk desa, hanya demi menikmati makanan besar berdaging serta menikmati minuman bir di akhir tahun secara gratis, dia lalu menulis laporan bagi organisasi partai. 

Tempat tinggal Engel tidak begitu jauh dari perbatasan Jerman Barat, dengan menggunakan teleskop biasa saja sudah bisa melihat gerak-gerik saudara sebangsa di seberang. Dia berharap bisa seperti mereka menghirup udara segar kebebasan, melakukan pekerjaan yang ingin dia lakukan, bukan pekerjaan yang diperintahkan partai untuk dia lakukan. Dia mendambakan kebebasan. Tetapi dia mengerti harus selalu berhati-hati dan waspada, tidak boleh melanggar saraf sensitif partai, demi anak-anak, dia harus menjadi orang dengan kepala menunduk. Dia tidak ingin karena kesalahan berbicara lantas dikenakan hukuman, membuat pemerintah mendapat alasan untuk memisahkan keluarganya, atau membuatnya harus membawa pergi anak-anaknya bersembunyi.

Demi kebebasan, juga anak-anaknya, dia ingin meninggalkan Jerman Timur, tetapi juga dia tidak berani berspekulasi.

Dia mempunyai seorang kakak sepupu yang berusia 20 tahun lebih tua darinya. Sepupu ini ketika berusia 20 tahunan, pernah mendorong anaknya yang baru saja berusia 6 bulan di dalam kereta, berjalan semalaman bersama suaminya, melewati hutan, menyeberangi sebuah sungai kecil dan akhirnya tiba di Jerman Barat.

Masih ada seorang famili Engel, juga berusia 20 tahunan mencoba menerobos penjagaan untuk pergi ke Jerman Barat, tetapi dia tidak beruntung tertangkap dan dijebloskan ke dalam penjara, dia lalu mencoba melarikan diri dari penjara, tidak beruntung sekali lagi dia gagal.

Akhirnya dia sama sekali putus harapan, lalu mencoba bunuh diri dengan menelan paku. Tetapi tidak mati, hanya lambungnya saja yang terluka. Setelah menjalani kehidupan penjara selama 6 - 7 tahun, dia meninggal dunia tidak lama setelah bebas dari penjara. Semua kejadian ini terjadi pada saat usia Engel masih kecil, dia hanya kadang mendengarkan orang dewasa sedang membicarakan kejadian itu dengan lirih.

Sejak tembok Berlin didirikan hingga akhir era 80-an, peristiwa yang terjadi sangat banyak, benteng di perbatasan juga semakin lama semakin kokoh dan sempurna. Semua penduduk kota juga tahu situasi di perbatasan sangat ketat, kecuali militer penjaga perbatasan, juga ada jebakan paku, senapan otomatis serta anjing pelacak dan pemburu dan lain-lain.

Anak kecil saja tahu, tiba di garis perbatasan berjarak 500 meter jika masih tidak mau menghentikan langkah, maka orang tersebut akan ditembak mati, persis seperti menangani seekor binatang, tidak perlu ada alasan apapun. Engel tidak ingin menempuh jalan yang berbahaya, setelah dia berunding dengan suaminya, mereka memutuskan untuk mengajukan izin keluar negeri secara resmi, pergi berlindung ke tempat paman Hans di Stuttgart, Jerman Barat.  

Saat mengisi alasan pergi keluar negeri, mereka memeras otak, mempertimbangkan alasan tersebut berulang-ulang, karena jika kurang tepat, tidak hanya tidak bisa ke luar negeri, bisa-bisa mereka akan dipenjara karena mengkhianati negara. Hans adalah seorang pengemudi truk, dalam situasi di Jerman Timur pada saat itu, pekerjaannya sebagai pengemudi truk merupakan pekerjaan yang bisa mendapatkan banyak uang. Tetapi dia jelas sekali, kehidupan materi adalah nomor dua, kebebasan yang nomor satu, mereka akan pergi berlindung di alam kebebasan!

Sejak mereka mengajukan permohonan izin, atasan Hans mempunyai tambahan tugas, setiap hari dia harus melaporkan jejak Hans kepada atasannya. Laporan dia lakukan selama 4 tahun. Hans tidak mendendam pada atasannya ini, karena ia tahu benar bahwa atasannya ini juga terpaksa.

Dalam keresahan, empat tahun telah terlewatkan. Mendadak, mereka menerima pengumuman yang mengatakan bahwa permohonan mereka disetujui, setelah menunggu 3-4 minggu lagi sudah boleh meninggalkan negeri itu.

Hal tersebut sebenarnya kabar gembira yang didambakan sekeluarga, tetapi juga mengandung arti perpisahan dengan saudara-saudara dan orang tua Engel, yang semuanya tinggal di Thuringia. Ada seorang adik perempuan Engel yang tinggal di tempat yang hanya berjarak satu kilometer dari perbatasan. Saat Engel ingin pergi keluar negeri, maka surat izin berkunjung ke daerah terlarang tersebut disita, dia tidak bisa mengunjungi adiknya lagi, hanya adiknya yang bisa datang mengunjunginya.

Tetapi jika Engel memutuskan meninggalkan Jerman Timur untuk selamanya, maka dia tidak tahu kapan dia bisa kembali lagi, kerabatnya tidak diizinkan untuk keluar negeri, perpisahan kali ini mungkin merupakan perpisahan untuk selamanya. 

Ingin meninggalkan secara tuntas sebuah keluarga yang mereka bina selama 30 tahun lebih, juga masih ada banyak keengganan dan berat hati. Akhirnya barang-barang dalam rumah dijual, dibuang dan diberikan kepada orang lain, pasangan itu menggandeng kedua anak mereka yang masih berusia sekitar 6-7 tahun, hanya membawa 7 koper, mereka meninggalkan kota kecilnya dan tidak kembali lagi…

Yang patut disyukuri, saat itu adalah Juni 1989, setengah tahun kemudian, tirai besi sudah tersobek dan tembok Berlin dirobohkan.

Beberapa tahun lalu, Hans pulang kampung, ketika menghadiri suatu pertemuan dia berjumpa penanggung jawab kasus mereka pada saat itu, ketika itu penanggung jawab tersebut berulang kali memberikan nasihat kepada Hans dengan maksud baik, dia ingin Hans membatalkan niatnya dan tetap tinggal di Jerman Timur.

Dalam perjumpaan itu Hans berkata, "Lihat, ketika itu Anda pernah bilang jika saya ke Jerman Barat tidak bisa makan buah-buahan yang bagus, bisa jadi miskin karena tidak ada pekerjaan. Akhirnya setiba di sana (Jerman Barat), saya tidak hanya mendapatkan pekerjaan, kehidupan saya disana juga cukup lumayan enak. Malah saya mendapatkan kabar bahwa Anda kehilangan pekerjaan, hidup Anda juga tidak begitu nyaman." Penanggung jawab tersebut melototkan mata kepada Hans dan berkata, saya tidak mengenali Anda, tidak mengerti apa yang sedang Anda bicarakan.

Hans tahu, dia sedang berbohong, orang yang tinggal di tempat ini tidak banyak, dia tidak mungkin tidak mengenali Hans. Tetapi Hans tidak membongkar kebohongannya, hanya menyayangkan orang-orang tersebut hingga sekarang masih memeluk erat pemahaman komunis dan tidak mau melepaskan, keturunan orang-orang tersebut juga akan terpengaruhinya, mereka dapat  timbul salah pengertian terhadap Jerman Barat.

Sekejap mata, runtuhnya tembok Berlin sudah 20 tahun lebih, peringatan 50 tahun tembok Berlin pada tahun ini juga tiba, Engel dan Hans selamanya tidak merasa menyesal terhadap pilihan mereka saat itu! Mereka sangat jelas dengan kekuasaan diktator komunis, selamanya mereka tidak akan kembali lagi! [Vina Koh / Pangkal Pinang / Bangka / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA